Mereka yang berdakwah pada dasarnya membuka peluang sebanyak-banyak untuk masuknya hidayah Allah SWT kepada yang lainnya. Sebuah kultum Ramadhan yang sederhana bisa jadi menjadi penggugah kesadaran seorang muslim untuk bertaubat dari maksiat atau menjadi lebih semangat menjalankan ketaatan daripada sebelumnya. Pada saat itulah, kalimat-kalimat yang meluncur dari lisannya saat berdakwah, mendapatkan penghargaan luar biasa di akhirat nanti.
Tujuan ideal puasa dapat dipahami, karena orang-orang yang berpuasa dengan ikhlas, penuh kesadaran dan pengharapan, maka akan menghantarkannya kepada sikap ihsan, yaitu senantiasa menyadari akan pengawasan Allah atas dirinya. Kesadaran akan pengawasan atau kehadiran Allah atas dirinya ini, di samping menunjukkan kedekatannya dengan Allah, menciptakan kejujuran, juga akan menumbuh-kembangkan sikap untuk selalu mematuhi Allah, dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Agar Ramadhan tidak berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas apapun dalam kehidupan, maka sedari dini kita harus membuat perencanaan untuk mengisi dan memberdayakan Ramadhan. Oleh Nabi Muhammad SAW supaya pemberdayaan Ramadhan ini dibagi menjadi dua, yaitu pertama, di siang harinya wajib berpuasa (shiyamu Ramadhan) dengan segala amalan pendukungnya seperti memperdalam ilmu pengetahuan, mengkaji al-Quran, memperbanyak sedekah, memberi makan buka kepada sesama, menyantuni fakir miskin. Kedua, di malam hari bulan Ramadhan dituntut untuk menengakkannya, qiyamu Ramadhan dengan shalat tarawih, tadarus al-Qur'an, pengajian, dzikir dan doa, i'tikaf dan amalan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H