Manusia adalah makhluk yang berkesadaran. Paulo Freire adalah salah satu tokoh pendidikan yang menyatakan bahwa kesadaran kritis adalah puncak kesadaran manusia. Manusia dituntut untuk sadar tentang hakikat keberadaan dirinya di dunia dan realitas lingkungannya.
Realitas lingkungan global sekarang sedang dilanda musibah kemanusiaan Covid-19. Memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan memupuk dan menumbuh kembangkan kesadaran kritis kearifan lokal bangsa yaitu persatuan, solidaritas sosial, kekompakkan dan keterpaduan semangat bergotong-royong warga masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang ada di tengah-tengah masyarakat dengan cara menanamkan kedisiplinan menggunakan masker, disiplin menjaga jarak, serta disiplin menghindari kerumunan untuk melindungi diri dan sesamanya dari penyebaran virus yang berbahaya ini.
Virus corona yang tidak terlihat ternyata telah mampu memporakporandakan tatanan kehidupan sosial, ekonomi, budaya bahkan sampai religi. Covid-19 membentuk norma kehidupan baru untuk memutus rantai penyebarannya.Â
Musibah meluasnya pandemi virus corona sebagai momentum untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis kearifan lokal bangsa untuk memutus rantai penyebarannya dengan  memperkuat solidaritas sosial.
Kearifan lokal dalam sistem sosial tercermin dalam keadaan masyarakat yang aman dengan penuh kesadaran yang tinggi melindungi diri dari virus ini, terpeliharanya kehidupan yang akrab tetapi tetap jaga jarak, saling membantu dan penuh gotong royong pada tingkat tetangga, RT, RW, kelurahan atau desa terhadap sesama saudara yang terkena wabah covid-19, disiplin dan  konsisten mengikuti arahan pemerintah, saling melindungi untuk memutus rantai penyebaran virus corona ini.
Tetap tenang dan penuh pengharapan akan sembuh apabila terjangkit virus corona karena kami saudaramu ada disini bersamamu untuk mendukungmu, menyembuhkanmu bahkan mendoakanmu karena saudaramu yang lain membutuhkan bantuamu. Karena kita adalah bersaudara sebangsa dan setanah air Indonesia. Jujur apabilah terkena virus biar kami saudaramu membantumu secepatnya biar tidak menyebarkan virus corona kepada sesama saudaramu. Yakinlah bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, setiap kesulitan pasti ada soslusinya, setiap penyakit pasti ada obatnya.
Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Tuhan tidak mungkin mencobaimu melampaui batas kemampuanmu. Dalam era globalisasi musibah kemanusiaan covid-19 saat ini kesadaran kritis kearifan lokal sebagaimana dipaparkan tersebut di atas, sangat diperlukan. Bukan saja untuk objek promosi dan sebagainya, tetapi untuk memutus rantai penyebaran virus corona.Â
Begitu indahnya kebersamaan hidup berbangsa membantu, menyadarkan, memberi kesaksian membantu masyaraktat tanpa mengenal status dan kedudukan sosial, asal suku dan bangsa, atau pun perbedaan agama dan keyakinan dalam menghormati, mencintai dan melindungi hidup dengan memberi kesaksian lewat kata, sikap dan perbuatan seperti disiplin menggunakan masker, disiplin menjaga jarak, serta disiplin menghindari kerumunan untuk melindungi diri dan sesamanya dari penyebaran virus yang berbahaya ini.
Semua ini dilakukan sebagai wujud dari sikap hormat akan hidup yang merupakan warisan budaya persaudaraan bangsa Indonesia. Organisasi keagamaan telah bekerja dan terus bekerja sama bahu membahu membantu masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran corona. Tim medis merupakan tenaga garis terdepan dalam menghadapi covid-19 relah berkorban demi menyelamatkan saudara sebangsa. Walaupun nyawa taruhannya.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk semua pahlawan yang berjuang di garda terdepan, dalam melawan Covid-19 ini. Mulai dari dokter dan tenaga medis, pemerintah yang memberikan kebijakan dan langkah penting untuk penanggulangan, para kurir yang membantu mengantarkan barang, dan berbagai profesi lainnya yang tetap bekerja untuk membantu orang-orang untuk bisa tatap dirumah saja.
"Terima kasih untuk seluruh tenaga medis di mana pun berada. Mengisolir diri untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang mematikan ini. Imbauan pemerintah untuk tetap di rumah dimaksudkan guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Ketika kita mentaati semua anjuran pemerintah untuk memutus mata rantai covid-19 sebenarnya bukan hanya melindungi diri kita sendiri tetapi lebih dari itu melindungi orang lain dari penyebaran virus ini.
Kita harus sadar bahwa setiap orang memiliki hak asasi untuk hidup. Hak hidup manusia harus dilindungi. Hormat akan hidup kiranya menjadi inti dari segala anjuran pemerintah tersebut. Oleh sebab itu membangun sikap hormat dan kasih akan hidup menjadi tanggung jawab semua orang termasuk Anda, saya dan kita semua. Dengan melindungi diri kita melindungi orang lain.Â
Covid-19 berdampak pada berbagai aspek kehidupan secara global dan secara khusus di Indonesia dunia pendidikan seakan-akan lumpuh untuk sementara waktu. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama.
Sejak saat itu pula perguruan tinggi di seluruh negeri menerapkan sistem perkuliahan jarak jauh. Mahasiswa tetap mendapatkan ilmu dari dosen pengampu mata kuliah meskipun tidak seintensif ketika bertatap muka secara langsung. Dosenpun menjadi terpaksa harus melek teknologi pembelajaran dan muncul berbagai tantangan di dunia pembelajaran baik metode maupun media pembelajaran.
Kita jadi mengenal model pembelajaran dengan jarak jauh, pebelajaran online dengan  berbagai aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Kampus juga menyiapkan proteksi  kepada penghuninya untuk memutus penularan virus ini mulai dari pemeriksaan suhu, penyemprotan dan berbagai tindak protokoler yang endingnya untuk mencegah memerangi virus ini.
Dalam upaya mencegah penyebaran dan penularan Covid-19 diperlukan beberapa tindakan secara bersama-sama juga ketersediaan sarana dan prasarana lainnya. Seperti masker, hand sanitizer, fasilitas rumah sakit seperti ruang isolasi, tenaga medis, dan sebagainya. Beberapa kebijakan pemerintah diambil guna memutus mata rantai penyebaran dan penularan virus Corona tersebut. Seperti social distancing hingga physical distancing. Penutupan tempat-tempat wisata, tempat hiburan, dan tempat keramaian lain yang dimungkinkan terjadi kerumunan atau media penularan.
Covid-19 tentu memiliki hikmah yang dapat kita petik. Kita berfikir positif dalam menghadapi wabah virus Corona serta berikhtiar mencegahnya. Oleh sebab itu kedisiplinan adalah kata kunci yang harus ditegakan, bukan hanya pada tataran kata tetapi harus direalisasikan dalam realitas kehidupan bersama agar Covid-19 segera diatasi.
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban kehidupan bermasyarakat. Kedisiplinan dimulai dari displin menggunakan masker, disiplin menjaga jarak, serta disiplin menghindari kerumunan. Vietnam jadi salah satu negara yang dapat dikatakan sukses dalam menangani virus Corona.Â
Disiplin warganya menjadi salah satu kunci sukses terbebas dari Corona. Presiden Joko Widodo menekankan pesan mengenai pentingnya menegakkan kedisiplinan dalam mematuhi protokol kesehatan. Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengatakan, di tengah mewabahnya virus corona atau Covid-19 saat ini, pasti ada peluang atau kesempatan (opportunity) bagi pelaku usaha mengembangkan bisnisnya. Maka dari itu, di saat-saat penuh tantangan seperti ini, kuncinya adalah optimisme, kreativitas, inovasi. Hikmah positif yang dapat diambil seperti para guru menjadi lebih mahir membuat dan menyusun materi pembelajaran daring.
Para siswa menjadi biasa memanfaatkan smartphone dalam mengerjakan tugas daring. Para siswa, peneliti dan inovator dari beberapa daerah di tanah air menciptakan hand sanitizer dari berbagai bahan yang murah dan mudah didapatkan. Produk hand sanitizer pun dapat dipasarkan, artinya membuka peluang usaha. Selain itu, tingginya permintaan masker memunculkan produsen masker secara dadakan. Baik dilakukan siswa SMK atau masyarakat semuanya mampu mengajarkan keterampilan dan membuka lapangan pekerjaan. Dunia tidak selamanya suram akibat wabah Covid-19.
Penulis adalah dosen pada Sekolah Tinggi Kateketik Pastoral Katolik Bina Insan Keuskupan Agung Samarinda Kalimantan Timur
DAFTAR PUSTAKA
Azzet, Akhmad Muhaimin, Pendidikan Yang Membebaskan, Yogyakarta: ArRuzz Media, 2011.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996.
Bakker, Anton & Charis Zubair, Ahmad, Metodologi Peneltian Filsafat,
     Yogyakarta: Kanisius, 1998.
Basrin, Erwin, Memahami Kesadaran, http://edukasi.kompasiana.com, dalam
     Google.com., 2011.
Collins, Denis, Paulo Freire: Kehidupan, Karya, dan Pemikirannya, terj. Henry H.
     dan Anastasia P., cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar kerjasama dengan
     Komunitas APIRU Yogyakarta, 2002.
Freire, Paulo, Pedagogy Pengharapan, terj. A. Widyamartaya, Yogyakarta: Kanisius, 2001.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H