Mohon tunggu...
Nikolas Mauladitiantoro
Nikolas Mauladitiantoro Mohon Tunggu... Lainnya - hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan

Seorang introvert pecinta kuliner dan terkadang mengamati permasalahan yang ada di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Investor Besar Tiongkok Akan Hengkang dari Indonesia, Mengapa?

19 Agustus 2022   15:52 Diperbarui: 19 Agustus 2022   15:55 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, pemerintah Indonesia menjadikan alat transportasi hingga ekosistem EV sebagai prioritas. 

Agus Gumiwang selaku Menperin memaparkan bahwa Indonesia telah menetapkan roadmap jalan pengembangan EV melalui Peraturan Menteri Perindustrian No. 27/2020 tentang Spesifikasi Teknis, Roadmap EV, dan Perhitungan Tingkat Kandungan Lokal, dikutip dari laman resmi Kemenperin.

Memang benar, Indonesia beberapa tahun belakangan ini sedang gencar melakukan transisi untuk pengembangan electric vehicle (EV) atau kendaraan listrik. Pemerintah dan publik sadar bahwa Indonesia berpeluang untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem kendaraan listrik. 

Pemerintah pun punya harapan  tersebut, sebab Indonesia merupakan 'surga' bahan baku baterai listrik yang terdiri dari nikel, kobalt, ferronickel, endapan hidroksida, dan lain-lain. 

Salah satu pemain besar di industri EV Indonesia adalah Tsingshan yang berlokasi di kawasan Indoensia Morowali Industrial Park (IMIP). Dilansir Bloomberg, Tsingshan diketahui bekerja sama dengan perusahaan baja dan nikel asal Tiongkok Shenzhen Chengxin Lithium Group Co Ltd. pada September  2021 lalu.

Dua perusahaan Tiongkok ini bekerja sama untuk membangun pabrik lithium di Sulawesi Tengah, Indonesia. Dikabarkan, pabrik tersebut memiliki nilai US$350 juta atau hampir Rp5 triliun. Fokus dari kerja sama produksi keduanya adalah pasar kendaraan listrik (EV). Chengxin menyampaikan bahwa kerja samanya dengan mitra akan menghasilkan pabrik untuk memproduksi bahan kimia lithium.

Selain kedua perusahaan tersebut, ada beberapa proyek investasi lainnya di IMIP, termasuk pabrik nikel dan kobalt yang merupakan bahan baku baterai EV. Pabrik-pabrik tersebut direncanakan dapat memproduksi 50.000 ton per tahun lithium hidroksida dan 10.000 ton per tahun lithium karbonat.

Namun, semua tak berjalan semudah itu. Bagaimana jika nantinya Tsingshan memutuskan hengkang dari Indonesia dan tak lagi beroperasi? Hal ini akan berpengaruh pada multi sektor di Indonesia, salah satunya ekonomi. Tak hanya itu, mimpi Indonesia menjadi pemain utama ekosistem EV bisa jadi pupus. 

Dilansir Bloomberg, Tsingshan Holding Group Co. dikabarkan sedang melego beberapa aset bisnis stainless steel-nya di Indonesia. Disebut-sebut, mereka akan menjual aset tersebut pada sesama perusahaan baja nirkarat terbesar milik pemerintah Tiongkok, Baowu Steel Group Corp.

Alasan Tsingshan menjual aset tersebut karena telah memikirkan kembali masa depan perusahaan dalam waktu singkat ketika dirinya menghadapi kerugian miliar dollar, hal ini disampaikan oleh petinggi Tsingshan, Xiang Guangda. Selain itu, kondisi finansial Tsingshan juga sempat goyah karena kasus margin call di London Metal Exchange (LME).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun