Sebuah survey pernah mengumumkan bahwa setidaknya sekitar 68% warga Indonesia tidak tahu atau tidak siap akan ancaman bencana alam di sekitar mereka. Angka yang miris, sebenarnya jika dilihat bahwa setidaknya 175,168,000 manusia Indonesia terancam tidak selamat jika terjadi bencana di sekitar mereka. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya kesadaran bencana warga Indonesia yang menjadi ancaman di sekitar mereka. Untuk itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencoba menyadarkan masyarakat Indonesia dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui radio.
Cara BNPB dalam menyosialisasikan pentingnya kesadaran bencana ini terbilang cukup unik. Jika biasanya sosialisasi sejenis ini termasuk membosankan, karena biasanya hanya berisi pembicaraan-pembicaraan yang belum tentu menjadi kesukaan semua orang, BNPB kali ini menggunakan sandiwara radio sebagai media untuk bersosialisasi. Penggunaan sandiwara radio ini terbilang sangat menarik karena disamping menghibur melalui sandiwara, BNPB juga memberikan edukasi sekaligus sosialisasi bagaimana pentingnya kesadaran akan bencana.
Sandiwara radio dengan judul "Asmara di Tengah Bencana" (ADB) pertama kali terbang di tahun 2016. Sandiwara ini bercerita tentang kebenaran, kejujuran, patriotism dalam setting perang Mataram Kuno melawan VOC saat erupsi Gurung Merapi. Sandiwara Asmara di Tengah Bencana ini mendapat sambutan yang lumayan oleh masyarakat Indonesia. Melalui 20 stasiun radio, sandiwara ini mendapat pendengar hingga 43 juta jiwa.
Untuk melanjutkan kesuksesan, sekaligus sebagai media sosialisasi tentang pentingnya kesadaran akan bencana, tahun ini (2017) BNPB kembali 'menayangkan' sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana -- dengan tambahan embel-embel "episode 2". ADB Episode 2 ini akan disiarkan 100 episode di 60 kabupaten/kota di Jawa, 20 kabupaten/kota di luar Jawa, dan 20 radio komunitas. Berisi tentang 300 episode Iklan Layanan Masyarakat. Selain itu, BNPB juga mengadakan sosialisasi budaya sadar bencana melalui kesenian rakyat dan BNPB-BPBD mengajar di 4 Kabupaten, di antaranya Garut, Blora, Purworejo, dan Trenggalek.
Mengapa Radio?
Sebelumnya, apa itu radio? Kamu Besar Bahasa Indonesia menuliskan bahwa radio adalah siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara, pemancar radio, dan pesawat radio. Radio menggunakan gelombang elektromagnetik yang terbentuk dari modulasi dan radiasi dari elektromagnetik untuk mengirim berbagai informasi yang kita dengarkan.
Radio sudah digunakan bertahun-tahun untuk mengirimkan berbagai berita. Dalam perang, maupun dalam waktu-waktu biasa. Namun sekarang, radio bukan hanya digunakan untuk mengirim berbagai infomasi berharga, namun juga sebagai sarana hiburan. Kesederhanaan radio yang 'hanya' menggunakan satu indra kita untuk menikmatinya, membuatnya terlihat lebih baik. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa BNPB memilih radio; sederhana.
Radio hanya memberikan gelombang suara untuk membagikan informasi, oleh karena itu radio tidak akan mengganggu beberapa aktivitas lain untuk menikmatinya. Oleh karena itu, kadang kala kita mendengarkan radio sebagai sarana hiburan saat ingin melakukan aktivitas lainnya. Itu juga yang menjadi alasan mengapa radio yang ditambahkan menjadi salah satu fitur di mobil, bukannya televisi. Televisi menggunakan gambar dan suara sebagai media untuk membagikan informasi.Â
Itu mungkin terlihat unggul, namun hal tersebut membuat kita harus focus untuk mendapatkan semua informasi yang diberikan radio. Jujur, saya saat menulis artikel ini kadang kala terngganggu oleh televisi yang menyala karena tertarik untuk melihat informasi yang ada di televisi. Berbeda dengan televisi, kita dengan mendengarkan radio kita mendapatkan informasi sambil produktif mengerjakan aktivitas lain. Satu poin untuk radio, satu alasan jelas mengapa BNPB ingin menggunakannya.
Alasan kedua yang digunakan BNPB mungkin radio adalah salah satu media tercepat. Radio hanya menggunakan aliran elektromagnetik untuk menyampaikan suara informasi yang dapat kita dengarkan untuk mendapatkan informasi. Hal ini dapat membuat radio menangkap dan membagikan informasi lebih cepat dibandingkan dengan media lainnya. Selain itu, proses penyiar untuk menyiarkan sesuatu di radio sedikit lebih mudah dibandingkan dengan televisi. Dua poin untuk radio.
Akrab, dekat, dan hangat. Tiga hal tersebut mungkin adalah alasan ketiga BNPB menggunakan radio. Dengan radio, keakraban dan kedekatan antara penyiar dan pendengar dapat lebih terjalin. Berbagai stasiun radio pasti memiliki fitur dimana pendengar dapat mengirimkan salam ataupun kata-kata yang ia ingin sampaikan di stasiun radio itu. Itu membuat sosialisasi dari BNPB ini menjadi lebih 'bermakna' oleh karena keakraban dan rasa dekat antara pemain dengan pendengar.Â
Pendengar mungkin akan lebih merasakan suasana yang ada di sandiwara itu. Itulah yang disebut kehangatan. Oleh karena efek suara, paduan kata-kata, musik, latar, dan berbagai hal lainnya dapat mempengaruhi suasana pendengar. Ini akan benar-benar berpengaruh kepada bagaimana pendengar menerima maksud dari sandiwara dan juga pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh BNPB. Satu lagi poin untuk radio, dan menjadi poin tertinggi.
---
Masyarakat Indonesia yang sadar akan bencana hanya mencapai angka sekitar 32%, BNPB terus mencoba mengadakan sosialisasi tentang kesadaran bencana. Asmara di Tengah Bencana adalah sandiwara yang disiarkan di berbagai stasiun di Indonesia untuk memberikan hiburan sekaligus sosialisasi dan edukasi kepada pendengar. Dengan 43 juta pendengar, BNPB kembali menyiarkan ADB episode kedua di tahun ini. Sebuah strategi yang unik dengan menyelipkan sosialisasi dan edukasi dalam satu hiburan menjadi salah satu nilai tambah yang dilakukan oleh BNPB.
Semoga saja, denga adanya episode kedua dari Asmara di Tengah Bencana ini jumlah masyarakat yang sadar akan bencana yang selalu mengancam di sekitar mereka semakin bertambah. Hari gini masih nggaksada dengan bencana sekitar? Apa kata dunia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H