Tindakan Will Smith didukung sepenuhnya sebagai bentuk respon dari sebuah hinaan yang berlebihan dan tidak bisa diterima oleh semua orang. Istilahnya, tidak semua orang bisa menerima lelucon yang sama. Apalagi bila orang yang dihina dan dijadikan bahan lelucon adalah istri yang sedang menderita sebuah penyakit tertentu.
Indonesia yang mengenal nilai-nilai Pancasila, dimana di dalamnya termaktub unsur-unsur kultural dan agamis seperti tata krama, kesopanan serta adab, menempatkan bahasa sebagai bagian penting dalam perilaku berbangsa dan bernegara. Pengendalian diri seseorang dalam menggunakan kata dianggap salah satu bentuk nilai-nilai tersebut.
Berbicara sopan dengan orang yang lebih tua, penggunaan diglosia (tingkatan kesopanan dalam berbahasa misalnya seperti di bahasa Jawa dan Sunda), atau penggunaan tambahan panggilan untuk orang lain seperti mas, bang, pak, om, dsb., dan lainnya adalah contoh betapa bahasa di Indonesia menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial budayanya.
Penggunaan bahasa yang kasar, tidak sopan, dan bersifat ofensif dapat melukai hati orang lain dan sang pelaku bisa dikenakan hukuman. Oleh sebab itu, bahkan Undang-Undang negara ikut mengatur tata cara orang berbahasa, seperti banyak contoh kasus ujaran kebencian, pasal penghinaan serta penodaan agama yang semua berasal dari keseleo lidah, atau penggunaan bahasa yang memang ditujukan untuk menghina kelompok atau individu tertentu.
Will Smith mendapatkan dukungan dari masyarakat Indonesia bukan hanya karena merespon ucapan 'kurang ajar' Chris Rock, namun juga karena unsur lain yang ditemukan dalam budaya Indonesia, yaitu kewajiban dan harga diri. Sudah merupakan kewajiban seorang suami melindungi istri, anak dan orang-orang yang ia cintai.Â
Sampai taraf ini, harga diri juga menjadi pilihan. Tak heran pula, karena bangsa Indonesia juga mengenal konsep kultural siri' pacce dalam bahasa Makassar atau siri' passe dalam bahasa Bugis, yang merujuk pada harga diri dan rasa malu yang harus ditegakkan bila seorang manusia -- laki-laki -- merasa pantas hidup.Â
Ketika harga dirinya disinggung, ia tak boleh terima, atau sama saja manusia tanpa harga diri dan menjadi hina dina. Serupa dengan konsep carok masyarakat Madura yang berupa tindakan fisik untuk mempertahankan harga diri dari pelecehan orang lain. Misalnya bila istri diganggu orang lain atau masalah lainnya.
Dalam hal ini, bila merujuk pada konsep harga diri diatas, tindakan Will Smith terhadap Chris Rock masih terbilang ringan. Kekerasan bisa dirasa perlu untuk menegakkan harga diri tersebut.
Pengaturan berbahasa di Indonesia secara hukum nyatanya memang bertentangan dengan yang terjadi di Amerika. Kebebasan berbicara di negara Indonesia tidak boleh kebablasan dan melanggar norma, kaidah dan nilai-nilai Pancasilais. Hukum pembatasan hal berbicara ini malah melindungi masyarakat dari outcome yang amit-amit jangan sampai terjadi. Misalnya saja ucapan SARA yang ceroboh dapat menyebabkan konflik antar kelompok etnis atau agama dan pertumpahan darah secara masif.
Lesty memang tidak bisa dikatakan ambil andil dalam artikel ini. Tapi selain menggunakan namanya sebagai sebuah click bait artikel ini, frasa "Begini tanggapan Lesty" menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia pasti selalu memiliki perspektif budaya yang bisa diperhatikan dalam menanggapi sebuah fenomena.Â
Bak Lesty yang berhak memiliki tanggapan dan pendapat mengenai sesuatu, masyarakat Indonesia pun berhak berpendapat mengenai perilaku Will Smith yang dianggap tak pantas itu sebagai sebuah contoh kecil nilai-nilai tata krama berbicara dan siri'pacce yang pantas diwajari bahkan didukung.