Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Di Balik Ribut-Ribut Konser Taylor Swift

14 Maret 2024   10:09 Diperbarui: 18 Maret 2024   19:39 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari hymne di rumah-rumah pemujaan, dari nyanyian privat di rumah-rumah bangsawan dan para raja, dari nyanyian ritual komunal, dari gremengan kelas bawah di pabrik dan perkebunan tebu, musik telah berkembang menjadi industri global. Musik juga menjadi industri noise yang memicu industri lain. Music mengombinasikan budaya, teknologi dan bisnis.

Pada tahun 2022 saja, nilai industri musik mencapai US$ 26,2 miliar, dengan pertumbuhan rata-rata 9 % di tahun yang sama. AS berada di tempat pertama dalam industri musik dunia, disusul Jepang (2), Inggris (3), Jerman (4).

Di Asia, Cina dan Korea Selatan adalah negara dengan industri yang bertumbuh pesat. Tiongkok berada posisi ke 5 dalam pasar musik global, sedangkan Korsel di posisi ke 7, setelah Perancis yang menduduki posisi ke 6 (https://globalmusicreport.ifpi.org/).

Untuk kontes Swift kali ini saja, Singapura meraup keuntungan dari 300 ribu tiket, yang katanya diincar 22 juta orang. Pariwisata dapat untung banyak karena penerbangan dan akomodasi naik 30 % (https://www.cnnindonesia.com). Singapura juga diserbu anak-anak muda akibat konser tersebut.

Begitu besarnya nilai ekonomi yang diperoleh, membuat musik menjadi bagian dari industri pendidikan dan juga ilmu pengetahuan. Akademi, institut dan universitas membuka jurusan musik untuk mendidik para komposer, penyanyi dan entrepreneur musik. Teori-teori musik dikembangkan untuk menggali mengapa, bagaimana, oleh siapa dan untuk apa musik diproduksi dan dikembangkan.

Di lembaga-lembaga pendidikan musik, eksperimen-eksperimen musik dilakukan seperti eksperimen sains. Tujuannya mengeksplorasi berbagai macam bunyi baru. Dari beat box yang menggunakan mulut dan tenggorokan manusia,  barang-barang yang digunakan sehari-hari, kayu, batu dan bambu, air sampai peralatan canggih seperti komputer.

Seorang begawan seni dari STSI Surakarta, AL Suwardi, saat kos bersama di Australia, pernah memberi saya tiga jenis musik hasil eksperimen. Pertama dihasilkan dari senar piano yang dipukul. Kedua rekaman bunyi lempengan baja tipis yang dibanting dengan teknik tertentu. Ketiga adalah rekaman gamelan yang tidak biasa, gamelan berbentuk genta.

Musik itu kuasa

Power (Kekuasaan) membutuhkan sarana untuk mempresentasikan diri. Dan musik adalah sarana itu. Dalam komunitas-komunitas kuno, bunyi dari tanduk rusa atau kulit siput besar menandai kehadiran ketua suku, raja atau penguasa lain.

Seorang raja Jawa menggunakan gamelan untuk menandai kehadiran atau saat naik takhta. Raja dan Bangsawan Eropa menggunakan pertunjukan musik klasik dalam royal concert untuk menunjukkan kelas.

Meminjam istilah Attali, musik itu noise dan noise itu kuasa. Kuasa itu kemampuan membujuk, memaksa, mempengaruhi, mengendalikan, menundukkan pihak lain agar mau melakukan apa yang Anda inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun