Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Soal Laut China Selatan, Indonesia Tak Bisa Lagi Pasifis

24 Januari 2024   23:45 Diperbarui: 26 Januari 2024   10:15 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber daya perikanan adalah potensi lain. Ada miliaran mulut yang harus diberi makan, tidak hanya di Cina, tetapi juga di negara-negara ASEAN. Menguasai kawasan LCS berarti menguasai sumber protein penting untuk mengisi perut penduduk yang jumlah terus bertumbuh.

Indonesia tidak bisa lagi Pasifis.

Sumber gambar: maritimnews.com
Sumber gambar: maritimnews.com

Awalnya, Indonesia selalu berusaha menarik jarak dari konflik LCS. Argumen pemerintah karena kita bukan pihak pengklaim. Argumen ini tidak tepat. 

Indonesia tidak bisa lagi 'pasifis', diam menunggu perang rebutan wilayah terjadi di LCS. Pertama, konflik terbuka di LCS akan mengganggu keamanan dan stabilitas ekonomi ASEAN di mana Indonesia menjadi negara penting. Meski bukan pengklaim, Indonesia harus terlibat langsung dalam upaya pencegahan konflik dan penyelesaian sengketa teritorial.

Kedua, Cina memasukkan sebagian kawasan Laut Natuna Utara ke dalam sembilan garis imajiner terputus-putus (nine dash line). Tahun 2021, Tiongkok mengirim nota diplomatik kepada pemerintah RI. 

Nota ini intinya meminta Indonesia menghentikan pemboran eksplorasi Migas di ZEE di perairan Natuna Utara. Tiongkok mengklaim lokasi pemboran adalah wilayah teritorialnya. Selain itu, beberapa kali kapal penjaga pantai Cina memasuki zona ekonomi ekslusif Indonesia di Perairan Natuna.  

Nota protes dapat menjadi menuntut perubahan respon politik dan keamanan yang lebih asertif soal LCS.  'Indonesia tak bisa lagi bersikap pasifis' memiliki makna bahwa sikap diam dan menarik jarak dari konflik di LCS tak lagi relevan. Soal waktu saja klaim Tiongkok akan melebar ke Natuna.

Pola penguasaan Tiongkok atas LCS harus menjadi pelajaran bagi Indonesia. "Crossing the river by feeling the stones" (menyeberangi sungai sambil merasakan batu-batuan) adalah strategi Cina dalam merumuskan berbagai kebijakan. Frasa ini pertama kali dibuat oleh salah Chen Yun, salah satu tokoh PKC tahun 1950.

Intinya adalah lakukan sesuatu secara bertahap. Seperti orang menyeberangi sungai, rasakan dulu pijakan. Jika kuat, teruskan langkah selanjutnya. 

Deng Xiao Ping mengadopsinya dalam proses reformasi ekonomi pada tahun 1980-an. Ia memulai dengan membuka tiga propinsi di selatan untuk investasi asing, lalu disusul daerah lain dan juga membuka sektor ekonomi lain lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun