Selembar selendang batik kembang bungur
menjebak  bau malam menetes dari canting
dari ujung lentik  jemarimu, Kinanti
menemani malamku di negeri asing yang menggigil
kau berikan padaku di parangtritis
sebelum kepergian dari kota para raja
bersemayam di antara beringin kembar
sejumput kembang bungur
jatuh dari cantingmu
menjadi rimbun di kain batik itu
kembang bungur lupa dipanen burung-burung
kita petik dari tepi  tamansari
mekar saat pagi masih basah oleh embun
disisakan malam yang sejuk di Yogya
sedang masa kecil kita mendengkur
sepanjang setapak Vredeburg
Kini kugelung batik kembang bungur
di  sepi Victoria Park saat April belumlah tua
seribu kupu-kupu berkumpul dari negeri jauh
tergoda oleh warna ungu dan bau harum
di antara sayap kupu-kupu melintas sebuah senyum
kaukah itu?
Selendang Batik kembang bungur
kudekap saat tidur
menyemai mimpiku kembali padamu
di negeri  matahari banjiri semua hati
senja  lelap  dalam alunan gamelan
malam  mabuk oleh asap kemenyan
tertidur dalam lembut suara sinden muda
memanggil kekasihnya pulang dari negeri seberang
kaukah itu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H