Indonesia akan mengakhiri tahun 2021 dengan situasi keamanan yang stabil. Di dalam negeri, kedamaian publik masih terjaga. Tetapi, peningkatan gerakan Organisasi Papua Merdeka harus dikelola dengan tepat agar tidak berdampak pada integrasi nasional.
Tensi politik mungkin meningkat di tahun 2022 karena pemilihan presiden tinggal 2 tahun lagi. Namun pengalaman pemilu sebelumnya menunjukkan kompetisi politik tidak akan meletus sebagai konflik terbuka.
Di tahun 2022, ekonomi global diperkirakan akan membaik, meskipun ketidakpastian dan resiko juga tinggi. KEMENKEU memproyeksi pertumbuhan ekonomi 5-5,5 %.
Asumsi harga minyak mentah US$ 63/barrel. APBN tahun mendatang berjumlah Rp1.846,1 triliun (https://www.kemenkeu.go.id/publikasi)
Meskipun ada optimisme, muncul kekhawatiran bahwa jika covid-19 berlanjut, pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target.
Akibat ikutannya adalah ketidakamanan perkerjaan bagi angkatan kerja usia muda. Karena itu, APBN 2022 difokuskan pada stimulus untuk mencegah perlambatan ekonomi.
Perkara keamanan energi, penurunan produksi minyak dalam negeri melanggengkan ketergantungan pada impor BBM. Angka lifting minyak ditetapkan sebesar 703 ribu Barel/hari, sedangkan lifting gas sebesar 1.036 barel setara minyak/hari. Pemerintah juga bekerja keras meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan. Indonesia menargetkan 23 % EBT dalam bauran energi nasional di 2025.
Dua ancaman lain yang dihadapi Indonesia adalah kemungkinan konflik militer dan keberlanjutan pandemi. Strategi apa yang bisa dilakukan di tahun mendatang untuk menghadapi dua ancamna ini?
Menajamkan Peluru
Satu masalah keamanan yang harus dihadapi Indonesia di tahun mendatang adalah letupan sengketa perbatasan. Kalau tidak ditangani dengan baik dapat menjadi konflik militer dengan negara tetangga.Â