Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid 19 dan Super Power Baru? (1)

6 Desember 2021   14:01 Diperbarui: 6 Desember 2021   21:23 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kedua, krisis atau  kejutan besar seperti perang. Posisi AS sebagai kuasa besar tidak bisa dilepaskan dari Perang Dunia II. Sebelum perang, Inggris, Belanda, Perancis dan Jerman adalah kekuatan utama di Eropa. PD II menghancurkan negara-negara Eropa. Amerika Serikat muncul sebagai kuasa besar baru.

Industri yang dibangun massif untuk mendukung perang, berkembang pesat ketika  permintaan akan barang-barang AS naik pasca perang. Marshall Plan adalah program bantuan rekonstruksi Eropa. Program ini sekaligus menjadi sarana perluasan industri AS di tengah kehancuran kemampuan produksi Eropa akibat perang.

AS tumbuh menjadi raksasa ekonomi dan militer yang tidak tertandingi  sesudah PD II. Keruntuhan Uni Soviet tahun 1989 menempatkan AS sebagai hegemon tunggal. Dalam periode 1945-2000-an, dunia menjadi stabil dan damai di bawah rumah payung Pax Americana.

Ada perkiraan bahwa Covid-19 akan mempercepat degradasi peran AS sebagai hegemon global. Tanda-tanda penurunan posisi dominan AS sebenarnya sudah  muncul lama. Serangan September 11/2001 mengakhiri mitos America is the safest place. Dalam kasus program Nuklir Iran, AS tidak bisa lagi bertindak unilateral. Kegagalan di Irak dan Afghanistan ada tanda lain kemunduran the American Mighty.

Perilaku ekonomi proteksionis di bawah Trump mengatakan sesuatu yang penting. Produk AS mulai kehilangan daya saing di pasar internasional. Bahkan mungkin juga di pasar AS sendiri. Defisit perdagangan dengan Cina adalah satu indikasi penurunan  daya saing itu. Bukankah sejak tahun 1990-an, mobil buatan AS seperti Ford harus bertahan menghadap raungan Honda, Toyota, Hyundai bahkan di pasar AS sendiri. Slogan Trump, Bring America great again. Mungkin menjadi America cannot be brought  big again?.

Apakah dampak Covid-19?  Di AS, kesehatan  public dan ekonomi mengalami krisis akibat Covid 19. Lembaga pemerintah AS, Centers for Disease Control and Prevention melaporkan bahwa  sampai tanggal 3 Desember 2021, Covid-19 telah mengambil 784.893 nyawa warga AS. Yang paling banyak meninggal berasal dari kelompok kulit hitam dan warga AS non-hispanik. Analisis Brooking Institute menemukan efek pandemic dalam 10 sektor ekonomi, termasuk usaha kecil dan menengah. 

Selama Januari-Agustus 2020, pendapatan sektor ini menurun sampai 20 %. Pada saat bersamaan, berbagai stimulus dan biaya penanganan COVID telah menaikkan jumlah utang pemerintah. Defisit mencapai US$ 3.1 Triliun. Jumlah ini setara dengan 15 % dari GDP dan deficit paling besar sejak PD II (https://www.cfr.org).

Apakah covid akan mempercepat kemunduran posisi global AS? Apakah Cina akan menjadi kuasa besar baru? (bersambung).

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun