Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tukang Sihir

27 November 2020   03:56 Diperbarui: 27 November 2020   04:10 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiap pagi, ia bangkit

Mimpi-mimpi  cair dari hatinya

menjelma aroma kemangi

lunglai bangkit oleh kicau murai

di piring yang teranyam dari puisi

ia menghidangkan doa-doa mujarab

menguatkan kaki-kaki belia

menyeberang rimba persoalan

Bersarang kepalanya yang rimbun akal

sejuta kunang-kunang pudarkan gelap rumah

tiga bidadari meminjam rahimnya suci

turun ke bumi

menjadi anak-anak penjaga marwah

Bulan selalu panjang di penanggalan

tagihan disihirnya jadi tembok rumah

di kuali, ia menenun rasa huma dan lautan

ikan-ikan tua jadi muda

yang lapuk jadi pucuk

yang tawar jadi berwarna

pada  meja jati warisan

tempat empat  bulbul menjumpai rindu

Perempuanku tukang sihir

Yogya, 0V-2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun