Mohon tunggu...
Niko Ardian
Niko Ardian Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cerita dari Festival Kabupaten Lestari 2018

3 Agustus 2018   18:25 Diperbarui: 3 Agustus 2018   18:45 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setuju gak sih kalau semakin hari, kesadaran individu untuk peduli terhadap aspek keberlanjutan; baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, bahkan lingkungan, semakin besar? Begitu pun kesadaran kelompok untuk melakukan hal yang sama. Setidaknya, itulah yang saya amati selama mengikuti Field Visit: Journey of Musi Banyuasin to Green Growth minggu lalu. Dalam perjalanan ini, saya dapat melihat bagaimana upaya keras pemerintah untuk membangun daerahnya tanpa mengabaikan ketiga aspek keberlanjutan.

"Berapa jam lagi, Mil?" saya bertanya kepada Milla, teman seperjalanan yang memang berasal dari Musi Banyuasin (Muba), tuan rumah Festival Kabupaten Lestari 2018. "Masih setengah perjalanan lagi, mbak" jawabnya. Entah mengapa, sisa setengah perjalanan itu terasa amat panjang bagi saya. Mungkin pemandangan pohon karet yang berganti menjadi pohon sawit, lalu kembali lagi dengan pohon karet itulah yang membuat perjalanan terasa lama.

UPPB Cipta Praja

Selang beberapa menit kemudian, tibalah kami di Unit Pengelolaan Pemasaran Bokar (UPPB) Keluang yang berada di Desa Cipta Praja dan Desa Mekar Jaya, Kecamatan Keluang. UPPB ini merupakan UPPB pertama yang dibentuk di Muba. Melangkahkan kaki keluar dari bis, perhatian saya langsung tertuju pada tumpukan balok karet yang hampir memenuhi lapangan ini

p-20180726-121000-5b643cc1d1962e043e33cb43.jpg
p-20180726-121000-5b643cc1d1962e043e33cb43.jpg
Hamparan karet yang bakal dilelang  Aristya Tri Rahayu

"Banyak sekali karet nya, Pak", seru saya yang baru pertama kali melihat produksi karet sebanyak itu. "Iya, mbak. Biasanya lebih banyak dari ini jumlahnya. Satu minggu bisa mencapai 33 ton", ujar seorang Bapak yang membelah balok karet untuk kami lihat kualitasnya. Jujur, saya tidak begitu paham tentang kualitas karet yang baik. Namun, melihat kondisi karet yang putih bersih menandakan bahwa kualitas karet disini bagus.

Ada beberapa hal menarik dari UPPB Keluang ini, di antaranya adalah:

  1. Sistem Lelang
    Harga karet yang fluktuatif di pasaran, terkadang merugikan para petani karet. Maka dari itulah, sistem lelang dilakukan untuk meningkatkan nilai jual karet itu sendiri. Selain itu, dengan adanya UPPB ini para petani semakin berupaya untuk memerhatikan kualitas karetnya masing-masing. Sebab, semakin baik kualitas karet, maka semakin tinggi pula nilai jualnya.
  2. Inovasi Asap Cair
    Kalau biasanya para petani menggunakan asam sulfat untuk memadatkan getah karet, disini para petani menggantinya dengan asap cair. Tanah yang terkena asam sulfat harus digali hingga 2-3 meter dalamnya, sehingga merusak kondisi lingkungan. Berbeda dengan asam sulfat, asap cair tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah.
    Asap cair diperoleh dari hasil penyulingan batang pohon. Pertama, batang pohon dibakar dalam sebuah tangki besar, lalu asap hasil pembakaran didistribusikan lewat sebuah pipa hingga menjadi asap cair. Sederhana tapi canggih!

qqqqqqqqqqqqq-jpg-5b643dbf5a676f26d4180638.jpg
qqqqqqqqqqqqq-jpg-5b643dbf5a676f26d4180638.jpg

KUD Sumber Jaya Lestari

Beranjak dari UPPB Cipta Praja, field visit dilanjutkan dengan mengunjungi koperasi sawit di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Keluang. Pada Oktober 2017 lalu, koperasi ini menjadi salah satu koperasi yang melakukan replanting atau peremajaan sawit bersama presiden Republik Indonesia.

Replanting sawit dilakukan untuk mengganti pohon sawit yang sudah tua sehingga menyebabkan produktivitasnya menurun. Untuk itulah, peremajaan sawit dilakukan agar produktivitas sawit semakin baik.

Danau Ulak Lia

Hari menjelang petang ketika kami menginjakkan kaki di Danau Ulak Lia. Sejauh mata memandang, danau yang berbentuk menyerupai tapal kuda ini tampak memesona dengan airnya yang tenang dan pepohonan yang menyelimutinya di sisi kiri dan kanan danau. Perpaduan antara danau dan rimbunnya pepohonan semakin menawan kala matahari mulai turun secara perlahan.

p-20180726-164038-01-5b643e7fcaf7db7a413a7333.jpeg
p-20180726-164038-01-5b643e7fcaf7db7a413a7333.jpeg
Danau Ulak Lia: Atraksi wisata baru di Sekayu

p-20180726-164144-01-e1533204701954-5b643e50d1962e7edb73da67.jpeg
p-20180726-164144-01-e1533204701954-5b643e50d1962e7edb73da67.jpeg
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan di Danau Ulak Lia: Mendayung

"Bapak tinggal dimana?", pertanyaan pembuka dari saya kepada bapak yang menemani saya di atas biduk (istilah untuk perahu di Sekayu). "Dekat, mbak. Di seberang saja", sahut Bapak yang menemani saya berkeliling danau. "Oh, berarti sering kesini dong, Pak? Sudah banyak wisatawannya?". "Sering, mbak. Biasanya suka mancing ikan juga disini. Tapi, kalau wisatawan belum terlalu banyak. Paling masyarakat di sekitar sini saja", lanjut beliau.

Sebagai anak pariwisata, mudah bagi saya untuk mengonfirmasi bagaimana perspektif masyarakat apabila Danau Ulak Lia menjadi destinasi pariwisata di Sekayu. Ditambah lagi, rencana pemerintah kabupaten untuk menjadikan danau ini sebagai kebun raya disambut baik oleh masyarakat. Asik, sebentar lagi masyarakat Sekayu mempunyai kebun raya , nih!

PT Pinago Utama Group

Hari berikutnya, kami berkunjung ke salah satu perusahaan sawit dan karet yang sudah berdiri sejak tahun 1979. Butuh waktu sekitar 1,5 jam dari kota Sekayu untuk tiba di pabrik ini. Seperti biasa, pemandangan selama perjalanan hanya berupa pohon sawit dan pohon karet. Mendekati pabrik, barulah pemandangan berubah menjadi rumah-rumah warga. Kunjungan ke PT Pinago diawali dengan mendengarkan company profile yang disampaikan oleh staf disana.

"Menjadi perusahaan yang baik dan berkelanjutan dengan kualitas produk didukung oleh sumber daya manusia"

Karena penasaran dengan unsur berkelanjutan dalam salah satu misi PT Pinago, saya jadi tertarik untuk terus mengikuti presentasi yang disampaikan. Sama halnya dengan aspek keberlanjutan yang meliputi ekonomi, sosial, dan lingkungan, begitupun aspek keberlanjutan yang dijalankan oleh PT Pinago.

Presentasi selesai, kami melanjutkan kunjungan ke kawasan pabrik. Sayangnya, perjalanan dilakukan di dalam bis, sehingga kami tidak dapat melihat dengan dekat bagaimana kondisi di lapangan.

Pertama, kami melewati lokasi dimana buah sawit dari para petani dikumpulkan. Beberapa truk berjajar rapi menurunkan buah sawit yang diangkutnya. Selanjutnya, kami melewati pabrik pembuatan kompos dan pengolahan limbah. Pabrik ini menghasilkan 2 jenis limbah. Limbah cair diolah menjadi biogas plant dan limbah padat diolah menjadi power plant. Kedua jenis limbah ini dapat berfungsi sebagai pembangkit listrik yang mampu mendukung kegiatan di PT Pinago.

"Yang di sebelah kiri kita adalah rumah ibadah sekaligus taman kanak-kanak. Sedangkan di sebelah kanan adalah rumah bagi para karyawan disini", ujar pemandu kami dari dalam bis. Mayoritas karyawan PT Pinago adalah masyarakat di sekitar perusahaan dan masyarakat Musi Banyuasin. Tersedianya fasilitas umum bagi masyarakat menunjukkan bentuk tanggungjawab PT Pinago terhadap masyarakat di sekitar.

Field visit kami berakhir setelah mengunjungi PT Pinago tersebut. Dari perjalanan ini, saya jadi memahami bagaimana upaya pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Semoga saja perjalanan ini mampu menginspirasi kabupaten lain dalam Lingkar Temu Kabupaten Lestari untuk tetap fokus pada pembangunan berkelanjutannya. Sampai ketemu di Festival Kabupaten Lestari 2019 di Kabupaten Siak, Riau.

Salam Lestari, Salam Kolaborasi Untuk Indonesia!

Oleh : Aristya Tri Rahayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun