Kampus Mengajar Angkatan 1 merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI).Â
Program yang berlangsung dari tanggal 22 Maret 2021 sampai tanggal 25 Juni 2021 ini bertujuan untuk membantu sekolah sasaran dalam mengajar literasi dan numerasi, membantu adaptasi teknologi, dan membantu administrasi sekolah. Sekolah yang menjadi sasaran dalam program Kampus Mengajar ini adalah sekolah dasar yang berada di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) atau yang memiliki akreditasi paling tinggi C.Â
Salah satu sekolah yang menjadi sasaran dalam program Kampus Mengajar Angkatan 1 adalah SD Tunas Abadi. SD Tunas Abadi adalah sekolah dasar swasta yang berlokasi di Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, Provinsi Jambi.Â
Ada 7 mahasiswa dari 3 Universitas berbeda yang terpilih untuk menyukseskan program Kampus Mengajar di SD Tunas Abadi. Salah satu mahasiswa tersebut adalah Nikmatuz Zahrak yang berasal dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Ahmad Dahlan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, budaya-budaya yang ada di SD Tunas Abadi sudah baik, contohnya peserta didik selalu membiasakan untuk membaca doa sebelum dan setelah pembelajaran, berlaku sopan dan santun pada guru dan teman, menerapkan budaya 3S (senyum, salam, dan sapa), saling bekerjasama dengan teman-temannya, dan memakai seragam sekolah yang rapi dan sesuai dengan peraturan sekolah.Â
Namun ada beberapa kendala yang dialami sekolah, yaitu sekolah kekurangan tenaga kerja dan masih ada beberapa peserta didik yang belum lancar membaca. Oleh karena itu, sekolah merasa sangat terbantu dengan adanya mahasiswa.
Pada kegiatan bantuan mengajar selama 3 bulan ini, mahasiswa mengajar pelajaran Tematik, Matematika, Pendidikan Agama, dan Seni Budaya kepada peserta didik di kelas II, III, IV, dan V secara mandiri maupun didampingi oleh guru kelas. Selama kegiatan belajar mengajar, terdapat peserta didik yang masih kesulitan dalam mengeja dan menulis kata-kata.Â
Peserta didik juga kesulitan dalam belajar numerasi, beberapa dari mereka kurang menguasai dasar-dasar matematika, seperti kabataku (kali, bagi, tambah, kurang), serta bilangan positif dan negatif.Â
Oleh karena itu, mahasiswa mengadakan kegiatan tambahan untuk peserta didik yang masih kurang lancar membaca karena dikhawatirkan dia akan ketinggalan pelajaran dimana seharusnya pada jenjang yang ditempuh saat ini, dia sudah bisa membaca dengan lancar.