Tidak semua anak lahir dari keluarga konglomerat, karena sejatinya hidup itu tidak mulus. Penuh rintangan, siapapun itu, kaya-miskin, laki-laki perempuan, tua muda dan lain sebagainya. Tidak semua anak seberuntung bocah-bocah di negeri dongeng, karena diantara mereka ada banyak cerita hidup yang penuh tantangan sejak lahir.
Apa yang membuat anak kurang seberuntung itu tetap bertahan di jalan kehidupannya? Rasa yang dia alami, pelajaran hidup dengan orang tua yang mengajarkan untuk terus bertahan di posisinya saat ini. Alasan lainnya karena ada kemauan keras untuk merubah nasib hidupnya.
Orang hidup tidak cukup dengan menerima keadaannya yang terus-terusan apa adanya. Bersyukur memang harus dilakukan, tapi ada progress hidup yang dibuka lebar Tuhan untuk umat-Nya dengan niat yang baik tentunya.
Jauh saya ceritakan soal macam-macam jalan hidup yang kerap kita jumpai, karena ada kisah seseorang yang cukup menggugah pandangan dan menerangi mindset kita agar tidak berhenti berjuang demi kesempatan hidup yang diberikan Tuhan. Dia adalah Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin.
Awalnya, saya kira dia adalah sosok yang datang dari keluarga berada, mungkin jejaknya di dunia politik berasal dari ayah atau anggota keluarga lainnya. Tapi setelah saya lihat bagaimana latarnya, terkaan saya salah. Dia datang dari keluarga berekonomi menengah ke bawah. Bapaknya seorang tukang becak, sedangkan ibunya menjadi asisten rumah tangga.
Kehidupannya bermula di Kabupaten Trenggalek dan berpindah ke Surabaya untuk mengadu nasib. Tapi setelah bapaknya meninggal, bupati yang kerap disapa Gus Ipin itu mendapat wasiat. Isinya bukan peninggalan harta-benda, karena dengan ekonomi pas-pasan aset bukan menjadi hal penting bagi mereka.
Wasiat itu bunyinya menyuruh Gus Ipin untuk balik ke Trenggalek, demi melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk saudara dan warga di sana. Akhirnya dia memulai kehidupan remajanya dengan menjadi pengusaha. Niat itu dia barengi juga untuk membuka lapangan kerja. Pergulatan dunia usaha dia lewati.
Tidak diam, selain skill dia juga mencoba mengembangkan relasi dengan banyak pihak. Salah satunya lewat sebuah perkumpulan yang dia inisiasi demi memberdayakan kehidupan petani lewat program Trenggalek Menyemai Tunas atau Trengginas. Dari sana dia banyak dikenal politisi di Trenggalek, sampai pada ajakan beberapa pemuda Trenggalek yang menggelar festival pantai di Prigi. Disanalah dia bertemu dengan Emil Dardak dan keduanya maju menjadi pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Trenggalek periode 2015-2019.
Belum genap masa periodesasinya habis, Emil Dardak harus dilantik kala terpilih menjadi pendamping Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Selama menjabat Bupati dari tahun 2019, Gus Ipin melakukan tugasnya dengan baik hingga dia mendapat berbagai penghargaan di beberapa lini.
Jiwa mudanya berkobar untuk menyejahterakan warganya lewat kreatifitasnya sebagai pemimpin termuda versi MURI. Sebelum menjadi pemimpin saja, dia sudah membuat program yang begitu bermanfaat untuk menunjang produktifitas petani. Niatnya memulai karir juga bukan hanya mencari penghasilan, tapi membuka lapangan kerja. Disana terselip niat untuk mengentaskan kemiskinan di tanah kelahirannya dan menjadi seseorang yang bermanfaat bagi orang-orang di sekitarnya. Ya dia bukan hanya melaksanakan wasiat dari bapaknya yang telah tiada, tapi juga mengimplementasikan hakekat dari manusia yang bermanfaat selama hidupnya di dunia.