Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Kisah Kasih Ganjar dan Warga Jateng

9 Agustus 2023   17:28 Diperbarui: 9 Agustus 2023   18:34 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Katanya mahasiswa itu agen of change, aku coba mengimplementasikan karapan itu tipis-tipis dengan bergumul bersama organisasi di kampus. Disana aku masuk ke bidang sosial dan masyarakat, bergelung dengan banyak program yang terjun langsung di lapangan.


Salah satunya pengabdian masyarakat. Rangkaian kegiatannya beragam. Mulai dari galang dana saat saudara kita sedang tertimpa bencana, hingga menginap di rumah warga. Disana aku dan teman-teman mengadakan berbagai acara yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.


Ya itung-itung menerapkan apa yang disebut pengabdian masyarakat tadi. Ada mengadakan penyuluhan, cek medis, berbagi sembako, berkumpul dengan adek-adek untuk memberi sedikit edukasi sampai gotong-royong bersama di hari minggu.


Semua itu terangkum dalam sosialisasi yang terjalin antara kami, para mahasiswa, dan masyarakat desa. Itulah fenomena yang jarang, malah tidak pernah kulihat dari orang-orang yang mengaku wakil rakyat.


Tapi setelah aku mengenal bagaimana Ganjar Pranowo menjalankan kepemimpinannya di Jawa Tengah, pandanganku berubah. PDIP lewat ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, sudah menginstruksikan anak-anaknya untuk menyalakan lilin-lilin di desa-desa.


Aku menangkap sinyal itu, agar para kader dengan amanah yang mereka bawa masing-masing bisa menyempatkan untuk menjalin komunikasi dengan warga secara langsung tanpa sekat dan tanpa perantara. Salah satunya bisa merasakan kehidupan sayuk-sayuk rukun di desa.


Tentu semua tujuannya ada pada mengetahui bagaimana sikon tekini, menjadi tempat mereka untuk mengadu, memenuhi kebutuhan, dan memahami problem yang sedang mengalir di sana. Hal tersebut benar didapat oleh seorang Ganjar Pranowo yang sering menginap di rumah warganya.


Bukan hanya baru-baru ini, tapi sudah dari awal menjabat sebagai gubernur Jateng. Tepatnya sejak tahun 2014, Ganjar sudah menerapkan tampung aspirasi warga dari acara menginap di rumah mereka.


Yang terbaru ada nginep di Desa Kemasan, Sukoharjo. Di sana ada kegiatan ngobrol bareng sambil ngopi. Ganjar bisa ngobrol santai dengan warga, tanpa membawa jabatan formal yang diemban sebagai pemimpin.


Banyak apirasi yang diserap oleh gubernur dua periode itu, aduan dan problem yang mereka hadapi berakhir dengan solusi. Kegiatan menginap di rumah warga itu kembali berlanjut di waktu weekend kemarin.


Kali ini bertempat di Pati, tepatnya Desa Tanjung Anom. Ganjar berbagi cerita dengan warga di sana saat malam tiba. Kehangatan menjalar saat warga berkumpul dengan pemimpin mereka, bercengkerama bersama menjadi magis perekat dalam acara kumpul-kumpul tadi.


Petikan gitar  menambah suasana makin intim dengan dendangan lirik "kemesraan ini jangan cepat berlalu" yang mengalun penuh kebahagiaan. Siapapun yang menyaksikan suasana malam itu, akan ikut terhanyut dalam suasana.


Seperti konser malam ala desa yang benar-benar sulit untuk dilupakan. Mungkin Ganjar yang berada ditengah mereka pun akan sulit move on, dengan suasana kekeluargaan yang terjalin. Bertalu-talu dengan ingatan di memory, akan 10 tahunnya menjadi bagian besar dari tumbuhnya Jawa Tengah.


Ya, mungkin ini moment-moment terakhir Ganjar menghabiskan waktunya bersama warga desa. Bahkan jika seorang anak yang lahir pun sudah berumur 10 tahun kini, sudah tahu siapa nama gubernurnya.


Pada suatu moment lain, Ganjar pernah menyampaikan juga kepada warganya untuk terus menyapanya dimanapun dia berada. Silaturahmi harus tetap terjaga bukan, Ganjar menyampaikan semua itu dengan dibarengi ucapan terimakasih atas kasih dan sayang yang mengalir selama 10 tahun ini.


Aduh, kenapa arah tulisanku jadi mellow begini dan membuat mata berair ya.... Padahal tadi tujuannya mau membagikan moment kebersamaan Ganjar dengan masyarakat saja.


Baiklah, malam itu menjadi malam yang panjang bagi Ganjar, karena selain gitaran dan nyanyi bersama, suasana semakin asyik dengan cemilan pendamping. Ya lengkap sudah kebahagiaan Ganjar malam itu, ngobrol, ngopi, makan, nyemil, nyanyi hingga kantuk mengambil alih kerja mata.


Sisa kehangatan malam tidak berakhir begitu saja, karena pagi harinya Ganjar disuguhi dengan sarapan bareng warga. Hingga tiba pamitan, Ganjar kembali dikelilingi warga, bersalaman dengan ucapan terimasih yang beriringan.


Ucapan "Sehat selalu" menjadi doa singkat yang terlempar diantara warga dan Ganjar. Kedekatan Ganjar dengan warganya memang sudah terjalin dari awal jabatannya. Yang dulu namanya awam, dengan gampang membaurkan diri. Keasingan yang menyergap perlahan pudar.


Itulah yang disebut Mbak Yenny Wahid tentang Ganjar adalah pemimpin yang merakyat. Kalau kata orang itu adalah bentuk pencitraan saja. Mungkin aku pernah bilang kalau citra Ganjar yang merakyat memang terkadang dianggap gimmick semata.


Tapi ini 10 tahun lho kawan. Artis pun akan mempertimbangkan lagi jika kontrak 10 tahun dengan tanpa batas waktu istirahat, untuk memerankan akting sebagai pemimpin yang merakyat. Selama ini memang citra Ganjar dianggap pencitraan oleh banyak orang, terutama barisan haters yang berceloteh demi memprovokasi rakyat.


Aku tidak heran dengan tindakan-tindakan seperti itu. Bahkan fitnah dan hoax saja bertebaran, apalagi yang masalah citra tadi. Yang terpenting, Ganjar melakukan semua dengan tulus saja, mengalir tanpa harus dibuat-buat. Rakyat juga bakalan tahu mana yang asli dan mana yang palsu.


Niat baik tidak akan pernah kehilangan tujuannya, seperti aku dan teman-teman yang tadi sedang belajar menjadi agen of change. Ganjar juga melakukan pengabdiannya terhadap masyarakat dengan baik.


Dia menjalankan amanah dengan tulus, seperti yang digaungkan bahwa tuannya cuma rakyat yang menemani kepemimpinannya selama 10 tahun terakhir. Semua terealisasi dengan tindakan nyata, bukan hanya sebatas tagline. Bukan juga sebatas wacana, karena implementasinya sudah diupayakan dengan maksimal oleh sang gubernur.

Nikmatul Sugiyarto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun