Wejangan bapakku terus mengudara saat berpamitan keluar rumah. Pesan khususnya saat berkendara dalam jarak jauh adalah "hati-hati, jangan ragu-ragu kalau di jalan raya".
Maksudnya begini kawan, di jalan raya itu bukan tempat yang pas buat berpikir panjang soal pilih sisi mana untuk melajukan sepeda motor. Jangan bimbang, pilih sisi kanan atau kiri dan gunakan sein dengan baik dan benar pastinya.
Jangan sekali-kali memilih jalur tengah karena selain membahayakan, hal tersebut membuat geram pengguna jalan. Ya kalau kamu gesit, kalau lelet dapat klakson mulu dong. Itu tafsir pertama, ada yang lain.
Kalau di jalan itu tinggalkan ketakutan, harus berani. Mau melaju mendahului kendaraan di depan atau stay di kecepatan ternyamanmu. Bila ragu mau mendahului, bisa-bisa ditenggel sopir bus ataupun truck yang sedang dikejar target waktu mereka masing-masing.
Ya inti dari semua itu jangan berpusing ria mengambil sisi mana yang mau dipilih saat berkendara di jalan. Memori itu tercetak jelas ketika melihat pemaparan Ganjar Pranowo atas latar belakang dari baju bergaris hitam-putih, yang dikenakan saat menemui relawannya di Senayan.
Deep maknanya terukir dibalik motif dan warna baju Ganjar itu. Tidak jauh dari wejangan yang ada pada cerita awalku tadi, kenapa hitam dan putih? Tentu untuk menghindari warna tengah dari perpaduan dua warna tersebut, yakni abu-abu.
Warna hitam yang pudar memutih itu memang selalu mengingatkan kita pada sebuah makna keraguan. Bahkan dulu pernah dosenku mengomentari baju abu-abu milik segerombol mahasiswanya, yang tergabung dalam sebuah organisasi.
Celanya sih kenapa harus abu-abu, analoginya memperlihatkan tidak tegas terhadap visi dan misi yang mereka junjung dalam ranah kampus. Wal akhir, sentilan itu yang membuat para mahasiswa meringis malu karena kesalahan pilih warna.
Memang abu-abu bisa membuat fatal pemakainya, makaya itu hitam dan putih lebih baik disuguhkan kepada setiap mata yang memandang. Semua tidak terlepas dari makna besar di dalamnya. Karena hitam dan putih itu simbol dua opsi yang mengarahkan sikap politik tegas seorang Ganjar, ya atau tidak.
Ya, rasanya jika kita sudah masuk ke dunia politik, pilihannya hanya dua dalam mengambil keputusan, tidak boleh ragu-ragu. Karena banyak jebakan batman di sana yang membuatmu rungkad jika salah pilih.
Harus totalitas bahasanya anak muda, lagian apa yang membuat ragu jika setiap perjalanan yang dilalui saja penuh cerita seru bagi masing-masing pelakunya. Makanya nasehat Ganjar kepada anak muda yang menganggap politik itu hanya dunia hitam itu salah. Sebab orang-orang sepertinya yang akan membuat politik itu mengasyikkan lagi menggembirakan.
Bila hanya melihat, dimana letak mencecapnya? Garis lurus pada corak bajunya tadi menunjukkan jalan politik yang dirintisnya selama ini. Hingga tibalah dia pada amanah besar seperti sekarang, semua tidak lepas dari arah politik yang ditempuhnya bertahun-tahun.
Gubernur dua periode itu berpegang erat pada suatu proses. Karena semua tidak bisa instan, maka ada pemahaman yang alurnya tidak singkat. Kalau mau politik praktis ya jalannya pakai uang, tapi banyak yang tidak selamat menggunakan jalur satu itu. Kalau tidak berakhir rungkad, ya berakhir di sel penjara. Atau malah keduanya, hehehe.
Sedikit tricky memang, tapi justru disitulah letak keseruan yang diartikan Ganjar. Hidup tanpa tantangan itu bagai sayur tanpa garam kawan, hambar rasanya. Semua menggembirakan karena disana keleluasaan dan kebebasan berpikir terimplementasi dengan baik.
Open minded ya menyesuaikan konsep negara kita yang demokrasi. Asal kembali lagi endingnya pada dasar negara kita, lewat pengamalan Pancasila. Ganjar memiliki semua cerita di sana, bukan sekedar kisah panjang tapi peran besar dalam dunia politik yang sudah dijajakinya sejak duduk di bangku kuliah.
Dan yang membuatku kaget saat mendengar fakta bahwa garis lurus hitam-putih tadi ternyata ide yang datang dari Presiden Joko Widodo. Pantas saja, aku merasa baju tadi tidak hanya sekali dua kali dipakai gubernur Jateng itu, namun sudah berkali-kali.
Di hadapan relawan Ganjar meceritakan kilas balik Jokowi memilihkan warna dan motif busana yang dikenakannya. Tidak secara gamblang tapi penuh pengertian dan siratan makna dalam penyampaiannya.
Busana dengan style khas memang sudah menjadi identitas untuk pemakainya. Pun dengan Jokowi yang suka memakai kemeja putih setiap saat. Bukan tanpa sebab banyak alasan disana selain simple dan mudah dicarinya. Kali ini Jokowi dengan khusus memilihkan baju khas, yang dipakai kawannya itu untuk bersilaturahmi kesana-kemari.
Dari sana jalinan persahabatan mereka memang berjalan seperti kepompong, terus berproses menjadi kupu-kupu yang indah. Tidak sekali ini lho perhatian serupa dilemparkan Jokowi dan menjadi booming di seantero negeri.
Sebelumnya ada fenomena rambut putih. Diutarakan Jokowi saat meet and greet di GBK dengan ribuan relawannya tahun lalu. Tentu dengan petunjuk si pemikir rakyat arahnya jadi tidak clueless. Tujuannya hanya merujuk pada Ganjar seorang.
Dari sana banyak orang berbondong-bondong menyerentakkan gerakan, dengan gaya editing rambut putih sampai ada yang menyemir rambut langsung. Ya sampai sekarang fenomena rambut putih masih hitz di berbagai kalangan.
Rasanya kali ini rambut putih tidak berjalan sendirian lagi. Karena ada gerakan garis lurus hitam-putih tadi, yang akan membelah jalan politik menuju kemenangan 2024. So, nice to meet you new style, kita kawal Ganjar Pranowo terus ya sampai istana negara meneruskan perjuangan Jokowi, oke. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H