Cerita datang dari pengalaman singkatku setiap berhadapan dengan orang yang memiliki gangguan jiwa. Setiap mereka berseliweran di lingkunganku, yang kulakukan hanya menghindarinya jauh-jauh. Karena takut diamuk jikalau sikap ataupun omonganku menyinggung dan disalahpahami mereka.
Jika ingin memberikan sesuatu, seperti makanan ataupun barang yang mungkin dibutuhkannya, aku menggunakan perantara orang sekitar. Hal tersebut berbanding terbalik dengan pemimpin dari Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang memiliki pembawaan tenang dan easy going terhadap semua warganya, termasuk orang dalam gangguan jiwa tadi.
Hal tersebut dibuktikan, lewat salah satu warganya yang mengidap penyakit jiwa. Tak ada yang bisa menggerakkan hati Mamat, yang menghuni salah satu jembatan di desanya, di Kabupaten Jepara, dengan penampilan kumuhnya.
Tetangga, ataupun keluarga tak ada yang bisa membujuknya untuk sekedar membersihkan diri. Badan yang kumal, dengan berbagai aksesoris hingga rantai berkarat yang melingkar di beberapa anggota tubuh membuatnya terlihat menakutkan. Ditambah lagi senjata tajam yang kerap dibawanya, membuat orang semakin enggan mendekatinya.
Tapi keengganan itu sirna dengan kedatangan Ganjar yang kebetulan sedang kunjungan kerja di Japara. Ditemani Sukaryo Adi, seorang warga yang memberikan dedikasinya kepada ODGJ terlantar, Ganjar mencoba membujuk Mamat agar setidaknya mau untuk bersih-bersih demi menjaga kesehatan tubuhnya.
Setelah ngobrol ngalor-ngidul dengan Ganjar, Mamat luluh. Ia mau dipotong kukunya, dirapikan rambutnya, dan dibersihkan tubuhnya. Kabarnya sekarang Mamat bukan hanya sehat badannya saja tapi jiwanya juga kembali sehat.
Sekarang Mamat menjalani hidup normal seperti warga pada umumnya. Menjalankan kewajibannya sebagai muslim, dan mau bekerja mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Siapa sangka, Ganjar yang hanya ingin membujuk Mamat untuk bersih-bersih tadi, bisa membangunkannya dari keterpurukan. Gubernur dua periode itu memang selalu membawa kejutan, yang membuat setiap orang akan sulit percaya dengan cara kepemimpinannya di Jawa Tengah.
Hampir 10 tahun, Jateng dibawa Ganjar mengarungi kencangnya ombak yang harus diterjang demi sebuah perubahan. Bukan hanya kecakapan pikirnya saja, tapi pemimpin itu seperti seorang multitalent yang serba bisa melakukan berbagai hal.
Komunikasi menjadi kunci utama menjaga hubungan dalam kerja sama di pemerintahannya. Seperti halnya Ganjar yang mengajak ODGJ tadi mengobrol santai, tanpa harus mengeluarkan emosi. Nyatanya dalam pekerjaannya, obrolan menjadi satu terobosan untuk mencapai suatu keberhasilan.
Diskusi dan lobby adalah bagian dari kemahirannya sebagai seorang pemimpin. Berkat Ganjar yang memiliki jiwa negosiator tinggi untuk kemaslahatan warganya, berbagai hal baru berhasil dilakukannya.