Mengapa suatu kebaikan dipermasalahkan oleh mereka? pertanyaan itu meronta-ronta dari kepalaku.
Ketika niat baik, tulus dari hati ingin berbagi dengan sesama, maka siapa sih targetnya? Tidak perlu mencari yang jauh-jauh kawan, kalau orang terdekat saja masih banyak yang membutuhkan bantuan dari kita.
Tetangga, teman, dan orang di lingkungan sekitar kita yang harus diutamakan. Kenapa harus pilih-pilih? Musuh pun kalau mereka butuh uluran tangan juga bakal dibantu, apalagi orang yang tidak jauh dari jangkauan kita.
Capek mesti memikirkan hal sepele yang dibikin pusing. Rasa-rasanya sudah candu akan huru-hara begitu mungkin. Seperti kritikan pedas yang menghampiri Ganjar Pranowo.
Beritanya masih hangat-hangatnya saat gubernur Jateng itu menyerahkan bantuan perbaikan rumah untuk kader-kader PDIP.
Kali ini klarifikasi datang dari sang gubernur, bahwa rehab itu memang awalnya semua menggunakan dana pribadi. Ternyata Baznas mau ikut bantu. Dari sisi aturan tidak ada yang dilanggar.
Tapi meski begitu, gara-gara ramai dan menimbulkan perdebatan yang tidak berkesudahan, akhirnya sosok jangkung itu menginstruksikan agar bantuan Baznas ditarik dan dialihkan ke warga lain.
Seperti yang kita ketahui, program pengentasan kemiskinan ala nya sudah banyak berkembang pesat. Salah satunya dengan memberikan bantuan untuk merenovasi RTLH (Rumah Tak Layak Huni).
Program ini digenjot habis-habisan oleh Ganjar Pranowo, jadi wajar sekali jika Jawa Tengah selalu berada di peringkat pertama dalam penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Dana yang digunakan untuk menyokong RTLH pun datangnya dari berbagai sumber. Ada dari APBN, APBD, Baznas, CSR, hingga uang pribadi sang gubernur juga ikut dikeluarkan. Ya, pemimpin satu itu memang terkenal akan keloyalannya dengan rakyat.
Mungkin jika ditanya mengapa, jawabnya "selagi untuk kebaikan, why not?"
Hahaha jadi ingat Pak Paloh dengan "why not" nya yang menanyakan alasan mengapa tidak memilih capres usungannya.
Ingat kawan, itu karena si Anies menjadi opsi terkahir yang dipilih oleh sang ketua. Kabar kabur yang beredar, Ganjar sudah beberapa kali di ajak duduk satu meja dengan punggawa Nasdem itu. Tapi kader PDIP satu itu tidak pernah menggubrisnya.
Gubernur rambut putih itu tidak mungkin mau, karena ia sangat menghormati PDIP. Karena dirinya dilahirkan dari rahim ideologi Partai Banteng tersebut, ia tak mau melangkah ke lain tempat.
Apakah partai lain lebih baik ? Belum tentu juga.
Jawabnya selalu sama. Kalau Ganjar Pranowo tidak berada di partai moncong putih itu, belum tentu ia menjadi gubernur dua periode. Belum tentu juga perubahan-perubahan banyak terjadi di provinsi rumah Joglo itu.
Kalau hari ini kehendak rakyat ya, tapi ojo lali karo sejarah, karena sejarahlah yang mengantarnya sampai sejauh ini.
Baiklah, memang orang baik itu banyak ujiannya, ya.
Kegaduhan yang terjadi sekarang datang menghampiri gubernur Jawa Tengah itu. Niat baiknya membantu saudara PDIP untuk merenovasi rumah disalahpahami oleh para haters.
Siapa bakal penerima bantuan itu hanya dilihat dari segi kemiskinannya, bukan yang lain. Tidak pandang bulu latar belakangnya apa, kalau dia membutuhkan dan tempatnya tergolong perlu dibantu, maka Bapak gubernur itu akan menolong mereka.
Tapi tidak dengan julidtan yang dilemparkan untuk sang gubernur, bahwasanya orang yang dibantu itu berada di partai sama dengannya. Orang di sekitar Ganjar, ya mereka dalam PDIP itulah keluarganya.
Jadi jika dirasa ada rakyat yang membutuhkan uluran tangan, maka dengan sigap Ganjar memberikannya. Masak iya niat membantu harus bertanya siapa kamu? Apa partaimu? Atau, apa agamamu?
No, bukan begitu kawan yang namanya kemanusiaan. Kita itu makhluk sosial yang sejatinya hidup berdampingan harus saling tolong-menolong. Apalagi kedudukannya sebagai pemimpin, harus adil dan merata.
Lalu, cuitan dari kawan di seberang sana juga menyahut. Datangnya dari Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, ia menanggapi yang dilakukan sang gubernur itu sangat wajar. Ia menanggapi kegaduhan tentang polemik bantuan rumah yang disalurkan kepada kader PDIP itu dengan santai.
Oh, dengan senyum juga, merasa sedikit menggelikan karena bantuan itu dijadikan masalah, padahal niat awalnya baik.
Ahmad Basarah mengatakan kader Banteng yang mendapat bantuan dana renovasi rumah dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu juga merupakan anggota masyarakat. Dia bukan makhluk asing.
Mereka berhak menerima bantuan tanpa harus mempermasalahkan posisinya sebagai kader di partai yang sebentar lagi berulang tahun itu.
Tidak mengapa, memang di era genting ini, segala halnya perlu diwaspadai. Tindak-tanduk para pemimpin dan politisi menjadi penilaian semua kalangan. Asal tidak menafsirkan dengan sembarang saja ya, kawan.
Ganjar Pranowo itu adalah tipe pemimpin yang bukan antikritik. Tahu kalau bantuan Baznas untuk kader PDIP jadi kontroversi, dengan bijaksana ia meminta bantuan itu ditarik saja dan diserahkan ke warga lain.
Padahal beliau paham betul kalau bantuan itu tidak salah alamat dan tidak salah target. Tapi daripada jadi polemik terus dan bantuan kepada yang berhak akhirnya jadi tertunda-tunda, ya sudah ia putuskan untuk menariknya, dan mengganti bantuan untuk kawannya itu dengan dana pribadi.
Ya begitulah, pemimpin yang mau mendengar. Meski jelas secara aturan tidak ada yang dilanggar, tapi demi kebaikan bersama, dana Baznas dialihkan saja untuk warga lainnya.
Sosok pemimpin yang tulus seperti Ganjar ini memang tidak mempunyai niat neko-neko dalam setiap langkahnya. Semua pure ia lakukan untuk tuannya. Karena kepedulian seorang pemimpin tidak boleh tebang pilih, Ganjar membantu siapapun, rakyat yang membutuhkan juluran tangannya.
Nikmatul Sugiyarto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H