Mungkin jika ditanya mengapa, jawabnya "selagi untuk kebaikan, why not?"
Hahaha jadi ingat Pak Paloh dengan "why not" nya yang menanyakan alasan mengapa tidak memilih capres usungannya.
Ingat kawan, itu karena si Anies menjadi opsi terkahir yang dipilih oleh sang ketua. Kabar kabur yang beredar, Ganjar sudah beberapa kali di ajak duduk satu meja dengan punggawa Nasdem itu. Tapi kader PDIP satu itu tidak pernah menggubrisnya.
Gubernur rambut putih itu tidak mungkin mau, karena ia sangat menghormati PDIP. Karena dirinya dilahirkan dari rahim ideologi Partai Banteng tersebut, ia tak mau melangkah ke lain tempat.
Apakah partai lain lebih baik ? Belum tentu juga.
Jawabnya selalu sama. Kalau Ganjar Pranowo tidak berada di partai moncong putih itu, belum tentu ia menjadi gubernur dua periode. Belum tentu juga perubahan-perubahan banyak terjadi di provinsi rumah Joglo itu.
Kalau hari ini kehendak rakyat ya, tapi ojo lali karo sejarah, karena sejarahlah yang mengantarnya sampai sejauh ini.
Baiklah, memang orang baik itu banyak ujiannya, ya.
Kegaduhan yang terjadi sekarang datang menghampiri gubernur Jawa Tengah itu. Niat baiknya membantu saudara PDIP untuk merenovasi rumah disalahpahami oleh para haters.
Siapa bakal penerima bantuan itu hanya dilihat dari segi kemiskinannya, bukan yang lain. Tidak pandang bulu latar belakangnya apa, kalau dia membutuhkan dan tempatnya tergolong perlu dibantu, maka Bapak gubernur itu akan menolong mereka.
Tapi tidak dengan julidtan yang dilemparkan untuk sang gubernur, bahwasanya orang yang dibantu itu berada di partai sama dengannya. Orang di sekitar Ganjar, ya mereka dalam PDIP itulah keluarganya.