Perihal adil yang tidak harus sama, memang sudah kerap terdengar di telinga. Tapi, nyatanya katidakadilan itu jelas keberadaanya.
Kali ini ketidakadilan menghampiri salah satu kader dari PDIP. FX Rudy dipanggil oleh PDIP, tentu tujuannya untuk diberi sanksi perihal aksinya mendukung Ganjar menjadi capres usungan PDIP nanti. Sanksi yang dijatuhkan untuknya kali ini bersifat keras dan terakhir, hal itu dilatarbelakangi oleh posisinya sebagai kader senior.Â
Bak teman yang baik, dia menjadi salah satu panglima perang untuk kawannya. Kita bisa memilih teman, tapi kita tidak bisa mengatur seorang teman itu seperti apa.
Kualitas seseorang memang hanya diri sendiri yang mengukur, tapi ingat ada orang lain yang ikut menilai segala hal dari sudut pandangnya. Itu menjadi hak mereka. Jadi ketika hak kita menabrak dengan suatu peraturan, memang ada konsekuensinya sendiri.Â
Pelanggaran aturan memang satu alasan seseorang mendapatkan sanksi hingga terkadang, berakibat fatal karena sudah tidak bisa ditolerir lagi. Kasus pelanggaran peraturan yang dilakukan Rudy, bukanlah sesuatu pelanggaran yang besar, tapi nyatanya PDIP berpandangan beda dari penilaian khalayak umum.
Bapak berkumis tebal itu tetap menerima sankssinya dengan legowo, seolah-olah itu hanya peringatan kecil dan akan menjadi angin lalu saja. Tentu tidak menggoyahkan tekadnya untuk terus mendorong kawannya menjadi presiden RI kelak.Â
Demi keadilan, PDIP memang dinilai semena-mena oleh rakyat. Bagaimana tidak dibilang semena-mena kalau dirinya saja sebagai senior kader diberi sanksi yang berat, sedangkan hal tersebut tidak berlaku sama dengan pendukung Puan Maharani.
Tidak berhenti di situ saja, nyatanya saat dewan kolonel diberi Surat Peringatan Keras dan Terakhir, tidak ada transparansi bagaimana sanksi itu dijatuhkan kepada mereka.
Jadi terletak di bagian mana keadilan yang digaungkan oleh PDIP ini?
Menelisik ulang bagaimana aksi yang digencarkan oleh Rudy ini tidaklah sebesar yang dilakukan oleh dewan Kolonel, yang dalam tugasnya saja menaikkan elektabilitas dan citra sang tuan putri. Rudy hanya sebatas mengoarkan dukungannya saja untuk Ganjar.Â
Demi orang yang mumpuni, seorang teman rela mempertaruhkan jabatannya di partai moncong putih itu. Untuk Ganjar, Rudy hampir dipecat dari PDIP. Rakyat amat menyayangkan keputusan yang dibuat PDIP untuk ex walikota Solo itu.
Bukan sesuatu yang berlebihan, darinya publik pun tahu hubungan pertemanan yang kental mengalir diantara dua si joli itu.
Getolnya aksinya menjadi bukti bahwa dia memang amat antusias mempercayakan capres usungan PDIP kepada Ganjar Pranowo. Kacamatanya menunjukkan keobjektifan, bukan lagi kepalsuan yang nampak, tapi realita.Â
Keadilan, keadilan... banyak orang yang menggelorakanmu. Banyak orang bersembunyi di balik kata-katamu, tanpa mengaplikasikanmu dalam kehidupan nyata.Â
Rudy tidak mempermasalahkan apapun bentuk peringatan itu. PDIP adalah keluarganya, tidak mungkin dia memperpanjang masalah disaat parpol itu sedang mengurusi kepentingan rakyat.Â
Dirinya memang tidak bisa menyuarakan dukungannya untuk capres pilihannya, tapi diluar rumah keduanya, dia akan terus mendukung Tugiman satu itu. Bukan karena ikatan pertemanan lagi, tapi sosok pilihannya itulah yang pantas dan layak menduduki kursi di pesta demokrasi nanti.Â
Nikmatul Sugiyarto