Muda-mudi yang sedang dimabuk asmara, karena satu rasa yang di sebut cinta, tentu akan berlanjut dari awal komitmen sebagai kekasih, menjadi berlanjut ke tahap pelaminan.
 Tapi kawan, untuk mencapai panggung pelaminan, tidak sembarangan bukan persiapannya? Siap mental, siap financial, dan kesiapan lainnya tentu harus menjadi prioriotas utama sebelum melangkah ke jenjang selanjutnya.Â
 Bukan hanya pihak laki-laki yang akan mengambil alih jabatan sebagai kepala keluarga, tapi juga kesiapan seorang perempuan dalam berumah tangga. Tanggung jawab besar dalam rumah tangga ada pada kepala keluarga, banyak perempuan menjadi pihak yang menunggu kepastian dari seorang laki-laki pujaan hatinya untuk melangkah ke depan.
 Begitu pula dengan seorang laki-laki, sadar tanggung jawabnya besar dalam membina rumah tangga, membuatnya harus ekstra mempersiapkan segala hal. Tidak cukup pikiran yang matang dan dewasa saja, tapi juga kemapanan.Â
 Uang memang bukan segalanya kawan, tapi segalanya butuh uang. Sandang, pangan, papan, adalah kebutuhan primer yang akan dicukupi dengan uang, sehingga kemandirian dalam hal keuangan sebelum menikah adalah keharusan.
 Lalu selanjutnya, kesiapan mental tadi, karena kesiapan mental bukan lagi tentang uang, dia ada, salah satunya karena banyak pengalaman hidup yang sudah ditelannya. Bagaimana dalam menghadapi masalah, cara menyelesaikannya, solusi yang diambil, dan kebijakan mana yang dia putuskan, adalah beberapa rutinitas yang dinilai dalam kedewasaan seseorang.
 Seorang perempuan memang sering menjadi pihak menunggu disaat si laki-laki masih membutuhkan waktu lagi dalam mempersiapkan diri untuk menyandang gelar baru sebagai kepala keluarga.
 Disaat seorang perempuan menunggu kesiapan sang pujaan hati untuk meminangnya, kasus yang sama datang dari rakyat yang menunggu-nunggu kehadiran pemimpin macam Ganjar Pranowo menyatakan kesiapannya untuk meminang jabatan seorang presiden RI.
 Sudah menjadi rahasia umum jika gubernur satu itu diharapkan rakyatnya untuk diusung partainya menjadi capres 2024. Lalu saat pertanyaan tentang siapkah sosoknya menjadi presiden RI, dengan wibawanya sang gubernur menjawab "Kalau untuk bangsa dan negara apa sih yang kita tidak siap,".
 Hati mana yang tidak mencelos bungah mendengar pernyataan itu, ditengah harapan besar dirinya bakal maju pada pilpres 2024 nanti. Tidak berhenti di situ sebelumnya Ganjar selalu mewanti-wanti untuk tetap tenang mengurusi kepentingan rakyat.
Soal elektabilitas dari survei-survei itu berdasarkan penilaian rakyat, Ganjar tidak mau geer karena semua sumbernya adalah tindakan langsung dalam melayani rakyatnya.Â
 Seperti penuturan Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, yang mematahkan harapan rakyat. Dirinya mengatakan siapapun memang harus siap jika diberi tugas oleh partai, seperti kader yang lain saat diberi tugas ke salah satu provinsi segera bergerak menuju lokasi.
 Oh, tidak bisa begitu Pak Hasto, sudah beda konsep, penggambarannya sudah jauh bagai jarak pasangan yang sedang dalam hubungan LDR (Long Distance Relationship).
 Tugas sebagai presiden itu dalam ranah besar tidak hanya dalam lingkup provinsi. Lalu dalam kesiapan jika tidak memiliki trek record dalam memimpin rakyat, apakah masih sanggup kader menerima tugas sebagai capres yang diusung partai?
 Yang biasanya bekerja di balik layar apakah mampu dihadapkan dengan permasalahan rakyat secara langsung. Yang menghabiskan waktunya di belakang meja, bergumul dengan kertas dokumen, apakah mampu hadir di tengah rakyat, berinteraksi, memberi solusi kemudian merealisasikannya? Memang bisa, tapi akan kurang maksimal karena tidak terbiasa dengan tugas barunya.Â
 Ingat bukan slogan bisa karena terbiasa, tresno jalaran soko kulino, semua ada rekam jejaknya, tidak langsung terbentuk begitu saja. Dan ya, Ganjar mimiliki itu. Trek recordnya menjadi seorang Gubernur dua periode, tidak hanya diam namun banyak perubahan yang dirinya garap untuk provinsi padat penduduk itu.
 Memang betul penghargaan yang diraihnya dan prestasi yang dimiliki oleh gubernur satu itu tidak ada artinya bila itu semua bukan dari rakyat. Tuannya adalah rakyat, yang dilayaninya adalah rakyat, jadi yang menilai berhasilnya dia dalam memimpin adalah rakyat.
 Seorang perempuan yang telah mendapat pernyataan siapnya pujaan hati untuk meminangnya, hari-harinya pasti akan diwarnai dengan bunga-bunga yang bermekaran, jantung berdebar saat melewati hari-hari menuju kebahagiaan itu. Sama halnya setelah dengar dan lihat Ganjar membuat pernyataan tentang kesiapannya menjadi kepala negara ini demi bangsa dan negara, membuat hati rakyatnya senang luar biasa.
 Bukan hanya rakyat tapi juga teman dan orang-orang yang mendukung Ganjar menyambut suka cita akan kesiapannya menjadi penerus Jokowi nanti. Hari-hari selanjutnya akan semakin mendebarkan, apakah benar PDIP yang akan mengusung Ganjar menjadi capres atau malah partai lain yang akan membawanya melesat di pesta demokrasi nanti?
 Saat ini memang yang menjadi kekuatan adalah do'a, tentu usaha Ganjar untuk selalu bergerak demi kepentinganrakyat akan terus dilakukan, karena memang hatinya tulus hanya untuk tuannya.
Nikmatul Sugiyarto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H