Aku terheran-heran dengan apa yang melatar belakangi kebencian Bambang Tri kepada eks tukang kayu itu.
 Apa benar dirinya tidak terima dengan tidak diberi izin atas penyebaran bukunya yang berjudul Jokowi Undercover. Tapi hal itu wajar kalau bukunya hanya berisi ujaran kebencian, dengan menyebar hoax, atau menjelekkan nama pemimpin bangsa dengan hal yang tidak mendasar.
 Wong sekelas aku saja, kalau upload tulisan di media sosial sering dapat peringatan karena tulisannya berbau politik dan menyinggung pihak-pihak tertentu didalamnya. Tapi itu semua karena kebijakan, jadi aku memakluminya. Jadi Pak Bambang yang lebih dewasa dari aku harusnya juga legowo dengan keputusan izin terbit suatu karya beserta penyebarannya.Â
Ingat tidak sih setelah ada tudingan ijazah palsu itu, Jokowi menghadiri acara dies natalis UGM, disitu Presiden sangat disegani para guru besar UGM dan jajarannya. Begitupun sebaliknya Jokowi sangat menghormati para akademisi kampus tempatnya mengenyam pendidikan perkuliahan itu.
 Di hadapan para mahasiwa, Jokowi kembali bernostalgia saat jamannya dulu berkuliah, tentunya dengan menunjukkan foto lamanya dengan kawan-kawan kuliahnya. Tidak berhenti disitu sang presiden juga mengunjungi fakultas tempatnya mengenyam pendidikan, fakultas kehutanan. Eks tukang kayu itu kembali bernoltalgia dengan memanggil dosen pembimbingnya dulu penyusunan tugas akhirnya dulu.
 Bahkan Rektoe UGM, Ova Emilia, menggelar konferensi pers, untuk memberikan kesaksian di hadapan publik, bahwa Jokowi memang benar alumni dari universitas yang berkedudukan di Yogyakarta itu. Ova juga tidak ragu membeberkan judul skripsi Jokowi kala itu, 'Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta'.Â
Masak iya sekelas rektor UGM mau sembrono ngarang judul juga, enggak dong ya.
Kalau sudah begitu, masak masih dibilang ijazahnya palsu, gimana ya mempertanggungjawabkan fitnah itu, Pak Bambang? Masak iya sekelas rektor UGM mau sembrono ngarang judul juga Semoga Pak Bambang diberi kesehatan selalu agar bisa melalui realita yang ada.Â
 Begitulah cara sang presiden membuktikan kepada publik akan hubungan harmonisnya dengan para akademisi di tempatnya dulu berkuliah. dengan cara elegannya, Jokowi menampar haternya dengan tindakan nyatanya, bukan lagi berkelit dengan kata-katanya.Â
Lalu belum puas dengan bukti gamblang itu, kini Bambang Tri kembali menaikkan kasus lama itu ke publik. Jadi membawa kepentingan apalagi Bambang Tri ini, kok tidak kapok dengan sanksi yang dilayangkan untuknya atas tindakan pencemaran nama baik seorang presiden.
 Atas dasar apa gitu lho Bambang satu itu ngotot banget ingin membuktikan ijazah yang dimiliki Jokowi itu palsu. kok kesannya ada orang yang mendukungnya dibelakang, apakah tidak hanya Nur Sugik saja yang memprovokasinya.