Mohon tunggu...
Nikmatul Faizah
Nikmatul Faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Apa yang saya tuliskan disini merupakan sebuah bentuk pembelajaran bagi diri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Sejarah Gedung Eks Toko Buku J.W.F. Sluyter Serta Gedung Penerbitan Dan Percetakan Van Dorp & Co Di Jalan Tunjungan Surabaya

4 Maret 2024   18:56 Diperbarui: 4 Maret 2024   20:25 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Bangunan EX Toko Buku Sluyter di Jalan Tunjungan https://travelandword.com/locaahands-tunjungan-surabaya/

Kawasan jalan Tunjungan merupakan kawasan yang telah dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sejak awal abad ke XX. Jalan Tunjungan pada saat itu difungsikan sebagai salah satu tempat untuk rekreasi masyarakat Surabaya. Sebagai salah satu tempat rekreasi,Tunjungan dilengkapi dengan adanya beberapa toko seperti department store Aurora, gading Murni, dan Toko kwang. selain toko department store, di Tunjungan juga terdapat Hotel Orange atau yang saat ini disebut sebagai Hotel Majapahit. Tunjungan juga menjadi salah satu lokasi berdirinya toko J.W.F. Sluyter. toko J.W.F. Sluyter merupakan salah satu toko buku import yang berada di daerah jalan Tunjungan Surabaya pada masa kolonial. Secara historis gedung toko buku Sluyter kemudian diambil alih oleh usaha percetakan Van Dorp & Co.

Buku sebagai sebuah produk media massa menempati posisi penting dalam sebuah arus pemikiran. Dengan adanya buku manusia dapat menuliskan apa yang mereka ketahui dan ingin tuliskan. Buku juga berperan bagi terbukanya cakrawala pengetahuan namun sebelum menjadi buku, terlebih dahulu melalui proses percetakan dan penerbitan sehingga industri percetakan serta penerbitan memiliki peran sangat penting bagi hadirnya sebuah buku maupun media massa lainnya. Hadirnya toko buku pada masa kolonial cukup berperan bagi perkembangan industri percetakan dan penerbitan pada masa kini, sehingga buku dan industri penerbitan serta percetakan adalah dua hal yang berkaitan satu sama lain.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, VOC mulai mendatangkan mesin cetak ke Indonesia dengan tujuan untuk mencetak berbagai bentuk media massa seperti pamflet, brosur, serta majalah sehingga dimulai dari situlah awal mulai Indonesia mengenal percetakan. Batavia dijadikan sebuah kota yang menjadi pusat penerbitan. hal ini tentunya sangat berkaitan dengan tujuan pemerintah kolonial Belanda yang ingin mengontrol semua bahan bacaan yang akan dibaca oleh penduduk pribumi, selain itu pemerintah juga sangat berhati-hati menyebarluaskan seluruh bahan bacaan. Penerbit Landsdrukkerij adalah salah satu penerbit yang saat itu cukup terkenal di Batavia. 

Dalam perkembangannya mulai muncul penerbit swasta yang berkolaborasi antara orang Belanda dan Tionghoa. Selain itu muncul beberapa percetakan milik orang Tionghoa pada akhir abad XIX beberapa diantaranya yakni percetakan Tjoei Tjoei Jang dan percetakan Kho Tjeng Bie & Company yang kemudian percetakan milik orang Tionghoa peranakan tersebut juga berkembang di beberapa kota. Selain percetakan milik Tionghoa juga terdapat percetakan milik masyarakat bumiputera. Salah satu percetakan Bumiputera yang cukup berpengaruh yakni contohnya medan prijaji.

Percetakan-percetakan swasta pada saat itu tidak bisa berkembang dengan leluasa semenjak diberlakukannya pembatasan pada tanggal 10 November 1856. Isi dari pembatasan tersebut yakni siapa saja yang akan mendirikan percetakan maka harus melakukan perizinan terlebih dahulu sebulan sebelumnya dan harus menyerahkan uang jaminan sebesar 200-5.000 gulden, syarat lainnya yakni mereka harus menyebarkan sekitar 3 eksemplar hasil cetakannya kepada Plaatselijk Bestuur, Officier van Justitie, dan Algemeene Secretari sebelum dipublikasikan. hal tersebut dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai upaya pengawasan terhadap segala publikasi dengan tujuan menjaga kestabilan pemerintahannya. Jika saja pemerintah menemukan isi yang bertentangan dengan pemerintah maka sanksinya adalah penyitaan serta penyegelan terhadap percetakan maupun tempat penyimpanan hasil cetakan. Dalam perkembangannya, pada tahun 1919 mulai bermunculan penerbit dan percetakan yang jumlahnya cukup banyak yang tersebar di berbagai daerah meliputi wilayah-wilayah di Jawa dan juga di luar Jawa. Di Luar Jawa terdapat di beberapa daerah seperti Padang, Bengkulu, Makassar, Sibolga dan medan, serta beberapa daerah lainnya sedangkan di pulau Jawa terdapat di daerah Yogyakarta, Semarang, Bandung, Kudus,termasuk juga Surabaya.

Pada masa kolonial penerbitan serta percetakan dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial Belanda serta pengusaha Belanda untuk kepentingan Bangsa Belanda sendiri salah satunya untuk mendukung segala aktivitas bisnis maupun misionaris di tanah jajahannya yakni Hindia-Belanda sehingga penerbitan saat itu masih cukup terkendali. Pada mulanya tulisan tulisan yang dipublikasikan ke masyarakat umum adalah berjenis iklan, berita, serta pendidikan keagamaan dan misionaris namun ketika abad ke -20 mulai berkembang lebih luas lagi dengan terbitan yang tidak hanya berbahasa Jawa tetapi juga menggunakan bahasa Melayu.

 Kaum Bumiputera memiliki penerbitan sendiri yang diberi nama NV Javasche Boekhandel en Drukkerrij en Handel in Schrijfbehoeften (Medan Priaji) yang dipimpin oleh R.M. Tirto Adhi Soerjo. Disamping itu juga berdiri Insulinde yang didukung oleh H.M. Misbach. Berdirinya beberapa usaha milik Bumiputera membuat persaingan antara usaha percetakan dan penerbitan milik Belanda dan Bumiputera mengalami persaingan yang sangat tidak seimbang. Hal itu tampak pada hasil publikasi dari percetakan dan penerbitan milik Belanda yang di dominasi oleh iklan yang dapat menambah pemasukan, sedangkan hasil publikasi milik Bumiputera nyaris tidak terdapat iklan didalamnya dan pelanggannya yang cukup sedikit. Salah satu tempat percetakan dan penerbitan yang cukup berkembang saat itu adalah Van Dorp & Co yang telah memiliki beberapa cabang salah satunya di kota Surabaya.

Surabaya menjadi salah satu kota tempat percetakan Van Dorp berdiri yakni tepatnyadi jalan Tunjungan. Van Dorp merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan serta percetakan yang cukup ternama pada masa kolonial yang memproduksi beberapa bahan bacaan bermutu yang diperuntukkan bagi masyarakat Hindia Belanda, hal itu dilakukan Van Dorp selama kurang lebih satu abad. Perusahaan Van Dorp didirikan oleh G.C.T. Van Dorp yang merupakan Belanda totok penjilid buku yang saat itu mencoba peruntungannya dengan menjadi serdadu di Hindia Belanda. Selain menjalankan tugasnya sebagai serdadu, Van Dorp juga membuka usaha penerbitan dan percetakannya. Percetakan milik Van Dorp awalnya dibuka di kota Semarang dan terus berkembang pesat hingga mampu membeli sebuah perusahaan milik firma de Olifant & Co yang merupakan salah satu perusahaan percetakan swasta pertama yang ada di Hindia-Belanda. Pada tahun 1900 an perusahaan Van Dorp memperluas jangkauannya hingga membuka cabang nya di kota Surabaya. Sepuluh tahun setelah itu Van Dorp kemudian merubah statusnya menjadi NV yang kemudian disusul dengan pembaruan pada mesin mesin cetaknya. Meningkatnya status Van Dorp menjadi sebuah perusahaan membuat Van Dorp sanggup menyebarkan 50 ribu catalog produknya ke berbagai daerah.

Toko buku Sluyter merupakan sebuah toko buku yang menjual buku 22 jilid dan toko buku antik di gedungnya yang pada saat itu berlokasi di jalan Tunjungan nomor 25, di lantai pertama. Selain berjualan buku, Toko buku Sluyter juga melakukan aktivitas berupa penyelenggaraan pameran lukisan karya pelukis Belanda salah satunya yakni Th.Beerendonk. 

Bangunan Toko Buku Sluyter Surabaya tahun 1930. Sumber gambar: KITLV
Bangunan Toko Buku Sluyter Surabaya tahun 1930. Sumber gambar: KITLV

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun