Memang Negara kita sedang menginjakkan jejak pada fase ini, yakni dimana politik kini berada pada masa sulit dimana motif penindakan berpolitik di tanah air akhir-akhir ini lebih mengacu pada perjuangan antara kesempatan, kesempitan, dan kepentingan, peperangan dan kemenangan. Itulah mungkinnya wajah ayu politik Indonesia yang jika tidak segera di perhatikan akan berubah menjadi monster laut membahayakan yang siap merongrong bangsa dan Negara ini dalam penindasan atau kolonialisme jilid 2 setelah Belanda dengan Politik "devide et impera" yakni politik memecah belah, sedikit orang yang datang sanggup mengalah bangsa kita dengan pengaruhnya yang begitu luar biar "manis di bibir memutar kata malah kau tuduh akulah penyebab segalanya" demikian syair lagu exist dari Malaysia yang menjadi panji perpolitikan di Indonesia belakangan ini.
Sebagai penutup yang adalah pertanyaan yang bakal jadi perenungan kita bersama mungkinnya, demikian apakah setelah Negara kita Indonesia merdeka pada beberapa tahun yang lalu yakni di Tahun 1945, itu tandanya kita telah merdeka secara berdaulat bukan pemerintahannya tapi rakyatnya. Apakah hal itu telah jelas terbukti ataukah kemerdekaan tersebut justru kayak sekarang ibarat sementara diperebutkan kembali antara para Politisi dan masyarakat, yang sebenarnya merindukan kehadiran politisi sebagai dewa penyelamat. Mengingat yang terjadi politisi berjuang mencapai kemerdekaan menjalankan politik partainya dan masyarakat berjuang memerdekakan kehidupannya dari keterbelakangan dan keterlantaran dan kemiskinan secara jasmani maupun rohani. Lantas jika demikian apakah arti sebuah kemerdekan yang pernah kita peroleh di tahun 1945 lalu. Apakah kemerdekaan itu merupakan simbol semata, dan bukan merupakan amanah sekaligus amanat yang penting dipelihara dijaga menuju arah kesempurnaan makna. Akhir bagi para politisi izinkan aku menitip ini untuk semua 1) bisakah kita semua kembali ke jalan kejujuran karena rasanya nikmat jika kita semua berjalan dalam kejujuran baik pikir maupun tindakan karena berbohong selalu berujung kesakitan mendalam yang bakal tak ada obatnya hingga kapan pun, karenanya jangan pernah buat hati rakyat menjadi luka akibat ulah tak professional tapi berani berprofessional"
2) Jangan beranikan diri untuk menjadi pejuangan perbaikan kalau kita sendiri belum sanggup dan belum pernah bisa memperbaiki karena ketika sejari kita menunjuk maka 4 jari akan berbalik mempertanyakan lantas kamu dimana sekarang dan sedang bagaimana sekarang. Saudara dipercayakan untuk amanat kemuliaan bukan amanat embelan, "rakyat menunggu kinerjamu bukan menunggu bicaramu******"Polikus hadir dan beraksi karena masih adanya Negara, karenanya dimana hati pahit sebagai ucapan terima kasihnya buktikan itu lewat kinerja".
Salam kebangsaan dari Timur Nusantara
"Sekali merdeka tetap merdeka, sekali berani harus buktikan"
Goresan Putera Timur Nusantara, 4 Okt 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H