Mohon tunggu...
Nikmat Jujur
Nikmat Jujur Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hanya Selingan

Anak jalanan tak pernah ngecap Pendidikan.... masih belajar nulis.... sekalipun banyak Cercaan mungkinnya ... tapi aku pingin nulis selalu.... tanpa ragu.... Putera Timur Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

POLITISI “Sejarimu Menunjuk Empat Jarimu pun Bertanya”

4 Oktober 2014   19:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Memang Negara kita sedang menginjakkan jejak pada fase ini, yakni dimana politik kini berada pada masa sulit dimana motif penindakan berpolitik di tanah air akhir-akhir ini lebih mengacu pada perjuangan antara kesempatan, kesempitan, dan kepentingan, peperangan dan kemenangan. Itulah mungkinnya wajah ayu politik Indonesia yang jika tidak segera di perhatikan akan berubah menjadi monster laut membahayakan yang siap merongrong bangsa dan Negara ini dalam penindasan atau kolonialisme jilid 2 setelah Belanda dengan Politik "devide et impera" yakni politik memecah belah, sedikit orang yang datang sanggup mengalah bangsa kita dengan pengaruhnya yang begitu luar biar "manis di bibir memutar kata malah kau tuduh akulah penyebab segalanya" demikian syair lagu exist dari Malaysia yang menjadi panji perpolitikan di Indonesia belakangan ini.

Sebagai penutup yang adalah pertanyaan yang bakal jadi perenungan kita bersama mungkinnya, demikian apakah setelah Negara kita Indonesia merdeka pada beberapa tahun yang lalu yakni di Tahun 1945, itu tandanya kita telah merdeka secara berdaulat bukan pemerintahannya tapi rakyatnya. Apakah hal itu telah jelas terbukti ataukah kemerdekaan tersebut justru kayak sekarang ibarat sementara diperebutkan kembali antara para Politisi dan masyarakat, yang sebenarnya merindukan kehadiran politisi sebagai dewa penyelamat. Mengingat yang terjadi politisi berjuang mencapai kemerdekaan menjalankan politik partainya dan masyarakat berjuang memerdekakan kehidupannya dari keterbelakangan dan keterlantaran dan kemiskinan secara jasmani maupun rohani. Lantas jika demikian apakah arti sebuah kemerdekan yang pernah kita peroleh di tahun 1945 lalu. Apakah kemerdekaan itu merupakan simbol semata, dan bukan merupakan amanah sekaligus amanat yang penting dipelihara dijaga menuju arah kesempurnaan makna. Akhir bagi para politisi izinkan aku menitip ini untuk semua 1) bisakah kita semua kembali ke jalan kejujuran karena rasanya nikmat jika kita semua berjalan dalam kejujuran baik pikir maupun tindakan karena berbohong selalu berujung kesakitan mendalam yang bakal tak ada obatnya hingga kapan pun, karenanya jangan pernah buat hati rakyat menjadi luka akibat ulah tak professional tapi berani berprofessional"

2) Jangan beranikan diri untuk menjadi pejuangan perbaikan kalau kita sendiri belum sanggup dan belum pernah bisa memperbaiki karena ketika sejari kita menunjuk maka 4 jari akan berbalik mempertanyakan lantas kamu dimana sekarang dan sedang bagaimana sekarang. Saudara dipercayakan untuk amanat kemuliaan bukan amanat embelan, "rakyat menunggu kinerjamu bukan menunggu bicaramu******"Polikus hadir dan beraksi karena masih adanya Negara, karenanya dimana hati pahit sebagai ucapan terima kasihnya buktikan itu lewat kinerja".

Salam kebangsaan dari Timur Nusantara

"Sekali merdeka tetap merdeka, sekali berani harus buktikan"

Goresan Putera Timur Nusantara, 4 Okt 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun