Mohon tunggu...
nikma majdiya
nikma majdiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi yaitu memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Perhitungan LQ dan SHIFT-SHARE pada Sektor Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kota Banjar

8 November 2024   01:14 Diperbarui: 8 November 2024   01:16 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • PENDAHULUAN

Kota Banjarmasin memiliki peran penting dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, terutama melalui kontribusi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sektor-sektor ini memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta menjaga ketahanan pangan wilayah. Pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan sering kali menuntut pemahaman yang mendalam terhadap sektor-sektor unggulan dan spesialisasi wilayah. Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan adalah melalui perhitungan Location Quotient (LQ) dan analisis Shift-Share. Location Quotient (LQ) memberikan gambaran mengenai tingkat spesialisasi atau keunggulan kompetitif suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain, sedangkan analisis Shift-Share membantu menganalisis peran masing-masing sektor terhadap perubahan ekonomi, baik dari aspek pertumbuhan nasional, struktural, maupun daya saing wilayah (Arsyad, 2018; Firdaus et al., 2020).

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode LQ dan Shift-Share dapat digunakan sebagai alat analisis yang efektif untuk menggambarkan perkembangan ekonomi di berbagai sektor. Misalnya, penelitian oleh Herlina (2019) mengindikasikan bahwa sektor pertanian dan perkebunan memiliki keunggulan komparatif di beberapa daerah di Indonesia, yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, Firdaus dan Arifin (2020) menyoroti bahwa penggunaan analisis Shift-Share mampu mengidentifikasi kontribusi sektor-sektor lokal dalam menyerap tenaga kerja dan mendukung stabilitas ekonomi. Studi yang serupa di wilayah lain menunjukkan bahwa pemetaan keunggulan wilayah melalui LQ dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran, khususnya dalam rangka optimalisasi sumber daya lokal (Budi & Pramudya, 2021).

Dengan menggunakan pendekatan LQ dan Shift-Share, analisis ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor potensial dan memahami kontribusi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan terhadap perekonomian Kota Banjarmasin. Harapannya, hasil dari analisis ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan kebijakan ekonomi daerah yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor strategis tersebut secara berkelanjutan.

  • METODE

Penelitian ini menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift-Share untuk mengidentifikasi sektor unggulan dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan di Kota Banjarmasin. Metode LQ digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lain, dengan membandingkan PDRB sektor-sektor di Banjarmasin terhadap PDRB di tingkat provinsi atau nasional (Firdaus et al., 2020). Sementara itu, analisis Shift-Share memecah perubahan ekonomi menjadi tiga komponen utama: efek pertumbuhan nasional, struktur industri, dan daya saing lokal, guna mengevaluasi dinamika dan kontribusi sektor-sektor ekonomi tersebut (Arsyad, 2018). Data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait PDRB Kota Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan. Metode ini diharapkan dapat membantu memahami potensi dan kontribusi sektor-sektor unggulan dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (Herlina, 2019).

  • LQ PERTANIAN

Lembar kerja LQ_Pertanian mengandung data dari beberapa komoditas hortikultura dan buah-buahan di berbagai kecamatan. LQ (Location Quotient) digunakan untuk mengukur spesialisasi komoditas di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah referensi (misalnya, provinsi atau nasional).

  • Kolom Komoditas: Terdapat komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai, kentang, kubis, dan petsai. Untuk buah-buahan, termasuk mangga, durian, jeruk, dan pisang.
  • Struktur Data: Data tiap kecamatan mencakup jumlah produksi per komoditas. Angka di kolom-kolom ini menunjukkan besaran produksi atau indikator yang akan digunakan dalam perhitungan LQ.
  • Total Produksi: Di kolom terakhir, terdapat jumlah total produksi untuk semua komoditas di kecamatan tersebut, yang dapat digunakan sebagai basis perhitungan LQ untuk membandingkan peranan sektor pertanian antar kecamatan.
  • LQ PERKEBUNAN

LQ_Perkebunan berfokus pada data komoditas perkebunan di setiap kecamatan.

  • Komoditas Perkebunan: Terdapat berbagai jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, kakao, dan teh.
  • Nilai Produksi: Kolom-kolom yang ada berisi angka produksi komoditas tiap kecamatan. Seperti sektor pertanian, angka ini akan menjadi dasar perhitungan LQ. Misalnya, kelapa sawit dan kelapa mungkin akan lebih dominan di kecamatan tertentu, menunjukkan spesialisasi di bidang perkebunan.
  • Kolom Total: Kolom terakhir menunjukkan total produksi dari semua komoditas perkebunan, yang membantu dalam analisis keseluruhan atau agregasi data LQ sektor perkebunan di setiap kecamatan.
  • LQ PETERNAKAN

LQ_Peternakan, data berkaitan dengan produksi berbagai jenis ternak dan unggas di setiap kecamatan.

  • Komoditas Ternak dan Unggas: Jenis ternak yang tercantum meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba, serta unggas seperti ayam kampung, ayam pedaging, dan itik.
  • Nilai Produksi Daging: Data ini menunjukkan tingkat produksi untuk setiap jenis ternak dan unggas. Misalnya, kecamatan dengan nilai produksi tinggi untuk daging sapi atau ayam kampung mungkin menandakan spesialisasi pada jenis peternakan tersebut.
  • Kolom Total Produksi: Kolom terakhir menunjukkan total produksi ternak dan unggas di setiap kecamatan, yang memungkinkan perbandingan peranan sektor peternakan di berbagai kecamatan.
  • SHIFT-SHARE PERTANIAN

SS TANI HOLTIKULTURA

 Pada tahun 2020, produksi Kubis di Banjarmasin Selatan tercatat mencapai 1.109 ton, namun pada tahun 2021 semua komoditas di setiap kecamatan tidak menunjukkan adanya produksi. Dari segi Pertumbuhan Nasional (P Nasional), seluruh kecamatan mengalami penurunan untuk semua komoditas, dengan Kubis di Banjarmasin Selatan khususnya mengalami penurunan sebesar 1.109 ton. Dalam Pertumbuhan Sektoral (P Sektoral), semua komoditas di seluruh kecamatan mengalami kategori "Pertumbuhan Lambat," yang menunjukkan adanya perlambatan dalam sektor hortikultura di Banjarmasin. Dari segi Daya Saing (PPW), setiap komoditas di semua kecamatan tergolong dalam kategori "Tidak Dapat Bersaing," yang mengindikasikan rendahnya daya kompetitif sektor hortikultura di wilayah ini. Terakhir, hasil analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa semua kecamatan memiliki performa "Lamban" pada setiap komoditas, yang mengindikasikan pertumbuhan sektor hortikultura yang tidak menguntungkan.

SS TANI BIOFARMAKA

Data produksi tanaman biofarmaka, termasuk jahe, lengkuas, kencur, dan kunyit di lima kecamatan Banjarmasin (Selatan, Timur, Barat, Tengah, dan Utara) pada tahun 2020 dan 2021 menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas produksi yang tercatat, dengan nilai produksi seluruhnya sebesar 0. Dalam analisis shift-share untuk mengevaluasi pertumbuhan ekonomi dan daya saing sektor pertanian di setiap kecamatan, hasil yang diperoleh memperlihatkan pertumbuhan negatif secara nasional (PN), pertumbuhan lambat secara sektoral (PS), daya saing rendah (PPW), dan performa "lamban" di semua kecamatan. Pada sektor sayuran, meskipun data juga mencakup tanaman seperti kubis, petsai, tomat, bawang merah, cabai, dan kentang, hanya kubis di Banjarmasin Selatan yang tercatat menghasilkan 1.109 ton pada tahun 2020. Namun, produksi ini menurun drastis menjadi 0 pada tahun 2021. Hasil analisis shift-share untuk sayuran juga menunjukkan pola yang serupa dengan biofarmaka, yaitu pertumbuhan negatif, lambat, tidak bersaing, dan lamban di seluruh kecamatan dan hampir semua jenis sayuran.

SS TANI TANAMAN HIAS

Analisis terhadap tanaman hias menunjukkan bahwa semua kecamatan mengalami pertumbuhan yang lambat untuk setiap jenis tanaman, yang tercermin dalam nilai Pertumbuhan Nasional (PN). Dalam Pertumbuhan Sektoral (PS), hampir seluruh kecamatan tidak menunjukkan daya saing, kecuali Banjarmasin Barat yang memiliki kemampuan bersaing untuk tanaman Anggrek. Pada aspek Daya Saing atau Pergeseran Proporsional Wilayah (PPW), sebagian besar kecamatan memperlihatkan nilai negatif, menandakan rendahnya daya saing secara keseluruhan, dengan pengecualian pada Banjarmasin Barat yang memiliki daya saing positif untuk Anggrek. Hasil shift-share secara keseluruhan menunjukkan bahwa semua kecamatan mengalami pertumbuhan yang lamban untuk berbagai jenis tanaman hias.

SS TANI BUAH BUAHAN

Analisis Pertumbuhan Nasional (PN) pada sektor buah menunjukkan bahwa seluruh kecamatan mengalami pertumbuhan yang lambat tanpa peningkatan, dengan nilai pertumbuhan nasional tercatat 0 untuk semua jenis buah di setiap wilayah. Dalam Pertumbuhan Sektoral, tidak ada kecamatan yang mampu bersaing dalam produksi berbagai jenis buah, juga dengan nilai 0 di seluruh wilayah. Pada indikator Daya Saing (PPW), terdapat penurunan produksi yang signifikan, khususnya pada beberapa komoditas: durian mengalami penurunan sebesar 240 ton di Banjarmasin Selatan dan 1.619 ton di Banjarmasin Utara, sementara jeruk mengalami penurunan 184 ton di Banjarmasin Selatan, 29 ton di Banjarmasin Timur, dan 36 ton di Banjarmasin Utara. Secara keseluruhan, analisis shift-share memperlihatkan tren pertumbuhan yang lamban dan negatif pada semua jenis buah di seluruh kecamatan.

SS PERTANIAN

Secara umum, sektor pertanian di seluruh kecamatan di Banjarmasin menunjukkan tren pertumbuhan yang lamban, dengan beberapa komoditas mengalami penurunan produksi yang ditandai oleh nilai negatif. Di antaranya, produksi Petsai di Banjarmasin Selatan mengalami penurunan signifikan, dan sektor tanaman hias seperti Krisan di Banjarmasin Barat juga menunjukkan penurunan. Analisis ini menegaskan perlunya upaya pengembangan dan peningkatan produktivitas dalam sektor pertanian di seluruh wilayah Banjarmasin, mengingat sebagian besar pertumbuhannya tergolong lamban.

SHIFT-SHARE PERKEBUNAN

  • SS PERKEBUNAN
  • Produksi perkebunan di seluruh kecamatan di Kota Banjarmasin tercatat 0 pada tahun 2020 maupun 2021, yang menunjukkan tidak ada aktivitas produksi yang signifikan untuk komoditas-komoditas tersebut. Dalam komponen Pertumbuhan Nasional (PN), semua kecamatan mengalami pertumbuhan yang lambat, menandakan bahwa sektor perkebunan di Banjarmasin tidak mengalami perkembangan positif jika dibandingkan dengan rata-rata nasional. Pada komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) atau P Sektoral, hasil analisis menunjukkan bahwa semua kecamatan untuk semua komoditas tidak dapat bersaing, yang mengindikasikan sektor perkebunan di Banjarmasin tidak memiliki keunggulan komparatif di tingkat nasional. Dalam hal Daya Saing (PPW), semua kecamatan menunjukkan hasil negatif, yang berarti sektor perkebunan di Banjarmasin tidak memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan wilayah lain. Terakhir, analisis Shift Share juga menunjukkan pertumbuhan yang lamban di seluruh kecamatan dan komoditas, yang berarti sektor perkebunan di Banjarmasin berkembang lebih lambat daripada rata-rata pertumbuhan nasional.
  • SHIFT-SHARE PETERNAKANSS TERNAK DAGING TERNAKPersebaran ternak di Banjarmasin menunjukkan bahwa ternak daging, terutama sapi dan kuda, terkonsentrasi di Banjarmasin Selatan. Sementara itu, Banjarmasin Tengah hanya memiliki populasi ternak kuda, dan kecamatan lainnya (Timur, Barat, dan Utara) tidak memiliki populasi ternak yang signifikan. Dalam hal pertumbuhan, Banjarmasin Selatan menunjukkan pertumbuhan cepat untuk ternak sapi dengan angka 54,89, namun mengalami pertumbuhan lambat pada ternak kuda dengan nilai -27,71. Banjarmasin Tengah juga mengalami pertumbuhan lambat pada ternak kuda, dengan angka -20,06, sementara kecamatan lainnya menunjukkan pertumbuhan yang lambat pada semua jenis ternak. Mengenai daya saing, Banjarmasin Selatan hanya mampu bersaing di sektor ternak kuda dengan nilai 4,71, sementara Banjarmasin Tengah tidak memiliki daya saing yang baik untuk semua sektor ternak, dan kecamatan lainnya juga tidak menunjukkan daya saing yang signifikan. Analisis shift share memperlihatkan bahwa semua kecamatan mengalami pertumbuhan yang lamban, dengan Banjarmasin Selatan mengalami penurunan signifikan pada ternak sapi (-625,705) dan kuda (-4,335), sementara Banjarmasin Tengah mengalami penurunan pada ternak kuda sebesar -3,155.
  • SS TERNAK UNGGAS
  •    Pertumbuhan Nasional (PN) menunjukkan bahwa semua jenis unggas di setiap kecamatan mengalami penurunan populasi, dengan nilai negatif yang mencerminkan adanya penurunan secara umum. Penurunan yang paling signifikan terjadi pada ayam petelur di Banjarmasin Selatan. Sedangkan dalam hal Pertumbuhan Sektoral (PS), sebagian besar kecamatan mencatatkan pertumbuhan yang lambat untuk seluruh jenis unggas, kecuali ayam pedaging di Banjarmasin Selatan yang menunjukkan pertumbuhan yang relatif cepat. Dari segi Daya Saing (PPW), semua jenis unggas di setiap kecamatan dikategorikan sebagai "Tidak Dapat Bersaing". Terakhir, berdasarkan analisis Total Shift Share, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, pertumbuhan unggas di seluruh kecamatan cenderung lambat.
  • SS PETERNAKANAnalisis Shift Share untuk sektor peternakan di Banjarmasin (SS PETERNAKAN) mencakup lima kecamatan, yaitu Banjarmasin Selatan, Banjarmasin Timur, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Tengah, dan Banjarmasin Utara. Jenis ternak yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik. Tabel pertama menyajikan nilai shift share untuk setiap jenis ternak di setiap kecamatan. Nilai negatif pada tabel tersebut menunjukkan penurunan atau pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan rata-rata, sementara nilai positif (jika ada) mengindikasikan pertumbuhan yang lebih cepat.
  • Banjarmasin Selatan menunjukkan nilai shift share positif untuk hampir semua jenis ternak, menandakan adanya aktivitas peternakan yang signifikan di kecamatan tersebut. Sementara itu, kecamatan lainnya memiliki nilai nol untuk sebagian besar jenis ternak, kecuali Banjarmasin Tengah yang menunjukkan nilai untuk kambing. Tabel kedua memberikan interpretasi kualitatif hasil shift share, di mana semua kecamatan dan jenis ternak dikategorikan sebagai "Lamban", yang menandakan bahwa sektor peternakan di Banjarmasin mengalami pertumbuhan yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan standar atau rata-rata yang digunakan dalam analisis. Secara keseluruhan, analisis ini menunjukkan bahwa sektor peternakan di Banjarmasin mengalami pertumbuhan yang cenderung lambat atau bahkan penurunan di sebagian besar area dan jenis ternak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun