Mohon tunggu...
Nikmah Mahanani
Nikmah Mahanani Mohon Tunggu... Guru - Alur takdir berjalan seiring rotasi waktu. Daya juang diri diuji peluh berkucur beri pengalaman diri.Mencerdaskan diri bersosialisasi mengenali karakter pribadi untuk lebih mawas diri dapatkan ridho Illahi.

Saya Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Tulungagung. Yang sedang mengembangkan diri untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan dalam Mewujudkan School Wellbeing

30 April 2022   08:10 Diperbarui: 30 April 2022   08:16 1851
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai-nilai kebajikan universal relevan dengan  Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Budaya Positif. Seperti yang dikemukakan oleh pakar pendidikan dan praktisi disiplin positif Diane Gossen (1998)  bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal ini merupakan hal kunci yang perlu diajarkan kepada murid-murid. Jika ingin menumbuhkan motivasi instrinsik dari dalam diri seseorang, maka tumbuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai kebajikan universal bisa berupa antara lain keadilan, keselamatan, tanggung jawab, kejujuran, rasa syukur, lurus hati, berprinsip, integritas, kasih sayang, rajin, berkomitmen, percaya diri, kesabaran, keamanan, dan lain-lain

Dalam pengambilan keputusan sering juga saling bersinggungan berbagai kepentingan.  Ada pihak  akan merasa dirugikan dan  tidak puas dengan keputusan yang telah diambil. Dibutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang  diambil karena tidak ada keputusan yang mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan.

 Diperlukan kejelasan visi dan misi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap penting di sekolah, agar bisa menjadi acuan dalam pengambilan keputusan. Dan  yang lebih penting adalah bahwa keputusan diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar perlu mendasarkan  pada 3 unsur yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil.

Kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering dilakukan maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Dalam menjalankan pengambilan keputusan tentu saja mengacu  pada analisa  dilema etika atau bujukan Moral,  4 Paradigma Dilema Etika , 3 Prinsip Pengambilan Keputusan serta  9 Langkah Pengambilan dan Pengujian Keputusan.

Empat paradigma dilema etika  adalah  individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan ,keadilan lawan belas kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang.  Tiga prinsip pengambilan keputusan adalah berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli.

 Sembilan  langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut ?, siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ? , apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?, pengujian benar atau salah terhadap situasi tersebut dengan uji legal, uji regulasi,  uji intuisi, uji publikasi dan uji panutan/idola, selanjutnya jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi ? , prinsip mana yang digunakan untuk menyelesaikan masalah ini ? , adakah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya (investigasi opsi trilemma)?, apa keputusan yang anda ambil?,   dan coba lihat lagi keputusan anda dan refleksikan.

Pengambilan keputiusan dengan menerapkan sembilan langkah pengambilan keputusan sangat dibutuhkan juga keterampilan ketrampilan yang lain salah satunya adalan keterampilan coaching . Keterampilan coaching akan membantu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik.

Selain itu kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan. Dan diharapkan setiap proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.  

Kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika tentu saja ada. Akan  tetapi tetap mengacu pada pengambilan keputusan yang didasarkan pada berpihak pada murid yang akan berpengaruh pada kehidupan dan masa depanya , berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan nilai nilai diri, dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil. Sehingga  akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman , nyaman disekolah dan terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Well-being merupakan kondisi dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan diri dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Pengalaman pembelajaran dalam pendidikan guru penggerak ini membuka wawasan bahwa filosofi Ki Hajar Dewantara menjadi pondasi  dalam pendidikan. Nilai-nilai kebajikan universal relevan dengan  nilai-nilai dan peran guru penggerak, serta budaya positif merupakan pengkondisian lingkungan positif sebagai wadah pendidikan. Kompetesi sosial emosional, keterampilan coaching, keterampilan pengambilan keputusan membekali diri pendidik dalam menjalankan peran sebagai penuntun kodrat murid dalam mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai manusia dan masyarakat.  Yang kalau  ditelaah dalam Standar Nasional, khususnya standar pengelolaan pendidikan, bahwa sekolah  institusi moral harus memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas sesuai ketentuan yang mengemban tugas yang maha berat yaitu membentuk karakter siswa.

Seorang pendidik, harus terus belajar, berusaha menjadi suri teladan bagi murid dengan melakukan yang terbaik, dan terus berpegang pada nilai-nilai kebajikan agar murid-murid tumbuh menjadi manusia Indonesia yang berintegritas, berkarakter, serta senantiasa mengambil keputusan-keputusan yang etis dengan penuh tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun