Komitmen tersebut setidaknya menjadi angin segar atas bayang-bayang kekhawatiran resesi tahun 2023. Namun, apakah semudah itu terealisasikan?Â
"Let us recover together, recover stronger", semboyan yang membersamai Presidensi G20 2022, bukanlah tanpa alasan. Kita dijenukan oleh lockdown, isu berkembangnya Covid-19 yang terus bermutasi, PHK, perang Rusia-Ukraina, resesi.Â
Menuju akhir 2022, sudah sepatutnya pemimpin dunia dapat bersatu suara, bergandengan tangan  demi kehidupan yang lebih baik.Â
Tidak hanya baik bagi negaranya sendiri yang dipimpin, namun sebagai alasan kemanusiaan, kehidupan yang baik adalah tanggung jawab bersama.Â
Sudah bukan saatnya menjadi adidaya seorang diri lalu 'menindas' negara lain, akan tetapi, harus bersama-sama memberdayakan diri melalui kolaborasi dan kerjasama yang terintegrasi.Â
Meskipun bukan merupakan hal yang mudah untuk dijalankan, mengingat agenda kerjasama dalam rangka pemulihan ekonomi secara global adalah untuk meningkatkan kualitas negara-negara anggota khususnya dan negara-negara non anggota pada umumnya.Â
Upaya implementasi komitmen negara anggota G20 tersebut harus berdampak secara nyata bagi rakyat dan lingkungan sekitar.Â
Tidak hanya berfokus pada pembangunan semata, namun keberlanjutan terhadap lingkungan harus menjadi prioritas. Hal ini mengingat bahwasannya, pembangunan acapkali dilekati stigma negatif adanya perusakan lingkungan.Â
Selain itu, rakyat juga harus merasakan komitmen nyata dari Presidensi G20 terhadap pekerjaan, upah, ketersediaan pangan untuk mencegah kelaparan, ketersediaan energi yang aman, murah dan terjangkau serta segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.Â
Ancaman maupun hambatan yang akan dihadapi dalam implementasi komitmen tersebut juga harus  dimitigasi sesegera mungkin, mengingat deklarasi komitmen Presidensi G20 terus berubah sesuai dengan seremoni tahunan.Â