Adzan maghrib mulai terdengar dari beberapa sudut masjid, kamipun mulai bergegas menuju mushola terdekat dan dilanjutkan bimbel di dua tempat itu. Hujan rintik-rintik, angin membawa debu, dan dinginnya malam tetap kami tempuh. Begitulah rutinitas hari-hari kami yang selalu kami lewati di sana.
Disamping berjalannya program harian, kami juga mulai meluncurkan program unggulan, penyuluhan cuci tangan salah satunya. Hari terakhir di minggu ketiga itu kami adakan penyuluhan cuci tangan di TK A. Yani. Persiapan sehari semalam hingga suksesnya kegiatan cukup mengesankan bagi kami. Kesan ini tak cukup singgah di penyuluhan cuci tangan, renovasi UKS SDN Genengan 1 yang cukup berat kami menggeret-geret dipan, penciptaan papan 10 program pokok PKK yang penuh cek cok memilih warna cat, dan yang paling mengesankan panasnya siang saat mengecat pos kamling RW. 06 dan keesokan harinya mendapat kabar dari warga jika pos yang telah kami cat di rusak oleh orang tak bertanggung jawab yabg tak dikenal identitasnya. Tak tahu apa sebabnya, aaah sudah lah kami menganggap mereka ingin membantu memberi kreasi di pos kamling itu.
Tak terasa, program-program mulai berguguran satu persatu, malam puncak semakin mendekat. Penutupan KKM UIN Mengabdi 2019 kelompok 93 telah tiba. Masjid Riyadlul Jannah yang terletak di ujung dusun Binangun kami piih sebagai tempat acara. Lokasinya luas, dekat dengan 3 TPQ yabg jumlahnya cukup banyak, ta'mir (pengurus)nya welcome itu yang mendasari kuat kami memilih masjid Riyadlul Jannah untuk tempat penutupan.
Kurang lebih 150 santri hadir dalam acara tersebut. Mereka hadir dari berbagai TPQ, seragam menjadi identitas mereka, tampilan pengisi acara yang menjadi unggulan mereka. Ada yang paduan suara, berpuisi, hafalan juz 30, pidato dan lain sebagainya. Senyum bangga pada pengasuh TPQ nampak kami lihat dari kejauhan.
Senyum manis bapak Babinsa Kecamatan Pakisaji mulai melebar, senyum bangga kita semua pada mereka hingga menumpahkan genangan air mata. Penyerahan cindera mata, doa dan penutup menjadi penghujung acara kita yang kemudian di lanjut dengan mushofahah. Rindu mulai terasa sejak saat itu. Kamipun harus kembali belajar di bangku kampus.
Keesokan harinya, kamipun bergegas beberes posko, ada yang memasak, ada yang mencuci, ada yang menyapu dan lain sebagainya. Tepat pukul 09.00 semua selesai, ya tidak terlalu siang lah karena awalnya kami memang kesulitan menemukan air, sehingga semua kegiatan terkendala. Setelah sarapan, kami langsung meluncur ke gang depan untuk memasang papan 10 program pokok PKK. Gurauan tak berguna banyak teman-teman lontarkan hingga masyarakatpun menahan tawa seketika mendengarnya. Setelah semua selesai, kami langsung menuju rumah ke rumah masyarakat sekitar posko, bapak kepala desa dan bapak carik untuk silaturrahmi (pamitan).Â
Adzan dhuhurpun mulai berkumandang, kami siap meluncur ke tempat asal masing-masing, ada yang memawa sepedah, ada yang naik gojel online da nada pula yang dijemput. Kamipun berpamitan pada ibu bapak pemilik posko. Genangan air mata mereka seakan akan jatuh menetes membalas pamitan kita. Kamipun beranjak pulang ke tempat masing-masing. Desa Genengan inilah yang menjadi saksi bisu pengabdian mahasiswa KKM UIN Maulana Malik Ibrahim Malang kelompok 93.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H