Mohon tunggu...
Nikko Putro Trisnantoro
Nikko Putro Trisnantoro Mohon Tunggu... Freelancer - Baru lulus

Menulis opini terkait dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pandangan dalam Memaknai Kesedarhaan Paus Fransiskus

5 September 2024   19:26 Diperbarui: 5 September 2024   19:30 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Selasa tanggal 3 September 2024, seluruh mata tertuju pada kedatangan pemimpin Umat Katolik dunia yaitu Paus Fransiskus yang telah datang di Indonesia.  Hal inipun juga spesial karena setelah 35 tahun lamanya, akhirnya  pemimpin Umat Katolik sedunia kembali menepakkan kakinya di Tanah Air dan juga  Indonesia menjadi negara pertama dan menjadi salah satu dari empat negara dalam rangkaian misi kunjungan Apostolik menuju Benua Asia.

Dibalik kedatangan yang bersejarah, di saat penyambutan yang begitu meriah, jalanan pun ramai lambaian tangan kepada Paus, bahkan ada Suster yang terharu atas kedatangan Paus, ada hal yang menarik yaitu sikap kesederhanaan Bapa Paus Fransikus, ditujukan Bapa kepada umatnya mulai dari  menaiki pesawat komersial kelas ekonomi hingga tidak menaiki mobil mewah, tentu hal di dalam ranah kunjungan negara yang sangat jarang terlihat, dimana jika seperti biasanya pemimpin negara datang menggunakan mobil mewah. Hal inipun memunculkan decak kagum dari masyarakat kepada Paus Fransikus

ditulis oleh Fernand Jett dalam jurnal yang berjudul  homme apostolique mengatakan secara riwayat Paus Fransiskus selain terpilih menjadi pemimpin umat katolik sedunia, yang menjadikan beliau terkenal ialah sikap sederhana beliau. Dia melihat pada hal-hal yang penting, pada hal-hal yang benar-benar penting, seperti tidak adanya salib emas hingga tidak adanya penggunaan fasilitas mewah bagi beliau dan masih banyak lagi, yang artinya sederhana. 

Jika kita telaah lebih dalam, sederhana dalah bagian penting dari kehidupan rohani kita. Caranya adalah memberikan harta benda yang tidak kita gunakan. Kami tahu bahwa sebagai individu manusia, kami memiliki kesadaran diri akan ego yang tinggi, namun dalam sikap ini kita diajarkan untuk bebas dan puas dengan yang lebih sedikit. Kita tahu bahwa kita tidak boleh bersaing dengan orang lain untuk mendapatkan apa yang telah atau telah mereka capai. Kita tahu kita juga akan merasa bebas ketika kita menikmati hal-hal kecil.

jika kita gali lebih dalam, pemimpin Umat katolik memiliki nilai kaul atau sebuah nilai konsekuensi yang dimana mereka harus jalankan di dunia demi kerajaan Allah. Salah satunya ialah Kaul Kemiskinan, dalam hal ini Kaul kemiskinan diungkapkan dengan mengumpulkan pendapatan dan memilih dengan bebas untuk bergantung pada masyarakat dan Tuhan. 

Secara faktor sosio-kultural baru telah mengungkap dimensi baru kemiskinan di dunia dan memunculkan kepekaan baru terhadap masyarakat miskin, yang seringkali menjadi korban struktur yang tidak adil dan menindas. Konsepsi atau cara pandang baru tentang Gereja sebagai sebuah komunitas yang terbuka terhadap dunia dan terlibat dalam sejarah manusia dan bangsa, serta penafsiran data alkitab yang lebih berwawasan luas telah menghasilkan pengayaan yang luar biasa terhadap spiritualitas kemiskinan sebagai sebuah komunitas. 

Gereja juga melihat kemiskinan sebagai akibat dari ketidakadilan struktural dalam masyarakat yang harus dilawan melalui tindakan keadilan sosial, solidaritas, dan pemberdayaan, sambil menekankan pentingnya amal dan filantropi sebagai wujud kasih terhadap sesama, serta mengingatkan umat untuk tidak terikat pada kekayaan materi yang berlebihan, melainkan hidup sederhana dan berbagi dengan mereka yang kurang beruntung. 

Dalam urusan pribadi, manusia hendaknya rendah hati dan tidak sombong, dalam hal harta benda, aktif dalam kebebasan, percaya pada masyarakat dan kuasa surga, dan terakhir, menepati perjanjian satu sama lain. kesederhanaan mengarahkan seseorang untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian dalam hal-hal yang tidak bersifat materi dan sering kali membawa pada gaya hidup yang lebih berkelanjutan, seimbang, dan bermakna. 

Tentu hal ini sangat penting dan patut ditiru oleh setiap orang, terkhusus bagi pemimpin lokal termasuk  pemimpin negara terutama di Indonesia yang berkomitmen untuk mewujudkan sikap ini ke dalam kehidupan mereka, menginspirasi dan mendorong orang lain untuk mewujudkan sikap tersebut di komunitas mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun