Karena kalau memang ternyata dia tidak merasakan apa yang juga saya rasakan, saya bisa membuang perasaan ini padanya.Â
Karena hidup dengan rasa penasaran sangat tidak enak. karena memang pada kenyatannya seorang perempuan memang membutuhkan kepastian dan itu nyata. Sebanyak apapun hal yang para pria lakukan, jika tidak dikatakaan yaa tidak nyata.
Dan setelah saya menanyakan hal itu padanya, jawabanya membuat saya senang sekaligus sedikit kecewa. "aku juga merasakan hal yang sama seperti apa yang kamu rasakan. Tetapi kita tidak bisa bersama, karena kepercayaan kita berbeda, keyakinan kita beda"
Jawaban yang membuat saya tidak bisa berkata -- kata. Karena selama ini saya tidak pernah memikirkan hal itu, saya tidak pernah berfikir sejauh itu.Â
Aku kaget juga lega karena dia berbicara itu di awal, jadi saya masih bisa menetralisirnya. Dan yupps, sekarang kita berteman seperti biasa. Yaa karena memang kita tidak bisa bersama seperti layaknya seorang kekasih. Yang saya pelajari dari beberapa orang yang menjalani hubungan yang berbeda agama hanya mempunyai dua pilihan, yaitu ganti pasangan atau ganti tuhan? Â Hehehe, jadi saya tidak mau terlalu jauh jatuh dengan di. Menjadi teman biasa dn tempat curhatnya sudah cukup.
Beberapa bulan setelah itu, saya tanpa direncanakan mengunjungi kota dimana ia tinggal. Dan dengan dadakan dan kaget pula ia kaget ketika mendapat kabar bahwa saya sedang ada dikota nya.Â
Dengan buru-buru ia menghapiri tempat saya berada (yang padahal malam itu ia sedang sibuk dengan seminarnya) tetapi dengan excited dia bela-belain untuk dating menemui saya "kan gatau kapan lagi kamy kesini, kesempatan gadatang dua kali, jadi aku gamau sia siakan" katanya.
Setelah hari itu kita tetap masih berteman baik. Bahkan ia bercerita bahwa dia sudah menemukan seseorang yang membuatnya merasakan hal itu lagi ketika terakhir ia rasakan dengan saya. Yuppss... he's falling in love with someone new" dia bercerita dengan sangat semangat dan bahagia.Â
Begitupun dengan saya yang mendengarkannya, ikut bahagia dan senang mmendengarnya bercerita seperti itu. Dia bilang"aku sudah bertemu dengan yang satu iman denganku" dan saya menjawab dengan mendoakan semoga bisa langgeng dan bahagia terus.
Tetapi selang beberapa minggu, dia kembali menceritakan tentang perempuan yang temo hati ia ceritakan pada saya, ternyata tidak semulus itu jalan ceritanya, dia patah lagi ditengah jalan. Saya mendengarnya ikut sedih dan sakit.Â
Entah mengapa saya merasakan hal itu, mungkin karna naluri seorang teman terhadap temannya, atau mungkin juga karena ternyata saya belum bisa berpaling darinya?