ANTARA CINTA DAN AGAMA
Mencintai seseorang yang berbeda keyakinan dengan kita adalah sebuah tragedi. Disini saya akan menceritakan pengalaman saya pribadi tentang mencintai seseorag yang berbeda keyakinan dengan saya.
Suatu malam, ketika saya sedang merasa bosan dan bingung harus melakukan apa. Saya putuskan untuk membuka aplikasi telegram. Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan aplikasi satu ini, yupps... aplikasi yang mempunyai kegunaan yang hampir sama dengan aplikasi whatsapp, yaitu salah satu aplikasi yang digunakan untuk melakukan tukar kabar dengan sanak saudara dan kawan.Â
Jadi, ketika malam itu, saya membuka salah satu fitur yang disediakan oleh telegram yang dimana itu dapat mempertemukan kita dengan orang asing (dari dalam atau luar negeri).Â
Singkat cerita, saya  menggunakan firur tersebut dan mendapatkan teman ngobrol disana. Kita berkenalan dan saaling menceritakan alasan  tentang mengapa kita antara satu sama lain bisa beradaa disana, dan obrolan-obrolan lainnya.
Kita asik mengobrol tentang banyak hal sampai tidak sadar bahwa waktu sudah selarut itu, dan saya memutuskan untuk menghentikannya, karena saya harus bergegas tidur.Â
Tetapi ketika saya ingin say goodbye dan berterimakasih karena sudah mau jadi stranger yang mau menemani ke bosanan saya malam itu, tiba tiba dia mengetik"boleh kita mutualan?"
Dan singkat cerita kita bermutualan di beragai aplikasi dan mengobrol semakin intents, semakin dekat. Fyi, kita berbeda kota, Â dia berdomisili di Surabaya dan saya di Jakarta.Â
Hari makin hari kita lewatin dengan saaling berkabar seperti, "bagaimana hari ini?" "ada cerita apa di kampus atau di tempat kerja?" dan lain sebagainya.
Tanpa kita sadari ternyata kita saling nyaman satu sama lain, daan membutuhkan saatu sama lain. Karena hubungan ini makin lama sudah tidak seperti hubungan pertemanan biasa, lebih tepatnya seperti sepasang kekasih yang sedang menjalankan hubungan LDR.
Ini sudah tidak benar, ini sudah terlalu jauh untuk hubungan prtemanan. Hingga akhirnya saya menanyakan tentang "apa sebenarnya kita?" "apa status yang sedang kita jalankan ini?" sebagai seorang perempuan yang membutuhkan kepastian, saya menayakan itu dengan tegas padanya.Â