Mohon tunggu...
Niki Wanda S
Niki Wanda S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kampus Mengajar

Mahasiswa Administrasi Pendidikan NIM 1808489. KKN Rekognisi UPI Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Covid-19 pada Pembelajaran di Daerah 3T

16 Oktober 2021   11:59 Diperbarui: 16 Oktober 2021   15:56 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir 2 tahun seluruh dunia dilanda wabah virus Covid – 19, walaupun untuk beberapa Negara sudah dikatakan “Free Masker” namun untuk Indonesia sendiri sudah memasuki 2 tahun. Covid – 19 merupakan salah satu virus yang menyebabkan gangguan pada system pernapasan, infeksi paru – paru, hingga pada kematian. Beruntungnya 3 bulan terakhir ini perkembangan covid – 19 menurun karena diberlakukannya PPKM (Perbelakukan Pembatasan Kegiatan perkantoran) oleh pemerintah.

Tentu saja Covid – 19 ini memberikan dampak yang begitu besar terhadap segala aspek khususnya Pendidikan di Indonesia, sehingga banyak diskresi yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dan juga jajarannya untuk memastikan kebijakan pembelajaran di masa pandemic Covid – 19 yang tiba – tiba agar pelaksanaan pembelajaran etap dilaksanakan dengan baik.

Proses pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan public terbaik sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan skill. Sekolah menjadi tempat sosialisasi, bermain, interaksi dengan baik oleh para siswa dan pelaksana pendidikan di satuan pendidikan. Secara keseluruhan sekolah adalah media interaksi antar siswa dan guru untuk meningkatkan kemampuan integensi dan skill. Namun kegiatan yang sudah biasa dilakukan ini tiba – tiba harus terputus karena adanya virus Covid – 19. Sehingga pelaksanaan pembelajaran pun menjadi tumbal akibat dari pandemi.

Akibatnya pembelajaran harus diberlakukan secara jarak jauh atau pembelajaran tetap berjalan meski didalam rumah dengan Pembalajaran  Jarak Jauh (PJJ) banyak upaya yang dilakukan pemerintah khususnya sekolah yang mengubah system pembalajarannya dengan dalam jaringan (daring) tidak hanya oleh satu jenjang tertentu tapi dilakukan oleh semua jenjang dari TK, SD, SMP, SMA dan juga Perguruan Tinggi yang dilaksanakan online.

Tentu saja menjadi PR bagi pemerintah untuk mengadaptasikan suatu perubahan yang hanya dengan waktu yang singkat sehingga pembiasaan atau pelatihan pun dijalankan saat pelaksaannya dimulai. Sehingga untuk awalan masih banyak yang tidak terstukrur namun dengan adanya diskresi karena penyamaan dengan keadaan seperti, adanya kurikulum darurat.

Maka dari itu banyak sekolah dalam keadaan daring menggunakan fasilitas teknologi yang ada untuk tetap melaksanakan pembelajaran yang mereka tempuh seperti menggunakan Media Converse seperti Zoom meeting, Google Meet, chating, atau sekolah sendiri membuat website sendiri untuk mengumpulkan tugas dan pemberian materi sehingga itu dapat meringankan kegiatan pembelajaran dan juga sebagai alternative media pembelajaran. Tetapi berbeda dengan sekolah yang berada di wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).

Hal ini sedikit menyulitkan bagi beberapa golongan karena harus beradaptasi dengan teknologi tetapi sarana dan prasarana atau infrastuktur yang tidak memadai, khususnya di sekolah yang di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal), masih banyak orang tua siswa yang tidak memiliki smartphone untuk membeirkan atau menerima tugas bahkan untuk sinyal saja masih hanya ada beberapa provider yang dapat terhubung dan itu tidak murah biayanya walaupun memang pemerintan sudah memberikan kuota gratis selama pelaksanaan tetapi masih kurang untuk menunjang pembelajaran. Lalu anak – anak yang masih tidak mengerti tentang Covid – 19 ataupun daerah yang masih kurangnya himbauan tentang bahayanya Covid – 19. Sehingga mau tidak mau guru juga memberikan pembalajaran melalui door to door dan diberlakukannya system estafet untuk belajar dirumah ketua RT atau balai desa. Selain itu kurangnya partisipasi orang tua juga menjadi salah satu hambatan untuk pembelajaran di masa pandemi ini.  Maka dari itu masih banyak siswa yang mengabaikan sekolah karena keterbatasan yang ada.

Semoga saja dengan kejadian adanya Covid – 19 memberikan banyak pembalajran bagi kita semua khususnya dibidang pendidikan untuk dapat merencanakan kemungkinan – kemungkanan yang akan terjadi kedepannya terutama pada akses transportasi, sarana dan prasana sekolah yang berada di wilayah 3T pun lebih diutamakan perhatiannya juga semoga pemerintah sendiri dapat memberikan motivasi baik pada tenaga pengajar agar terus bersemangat untuk memberikan pembelajaran kepada siswa dengan ikhlas dan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun