Mohon tunggu...
Nikita Puspita
Nikita Puspita Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Mentor, Coach, and Trainer

Dosen STEI Indonesia nikita_puspita@stei.ac.id dan Mentor Business Coaching Magister Manajemen Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Bias Gender: Fenomena Glass Ceiling dan Glass Escalator di Tempat Kerja

21 Februari 2022   10:28 Diperbarui: 6 Maret 2022   21:30 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi perempuan pekerja. (sumber: pixabay.com/Tumisu

S&P 500
S&P 500

Bahkan, fenomena ini juga terjadi di area yang kita anggap areanya perempuan, seperti contoh di area fashion industry di mana hanya ada 14 persen brand besar yang dipimpin oleh perempuan; personal care industry yang dimana konsumennya mayoritas perempuan tapi yang jadi pemimpin tetap laki-laki. 

Pekerja perempuan ada di perusahaan-perusahaan tersebut, namun makin tinggi level dan jabatannya, makin sedikit jumlah perempuan yang terlibat.

Alasan lainnya terjadi glass ceiling, selain karena adanya stereotype dan diskriminasi, ada juga kondisi dimana perempuan harus mengalami cuti hamil dan tanggung jawab domestik, seperti mengurus rumah, memasak, dan merawat anak. 

Mengenal Pink Collar Job

Saat ini, kita sudah banyak melihat adanya fenomen pink collar job, dimana laki-laki melakukan pekerjaannya perempuan. 

Meskipun diskriminasi kadang juga dirasakan oleh laki-laki karena dianggap sebelah mata karena mengambil pekerjaan yang lebih terlihat cocok pada perempuan, namun secara umum laki-laki tidak akan mengalami hal-halsesulit perempuan ketika menghadapi glass ceiling tersebut. 

Bahkan, menurut Christine F. William, laki-laki cenderung mendapat keuntungan ketika berada di indiustri yang banyak perempaun di dalamnya. Contohnya seperti lebih mudah naik pangkat dan juga mendapat gaji lebih besar. 

Fenomena inilah yang kita sebut dengan glass escalator. Alasan terjadinya fenomena ini masih seputar sexisme, dimana laki-laki dianggap lebih capable dan menyia-nyiakan kapabilitasnya jika hanya stuck  di jabatan yang sama dengan kolega perempuannya. 

Inilah tadi fenomena glasss ceiling dan glass escalator yang sering kali terjadi di sekitar kita. Semoga laki-laki dan perempuan bisa mendapatkan kesempatan yang sama di berbagai bidang ya kedepannya. Semoga bermanfaat!

Tentang penulis :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun