Apa sih Generasi Z itu? Generasi Z adalah sebutan generasi setelah generasi millennium. Gen Z ini lahir dalam kurun waktu 1996 hingga 2010. Orang yang lahir pada generasi Z atau dapat disebut juga iGen ini tumbuh pada saat perkembangan teknologi terjadi sangat pesat.Â
Pada kurun waktu 10-20 tahun lalu, yang mulanya masyarakat dipasaran menggunakan televisi tabung berubah hingga menjadi televisi led yang jauh lebih tipis. Salah satu contoh kecil itulah yang membuktikan bahwa mereka tumbuh bersamaan dengan penggunaan media sosial, teknologi yang mumpuni, serta internet yang memudahkan segala kebutuhan manusia. Kemudahan yang dialami oleh Gen Z saat ini kerap diasumsikan bahwa mereka anti-sosial bahkan pecandu teknologi.
Aktivitas yang sehari-hari dilakukan Gen Z mayoritas tidak bisa lepas dari gadget. Mulai dari bangun tidur yang hanya sekedar mematikan alarm dari gadget mereka dapat berkelanjutan hingga bermain media sosial walaupun hanya sekedar scroll Instagram. Hal ini disebabkan oleh rasa ingin tahu mengenai hal-hal yang tersedia dalam media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Youtube. Bahkan saat ini jika mereka ingin mengetahui apa hal yang sedang ramai dibicarakan oleh seluruh dunia, mereka dapat mengetahuinya melalui trending yang ada di Twitter, atau mencari kajian kajian pembelajaran materi SD, SMP, hingga SMA melalui Youtube ataupun Google hanya dengan mengetikkan kata kunci yang ingin dicari.
Kecendurangan melakukan aktivitas yang dibarengi dengan penggunaan gadget oleh Gen Z menimbulkan pro dan kontra karena saking lajunya inovasi teknologi yang dikembangkan, saat ini tidak hanya melalui media yang dapat disajikan, namun telah tersedia juga layanan jasa untuk membantu kebutuhan yang diperlukan, seperti aplikasi Grab dan Shopee.
 Tidak butuh usaha untuk beranjak dari tempat kita sudah dapat hal yang sesuai dengan kita butuhkan. Jika membutuhkan layanan untuk mengantar kita ke suatu tempat atau ketika kita lapar dan ingin membeli makanan, dapat menggunakan ojek online. Sedangkan jika kita ingin membeli baju dapat melalui e-commerce, yang mana tidak hanya hanya baju, tetapi tersedia juga barang elektronik, kebutuhan rumah tangga, dan lain sebagainya.
Zaman ini, semua hal dapat dilakukan hanya dengan sebuah gadget. Yang dulunya ketika seseorang ingin bepergian ke luar kota harus mendatangi tempat transportasi yang dipilih, terminal atau stasiun misalnya. Dan mengantri panjang untuk memeroleh tiketnya, hal itu jelas berbeda dengan sekarang, dimanapun kita berada dapat memesan tiket melalui layanan online melalui aplikasi yang tersedia dalam gadget.
Rasa pengorbanan dan perjuangan untuk memeroleh suatu hal lebih terasa nyata pada beberapa tahun belakang, sebelum terjadinya perombakan besar-besaran terhadap teknologi. Zaman ini selain memudahkan dalam berbagai urusan juga terlalu memanjakan generasi Z yang tanpa sadar juga menurunkan nilai bersosial dalam masyarakat melalui perkembangan teknologi yang sedang dan terus berkembang ini.
Tanpa sadar, gadget menjadi pengaruh perubahan besar dalam aktivitas sehari-hari Gen Z. Saat ini kita tidak bisa hidup tanpa gadget, fungsi barang elektronik lain mengalami penurunan akibat fungsi utama barang lain itu sudah tersedia dalam satu genggaman yang berupa gadget.
Misalnya, pada beberapa dekade lalu orang-orang masih setia mendengarkan radio untuk mendapatkan informasi terbaru yang terjadi di sekitar, atau juga mendengarkan musik yang diputar oleh radio. Namun, nyatanya pada kemajuan zaman saat ini sudah jarang ditemukan yang masih mendengarkan radio, atau justru tidak ada lagi. Terjadinya hal tersebut disebabkan oleh multifungsinya sebuah gadget yang kita miliki. Tidak hanya pada radio, koran pun menjadi dampak kemultifungsiannya gadget, karena koran telah mengalami penurunan minat baca yang tidak sedikit, mungkin hanya segelintir orang pada generasi baby boomers (1946-1964) yang masih membacanya.
Lantas siapakah yang harus disalahkan akibat pengaruh perkembangan teknologi yang pesat ini? Perkembangan teknologi ini bukanlah suatu kesalahan perorangan ataupun kelompok, fenomena ini bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan perubahan zaman dari zaman batu ke zaman tembaga pada masa zaman prasejarah. Â Di sisi lain, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa perkembangan teknologi ini memberikan banyak kemudahan tidak hanya pada Generasi Z, tetapi juga pada berbagai generasi yang sedang menikmatinya.
Sebab hal yang dipermasalahkan bukanlah perkembangan teknologinya, melainkan orang sebagai pelaku perkembangan teknologi itu sendiri. Pengaruhnya merebak pada aktivitas sosial yang semakin kurang terlaksana. Perkembangan teknologi ini menyebabkan beberapa orang terutama Gen Z mengurangi intensitasnya dalam beraktivitas sosial. Bahkan jika pada saat mereka berkumpul pun, gadget tidak dapat lepas dari genggamannya.
Menurunnya intensitas dalam beraktivitas sosial oleh Generasi Z ini juga didasari adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia selama kurang lebih dua tahun. Semua aktivitas sosial yang mulanya dilakukan di suatu tempat dan semua orang berkumpul menjadi satu, berubah dilakukan secara individu dan di rumah saja, bahkan pertemuan dengan orang lain dilakukan hanya melalui layar gadget atau laptop masing-masing.Â
Dalam dua tahun terakhir bisa dikatakan bahwa terjadinya pembekuan aktivitas sosial di seluruh dunia. Mulai dari bidang pendidikan yang seharusnya guru maupun dosen dapat langsung menyampaikan materi yang diajarkan secara langsung, berubah hanya disampaikan melalui media online.Â
Maka dari itu, perlu dilakukannya aktivitas sosial demi menunjang keaktivan Gen Z untuk bisa hidup bersosial setelah gempuran virus corona selama dua tahun. Macam macam aktivitas sosial yang bisa dilakukan oleh Generasi Z diantaranya yaitu diperlukan pertemuan tatap muka, meluangkan waktu tenaga dan pikiran, mengikuti kegiatan yang ada tanpa pamrih seperti mengikuti kegiatan seminar tanpa berharap mendapat sertifikat, kepedulian antar-satu sama lain, kerja sama, dan saling tolong menolong.
Sekarang ini Generasi Z harus mampu untuk meluangkan waktu beraktivitas sosial. Karena dalam riset yangg dilaksanakan oleh perusahaan mobile Furry, saat ini tingkat kecenderung orang terhadap gadget melambung tinggi. Nyatanya, Sebagian besar dari masyarakat lebih bisa meluangkan waktu untuk menggeluti gadgetnya daripada berinteraksi sosial di lingkungan sekitarnya.Â
Seperti pada penjelasan yang diungkapkan oleh Tenchmark bahwa rata-rata orang menggunakan gadget per hari bisa mencapai 1.500 kali. Padahal ketika berkomunikasi dengan lawan bicara harus ada pemahaman antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang merupakan salah satu indikator kefektifan dalam komunikasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebiasaan gaya hidup orang normal seperti dahulu telah digeserkan dengan keberadaan gadget.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H