Mohon tunggu...
Nikie NirmalaTama
Nikie NirmalaTama Mohon Tunggu... Koki - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai seorang koki, saya menemukan kegembiraan dalam menciptakan sajian kuliner yang menggugah selera dan menyatukan berbagai rasa. Dapur adalah panggung saya, di mana saya menciptakan harmoni dari bahan-bahan segar dan teknik memasak yang beragam. Di sisi lain, sebagai penulis berita, saya menikmati eksplorasi fakta-fakta, menganalisis isu-isu kompleks, dan menyampaikan informasi dengan jelas dan obyektif. Saya percaya pada kekuatan kata-kata untuk membentuk opini dan mempengaruhi perubahan. Kedua hobiku memberi saya kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas dan berbagi cerita yang memotivasi, dari dapur hingga tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Kesaksian Bondol Akurasi atau Rekayasa? Begini Kata Psikiater Mintarsih

29 Mei 2024   19:29 Diperbarui: 29 Mei 2024   19:53 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesaksian Bondol terhadap Pegi Setiawan: Akurasi atau Rekayasa?

Dalam sebuah kasus yang sedang ramai dibicarakan, Bondol memberikan kesaksian yang sangat rinci mengenai Pegi Setiawan, yang terjadi delapan tahun lalu. Bondol mengingat dengan tepat jam berapa Pegi pergi dan kendaraan apa yang ia tumpangi pada hari itu. Menurut Bondol, Pegi tidak mungkin terlibat dalam kasus yang sedang diselidiki.

Namun, kesaksian Bondol menimbulkan keraguan di kalangan netizen. Banyak yang meragukan kemampuan seseorang untuk mengingat detail seperti itu setelah delapan tahun berlalu. Beberapa netizen bahkan menuduh Bondol mungkin merekayasa kesaksiannya demi membela temannya, Pegi Setiawan.

Seorang psikiater, Mintarsih, memberikan pandangan mengenai fenomena ini. "Normalnya, manusia tidak akan mengingat secara detail peristiwa yang tidak melibatkan dirinya. Jika seseorang mengklaim mampu mengingat kejadian delapan tahun lalu dengan sangat rinci, itu mustahil kecuali dia mencatat kejadiannya dan kemudian membaca ulang catatannya untuk menyegarkan ingatannya," jelas Mintarsih.

Keraguan ini didukung oleh fakta bahwa memori manusia cenderung menyimpan informasi penting atau emosional yang relevan dengan diri kita sendiri, sementara detail-detail yang kurang penting biasanya memudar seiring waktu. Pernyataan ini memicu diskusi tentang sejauh mana keakuratan ingatan seseorang bisa dipercaya dalam konteks peristiwa yang terjadi bertahun-tahun lalu.

Atau adapun Hyperthymesia adalah kemampuan yang memungkinkan orang untuk mengingat hampir setiap peristiwa dalam hidup mereka dengan sangat presisi. Hyperthymesia adalah kondisi yang sangat jarang terjadi dan hanya sebagian kecil orang saja di dunia ini yang memiliki kemampuan tersebut.

Di media sosial, beberapa netizen mendukung pandangan bahwa kesaksian Bondol terlalu detail untuk bisa diandalkan tanpa bukti tambahan seperti catatan tertulis. "Bagaimana bisa seseorang mengingat detail seperti jam dan jenis kendaraan setelah delapan tahun? Rasanya tidak masuk akal," tulis seorang pengguna Twitter.

Namun, ada juga yang membela Bondol, menganggap bahwa kesaksiannya mungkin saja benar jika peristiwa tersebut meninggalkan kesan mendalam atau signifikan bagi Bondol. "Kalau itu momen penting, mungkin saja dia ingat dengan sangat detail," tulis pengguna lain.

Perdebatan ini menggarisbawahi pentingnya bukti tambahan dan verifikasi dalam mengandalkan ingatan seseorang untuk kesaksian peristiwa yang terjadi lama sekali. Hingga bukti lebih lanjut disajikan, kesaksian Bondol tetap menjadi topik kontroversial di tengah masyarakat yang terbagi pendapatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun