Mohon tunggu...
Ni Ketut Desvitha Sari
Ni Ketut Desvitha Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siklus Kelahiran Kembali (Punarbhawa)

14 Mei 2024   16:42 Diperbarui: 14 Mei 2024   17:32 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Ni Ketut Desvitha Sari

Di dalam ajaran agama Hindu, reinkarnasi atau kelahiran kembali sangat dinyakini karena reinkarnasi bagian dari lima dasar keyakinan yaitu Percaya Adanya Tuhan (Brahman / Hyang Widhi), Percaya Adanya Atman, Percaya Adanya Hukum Karmaphala, Percaya Adanya Punarbhawa atau Reinkarnasi atau Samsara, Percaya Adanya Moksa. Dalam kamus bahasa Inggris, reincarnate atau reinkarnasi adalah lahir kembali sedangkan dalam bahasa Sansekerta reinkarnasi disebut sebagai Punarbhawa. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Punar artinya "lagi", sedangkan Bhawa artinya "menjelma" maka dengan demikian Punarbhawa memiliki arti kelahiran kembali yang berulang-ulang atau Reinkarnasi (samsara).

Proses Reinkarnasi sendiri digambarkan sebagai putaran roda yang berputar dari atas kebawah, kemudian naik keatas dengan tidak pernah berhenti. Perputaran roda reinkarnasi ini dipengaruhi oleh hukum karma yang dibawa oleh Atman yang disinari dengan Brahman melalui Triloka (tiga tempat) yaitu Bhur, Buvah dan Svah. Bhur memiliki makna alam fisik yang mana tubuh kita terbuat dari lima unsur yang disebut Panca Maha Buta yaitu tanah (pertiwi), air (apah), api (teja), angin (bayu) dan ether (akasa) dan kelima unsur ini membentuk Prakriti (alam). Lalu bhuvah artinya alam pertengahan yang mana bhuvah juga merupakan Prama Sakti. Meskipun demikian Prama Sakti hanya dapat menghidupkan tubuh karena adanya Prajnanam. Kitab suci Weda mengatakan bahwa Prajnanam Brahman artinya Tuhan adalah kesadaran yang selalu utuh dan menyeluruh selamanya. Sedangkan Svah artinya swarga loka surga tempat para dewa.

Sehingga Proses reinkarnasi adalah mulai dari Svah loka, dimana Atman mendapat sinar dari Brahman dan Atman yang dibungkus dengan Triguna maka lahir dan menjelma di Bhuvah loka yaitu sebagai manusia dimana pembentukannya terdiri dari lima unsur yaitu Panca Maha Buta, setelah manusia meninggal maka atman lahir di Bhuvah loka. Demikian reinkarnasi tidak pernah berhenti lahir terus menerus mengikuti suatu garis yang melintang dalam Tri Bhuwana. Dalam proses reinkarnasi Atman terus berputar, diatara Tri Bhuana, lamanya setiap loka tidak pasti sesuai dengan karmanya dan ini ditentukan oleh Brahman. Adanya perbedaan satu loka (dunia) yang satu dengan lainnya ditentukan oleh dari unsur Panca Maha Butha dari loka itu sendiri. Bumi kita termasuk Bhur Loka yang terdiri dari Panca Maha Buta tetapi yang terbanyak adalah unsur Perthiwi (zat padat) dan unsur apah (zat cair), adapun Buah Loka (Pitra Loka) atau dunia roh banyak dikuasai oleh unsur apah (zat cair) dan teja (sinar), sedangkan Swah Loka (Swarga atau Dewa loka) banyak dikuasai oleh unsur teja (sinar) dan bayu (hawa).

Punarbhawa ini juga memiliki sangkut paut dngan karma phala, yang mana dalam Karma phala selalu akan mengikuti atman mengarungi Tri Loka, apabila karmanya baik pada saat hidup sebagai manusia, maka karmanya akan dibawa saat reinkarnasi menjadi manusia kembali demikian pula sebaliknya. Baik buruk kehidupan dan lamanya kehidupan pada suatu loka dapat pula menentukan jenis penjelmaannnya apakah jadi manusia atau binatang pada kelahiran mendatang. Segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas (wasana) dalam jiwatman dan bekas-bekas perbuatan (karma wasana) itu ada bermacam-macam. Jika bekas- bekas itu hanya bekas keduniawian, maka jiwatman akan lebih cendrung dan gampang ditarik oleh hal-hal keduniawiaan sehingga jiwatman itu lahir kembali. Misalnya jiwa pada waktu mati ada bekas-bekas hidup mewah pada jiwatman di akhirat jiwatman itu masih ada hubungannnya dengan kemewahan hidup, sehingga gampang jiwatman itu ditarik kembali kedunia. Apabila seseorang telah benar sempurna perbuatannya didunia ini maka Atman akan keluar dari perputaran Tri Bhuana dan menyatu dengan Brahman yang disebut dengan moksa.

Reinkarnasi dan hukum karma adalah saling keterkaitan dan saling berhubungan satu sama lainnya. Reinkarnasi pasti akan membawa hukum karma , dan selama hukum karma masih melekat pada Atma pasti akan melakukan proses reinkarnasi. Kecuali hukum karmanya sudah habis maka Atma akan menyatu dengan Brahman, ini yang disebut dengan Moksa. Adapun sifat-sifat hukum karma adalah sebagai berikut:

1. Hukum Karma bersifat abadi sudah ada sejak mulai alam semesta diciptakan dan tetap berlaku sampai alam semesta ini mengalami pralaya (kiamat).

2. Hukum Karma bersifat Universal, berlaku bukan hanya untuk manusia tetapi juga untuk makluk-makhluk serta seluruh isi alam semesta.

3. Hukum Karma tetap sejak jaman pertama penciptaannya, zaman sekarang dan juga untuk jaman yang akan datang.

4. Hukum Karma sangat sempurna, adil dan tidak ada yang menghindarinya.

5. Hukum Karma berlaku untuk semua makluk tidak ada pengecualian terhadap siapapun.

Proses reinkarnasi dari makhluk yang kecil hingga menjadi manusia adalah sangat panjang melalui kelahiran yang berulang kali. Namun banyak yang tidak mengerti betapa sulitnya sang jiwa mendapatkan kesempatan hidup menjadi manusia, sehingga kurang memberi arti akan makna hidupnya. Manusia memiliki idep/pikiran, dengan kecerdasan pikirannya akhirnya mampu membedakan perbuatan baik dan buruk. Semua perbutan baik dan mulia merupakan jenjang untuk mencapai kesempurnaan jiwa yang mana nilai-nilai kebaikan itu ada kaitan setiap manusia karena selain memiliki idep/pikiran pada diri manusia pun terdapat budhi yang selalu member kesadaran akan nilai-nilai kebaikan. Suatu keharusan mempertahankan hidup ini agar bisa berumur panjang, karena dengan memiliki umur yang panjang kita lebih banyak mendapt kesempatan untuk meningkatkan status kejiwaan kita, lebih banyak mendapat kesempatan untuk menebus dan memperbaiki dosa-dosa yang pernah dibuat, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan sebelumnya. Mencapai kesempurnaan hidup tidak mungkin dicapai dalam satu kali kehidupan sebagai manusia, tingkat kecerdasan seseorang juga sangat ditentukan oleh pengalaman dan tingkat pendidikan pada kelahiran sebelumnya. Kelahiran berulang-ulang memberi berbagai pengalaman kepada jiwa yang akhirnya pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki akan dapat meningkat dan ditingkatkan pada kelahiran berikutnya.

Kelahiran berulang-ulang juga memberi kesempatan kepada manusia untuk berbuat (berkarma) sehingga karma-karma itu terikat dan memberi corak warna kepada jiwa sehingga muncullah bakat keahlian pada kehidupan ini. Jadi punarbhawa memberi kesempatan kepada jiwa untuk meningkatkan statusnya karena kelahiran hanya sekali sebagai manusia, sang jiwa belum sempurna walaupun memiliki badan jasmani yang sempurna. Karma-karma yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini belum tentu habis dinikmati dalam kehidupan ini, karena kehidupan sekarang ini telah dibebani oleh karma-karma kehidupan sebelumnya atau melunasi hutang karma sebelumnya. Sebagai contoh, ada seseorang penjahat berdarah dingin secara membabi buta telah membunuh puluhan orang dengan bom atau dengan cara lainnya. Hutang nyawa dibayar dengan nyawa, maka mestinya penjahat itu harus membayar puluhan kali kelahiran untuk melunasi hutang nyawa yang telah diperbuatnya. Tiada yang tahu dan tidak ada yang dapat memperkirakan sehingga akhirnya kita pun menyebutnya sebagai suratan takdir, Karena hanya Tuhan yang tahu semuanya itu dan Tuhan pula yang menentukan kapan kita harus menerima hasil dari karma-karma kita.

Adapun tiga akar penyebab karma tidak baik yang terdiri dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin atau kegelapan batin (moha) merupakan akar dari perbuatan buruk yang dilakukan seseorang. Keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) membuat seseorang melakukan perbuatan tidak baik contohnya membunuh saudara sendiri untuk menguasai kekayaannya (lobha), membunuh seseorang karena sering direndahkan (dosa), dan membunuh karena tidak mengetahui bahwa membunuh adalah perbuatan yang tidak baik (moha). Segala bentuk perbuatan tidak baik akarnya adalah keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Sebaliknya tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha) membuat seseorang melakukan perbuatan baik, contohnya sering berdana di vihra (alobha), menolong binatang yang sedang kesakitan (adosa), dan menolong teman yang sedang kesusahan dengan memiliki pengertian bahwa yang dilakukan adalah hal yang benar (amoha). Segala bentuk perbuatan baik akarnya adalah tanpa keserakahan (alobha) , tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha).

Demikian hukum punarbhawa itu berputar membentuk lahir hidup dan mati secara berulang-ulang sehingga disebut sebagai samsara. Tujuan akhir yang didambakan oleh setiap makhluk hidup di dunia ini adalah memutus rantai perputaran samsara, yaitu mencapai " Moksartham Jagadhitaya Ca Iti Dharma (kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) ". Menurut ajaran agama Hindu, manusia berasal dari Tuhan karena dalam manusia itu terdapat adanya hakekat Tuhan, hidupnya, nafasnya, dan segala anggota badanya merupakan tempat kekuatan ilahi. Oleh karenanya manusia dengan Tuhan bisa dapat bersatu melalui moksha. Manusia selalu berharap dan sangat ingin mencapai moksha dan bebas dari reinkarnasi serta mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan yang tidak ada lagi disusul kedukaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun