Mohon tunggu...
Ni Ketut Desvitha Sari
Ni Ketut Desvitha Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siklus Kelahiran Kembali (Punarbhawa)

14 Mei 2024   16:42 Diperbarui: 14 Mei 2024   17:32 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Proses reinkarnasi dari makhluk yang kecil hingga menjadi manusia adalah sangat panjang melalui kelahiran yang berulang kali. Namun banyak yang tidak mengerti betapa sulitnya sang jiwa mendapatkan kesempatan hidup menjadi manusia, sehingga kurang memberi arti akan makna hidupnya. Manusia memiliki idep/pikiran, dengan kecerdasan pikirannya akhirnya mampu membedakan perbuatan baik dan buruk. Semua perbutan baik dan mulia merupakan jenjang untuk mencapai kesempurnaan jiwa yang mana nilai-nilai kebaikan itu ada kaitan setiap manusia karena selain memiliki idep/pikiran pada diri manusia pun terdapat budhi yang selalu member kesadaran akan nilai-nilai kebaikan. Suatu keharusan mempertahankan hidup ini agar bisa berumur panjang, karena dengan memiliki umur yang panjang kita lebih banyak mendapt kesempatan untuk meningkatkan status kejiwaan kita, lebih banyak mendapat kesempatan untuk menebus dan memperbaiki dosa-dosa yang pernah dibuat, baik dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan sebelumnya. Mencapai kesempurnaan hidup tidak mungkin dicapai dalam satu kali kehidupan sebagai manusia, tingkat kecerdasan seseorang juga sangat ditentukan oleh pengalaman dan tingkat pendidikan pada kelahiran sebelumnya. Kelahiran berulang-ulang memberi berbagai pengalaman kepada jiwa yang akhirnya pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki akan dapat meningkat dan ditingkatkan pada kelahiran berikutnya.

Kelahiran berulang-ulang juga memberi kesempatan kepada manusia untuk berbuat (berkarma) sehingga karma-karma itu terikat dan memberi corak warna kepada jiwa sehingga muncullah bakat keahlian pada kehidupan ini. Jadi punarbhawa memberi kesempatan kepada jiwa untuk meningkatkan statusnya karena kelahiran hanya sekali sebagai manusia, sang jiwa belum sempurna walaupun memiliki badan jasmani yang sempurna. Karma-karma yang dilakukan dalam kehidupan sekarang ini belum tentu habis dinikmati dalam kehidupan ini, karena kehidupan sekarang ini telah dibebani oleh karma-karma kehidupan sebelumnya atau melunasi hutang karma sebelumnya. Sebagai contoh, ada seseorang penjahat berdarah dingin secara membabi buta telah membunuh puluhan orang dengan bom atau dengan cara lainnya. Hutang nyawa dibayar dengan nyawa, maka mestinya penjahat itu harus membayar puluhan kali kelahiran untuk melunasi hutang nyawa yang telah diperbuatnya. Tiada yang tahu dan tidak ada yang dapat memperkirakan sehingga akhirnya kita pun menyebutnya sebagai suratan takdir, Karena hanya Tuhan yang tahu semuanya itu dan Tuhan pula yang menentukan kapan kita harus menerima hasil dari karma-karma kita.

Adapun tiga akar penyebab karma tidak baik yang terdiri dari keserakahan (lobha), kebencian (dosa) dan kebodohan batin atau kegelapan batin (moha) merupakan akar dari perbuatan buruk yang dilakukan seseorang. Keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha) membuat seseorang melakukan perbuatan tidak baik contohnya membunuh saudara sendiri untuk menguasai kekayaannya (lobha), membunuh seseorang karena sering direndahkan (dosa), dan membunuh karena tidak mengetahui bahwa membunuh adalah perbuatan yang tidak baik (moha). Segala bentuk perbuatan tidak baik akarnya adalah keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan batin (moha). Sebaliknya tanpa keserakahan (alobha), tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha) membuat seseorang melakukan perbuatan baik, contohnya sering berdana di vihra (alobha), menolong binatang yang sedang kesakitan (adosa), dan menolong teman yang sedang kesusahan dengan memiliki pengertian bahwa yang dilakukan adalah hal yang benar (amoha). Segala bentuk perbuatan baik akarnya adalah tanpa keserakahan (alobha) , tanpa kebencian (adosa), dan tanpa kebodohan batin (amoha).

Demikian hukum punarbhawa itu berputar membentuk lahir hidup dan mati secara berulang-ulang sehingga disebut sebagai samsara. Tujuan akhir yang didambakan oleh setiap makhluk hidup di dunia ini adalah memutus rantai perputaran samsara, yaitu mencapai " Moksartham Jagadhitaya Ca Iti Dharma (kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat) ". Menurut ajaran agama Hindu, manusia berasal dari Tuhan karena dalam manusia itu terdapat adanya hakekat Tuhan, hidupnya, nafasnya, dan segala anggota badanya merupakan tempat kekuatan ilahi. Oleh karenanya manusia dengan Tuhan bisa dapat bersatu melalui moksha. Manusia selalu berharap dan sangat ingin mencapai moksha dan bebas dari reinkarnasi serta mencapai kebahagiaan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan yang tidak ada lagi disusul kedukaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun