Secara tidak sadar, banyak orang menaruh ekspektasi kepada sesama manusia. Ekspektasi sendiri lebih ke sifat ego individu yang ingin menyamakan antara realitas dan harapan. Ekspektasi muncul ketika situasi belum jelas dan kita mencoba mengira-ngira hasil yang akan didapatkan. Hal tersebut sebenarnya sesuatu yang wajar, tetapi yang menjadi tidak wajar adalah ketika kita memiliki ekspektasi terlalu tinggi dan terlalu jauh dari realitas. Kita melakukan hal itu karena ingin mencari bentuk kebahagiaan dalam kehidupan.Â
Ekspektasi yang tinggi dapat mengakibatkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan sehingga menimbulkan risiko kehilangan kepercayaan dan luka hati yang mendalam. Ketika mempercayai orang lain dengan menaruh harapan mereka dapat mewujudkan realitas yang didambakan, sedangkan hasil tidak sesuai ekspektasi, situasi tersebut akan menimbulkan rasa tidak percaya, Â perasaan hampa hingga kesedihan yang mendalam. Lalu siapa yang akan mengobati rasa kesedihan itu? Orang yang kalian harapkan? Tentu saja tidak, tetapi hanya dirimu sendiri yang bisa mewujudkan kebahagiaanmu.
Bukan bermaksud melarang untuk membahagiakan orang lain,tetapi alangkah baiknya jika kita dapat memahami sendiri apa definisi kebahagiaan dalam kehidupan kita. Sering terjadi kesalahpahaman di mana kita mencari kebahagiaan yang berasal dari orang lain, tetapi kemudian tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan penyesalan di akhir. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain dan ingin menyamai segala pencapaian orang lain dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan dalam diri. Maka ada istilah "Keep your expectations low" yang berarti dalam menjalani kehidupan, jalankansaja dengan kemampuan yang kita punya.Â
Dengan mengimbangi antara harapan dengan logika, kita tetap memiliki kendali terhadap apa yang dapat diharapankan dan apa yang terlalu jauh dari kenyataan. Letakkan ekspektasi pada diri sendiri karena jika akhirnya merasa kecewa pada diri sendiri, kita tidak akan merugikan orang lain. Meskipun mungkin ada rasa kekecewaan jika gagal, tetapi akan jauh lebih mudah untuk memaafkan diri sendiri.
Yang perlu dipahami adalah jangan mudah untuk menerka-nerka dalam keadaan yang belum pasti dan menaruh harapan yang terlalu tinggi. Ketidakpastian dapat menjadikan situasi menjadi lebih rumit dengan munculnya asumsi-asumsi yang tidak logis. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketidakpastian, kita dapat meminta kejelasan lebih dalam. Selain itu, melakukan pendekatan diri dengan tuhan juga dapat membuat pikiran menjadi lebih jernih dan mampu menganalisis situasi dengan lebih baik. Yang terakhir, kita harus selalu bersyukur dengan apa kita miliki, bukan apa yang kita inginkan, karena setiap orang memiliki jalannya masing-masing dalam kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H