Mohon tunggu...
Niken Sekti Khanifah
Niken Sekti Khanifah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Suka bahas tentang perbankan dan self development.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Many Ways to Success

9 Juli 2023   10:48 Diperbarui: 9 Juli 2023   10:52 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin hari jumat, 7 Juli 2023 aku melakukan pengambilan ijazah sarjanaku di kampus. Sampai detik itu aku masih berstatus jobseeker (pencari kerja). Memiliki gelar sarjana dan berstatus jobseeker menurut aku sangat challenging. Berbagai opini mulai dilontarkan oleh semua orang. Sedikit share tentang yang aku terima terkait opini tersebut, mungkin ada yang relate, lebih berat atau bahkan lebih mudah. 

1. opini yang datang dari wali murid temen adekku. Yang seolah-olah merasa rendah diri menurut aku. dia menyampaikan kalimat 

"maklum ya mbak, karang aku wong tuo pendidikane rendah ora kyk sampean. Dadi bahasa penyampaiane bedo" dalam konteks apapun kecuali ilmiah jangan bawa-bawa gelar/pendidikan. Disini mungkin aku yang terlalu memasukkan ke hati jadi beranggapan "apakah mengenyam pendidikan yang tinggi itu salah?"

2. Ekspektasi Orangtua. Memang gak salah memiliki harapan yang besar untuk anaknya but berikan waktu sejenak. 

"udah lamar mana aja, gimana progressnya, turunin kualifikasi perusahaannya, belajar apa yang kurang ketika seleksi, dll). Aku yakin semua jobseeker baik FG atau berpengalaman pasti melakukan yang terbaik yang mereka mampu. so berikan waktu and support mereka. 

3. Opini teman. Setiap insan punya timeline hidup mereka masing-masing. Nggak semua yang cepet lulus cepet dapet kerja. Nggak semua kampus negeri cepet dapet kerja dibanding kampus swasta. Kita semua mempunyai kriteria/pandangan yang terbaik untuk kita pribadi. 

Untuk saya dan kita para jobseeker. Lihat jalan peta perjalanan berikut:

https://maps.google.com (Tangkapan Layar Pribadi)

capture di atas adalah jalan dari rumahku ke kampusku. Dengan estimasi waktu sekitar 29 menit jika naik motor. Kemarin waktu berangkat aku melewati jalan paling jauh yaitu sekitar 33 menit dengan perkiraan jalan lancar tanpa lampu merah. Ternyata jalannya macet karena truck, jalan penuh tanah, jalan yang licin karena habis hujan, dan aspal yang banyak lubang besar. 

Oleh karenanya aku pulang tidak lewat sana lagi tapi lewat jalan tercepat yaitu 29 menit. Dan menurut aku better jalannya daripada waktu berangkat karena jalan lancar, tidak macet, tapi aspal berlubang dan ada jeda lampu merah. Dari hal sekecil ini aku belajar bahwa untuk sampai ke tujuan yang kita mau itu banyak jalannya. 

Dalam menentukan jalan mana yang mau kita tempuh, kita sesuaikan dengan kemampuan kita. Jadi tentukan kendaraan apa, jalan mana, bagaimana kondisi jalan, kondisi cuaca, waktu yang kita sanggupi, persiapan apa yang kita bisa siapkan, estimasi masalah yang akan terjadi selama perjalanan, cara kita mengatasi masalah, orang yang kita mintai saran dan masih banyak lagi. 

Dengan adanya persiapan yang well prepared menjadikan kita lebih yakin dan percaya bahwa kita-kita pasti akan sampai disana dengan kondisi yang sehat dan bahagia. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun