Mohon tunggu...
Niken Sekarini
Niken Sekarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Ilmu Komunikasi Universitas Singaperbangsa Karawang

Just Keep Writing!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kekeyi Dihakimi, Zara Dimaklumi: Sebuah Stereotip Selebriti di Media Sosial

9 April 2021   11:31 Diperbarui: 9 April 2021   11:54 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Foto Zara (Kiri) dan Kekeyi (Kanan), Foto: Instagram

 

Dewasa ini, siapa yang tak kenal Kekeyi? Wanita kelahiran Nganjuk, Jawa Timur yang berusia 25 tahun ini awalnya dikenal sebagai seorang beauty vlogger di YouTube. Kekeyi memiliki nama lengkap Rahmawati Kekeyi Putri Cantikka. Banyak video tutorial make up yang sudah dibuatnya, dan salah satu yang berhasil melambungkan namanya di dunia maya adalah DIY make up challenge menggunakan balon air sebagai beauty blender. Banyak video Kekeyi yang kemudian menjadi viral karena kesederhanaan dan kelucuannya. Satu diantaranya adalah video berjudul 25k makeup challenge yang sudah ditonton lebih dari 10 juta kali. Berkat viralnya video-video tersebut, Kekeyi pun diundang oleh banyak artis dan beberapa stasiun tv, salah satunya adalah Rans Entertainment, Hitam Putih, serta beauty vlogger favoritnya yaitu Tasya Farasya.

Fenomena melejitnya masyarkat biasa yang tadinya bukan siapa-siapa menjadi seseorang yang diketahui banyak orang melalui aktifitas-aktifitas yang diunggah di media sosial pribadinya seperti Kekeyi, merupakan fenomena yang sering kita jumpai belakangan ini. Kekeyi dapat dikategorikan sebagai microcelebrity alias selebriti mikro. Theresa Senft (Abidin, 2018: 11) mengonsepkan microcelebrity sebagai pengguna yang menggunakan teknologi dan platform media digital untuk mengumpulkan popularitas dengan tampil di internet. Microcelebrity diharapkan untuk menampilkan diri mereka sendiri tanpa diedit sebagai orang "nyata" dengan masalah yang "nyata" pula. Alice Marwick (Abidin, 2018: 12) berpendapat bahwa jika ingin konsep microcelebrity berhasil diberlakukan, maka pemain harus mengumpulkan persona yang terus terasa otentik, interaktif, dan layaknya selebriti, terlepas dari ukuran atau keadaan dari seorang audiens yang menontonnya. Siaran langsung terhadap "merek diri" yang tak berkesudahan ini membutuhkan penanaman pola pikir bahwa semua teman dan pengikut di internet adalah calon penonton dan penggemar.

Kekeyi, dengan segala tingkah nyeleneh-nya yang terlihat sederhana dan natural, melanjutkan kariernya sebagai seorang beauty vlogger dengan membuat video make up di YouTube secara rutin. Selain video tentang make up, Kekeyi juga membuat video tanya jawab, mukbang, daily vlog hingga berkolaborasi dengan YouTuber lain. Selain YouTube, Kekeyi juga aktif di Instagram. Ia menjadi selebgram dengan akun @rahmawatikekeyiputricantikka23 yang memiliki pengikut sebanyak 600 ribu lebih. Kekeyi kerap mengunggah foto dan video keseharian hingga soal make up. Ia juga banyak menerima endorse dan iklan berupa produk-produk kecantikan. Dengan begitu, dapat diketahui bahwa kepopuleran Kekeyi didapatkan dengan terus berkarya namun tetap mempertahankan keotentikan dari karakter aslinya, sejalan dengan konsep microcelebrity yang diungkapkan oleh Senft dan Marwick (Abidin, 2018).

Akan tetapi, dibalik karya-karya nyeleneh yang menjadi keotentikannya tersebut, Kekeyi pun laris dilirik warganet dikarenakan fisiknya yang tidak terlihat seperti beauty vlogger kebanyakan. Tubuh gemuk serta wajah dan struktur giginya sangatlah berbanding terbalik dengan stereotip masyarakat terhadap selebriti dan atau beauty vlogger yang digambarkan dengan bentuk tubuh, wajah serta gigi yang ideal dan rupawan. Hal itu sering menjadi perbincangan warganet bahkan tidak sedikit yang berujung menghakiminya (bullying) baik di kolom komentar media sosial miliknya maupun secara langsung. Sejak Kekeyi mulai terkenal karena video tutorial make up balonnya, tidak sedikit warganet yang mampir ke kanal YouTube-nya. Tak hanya fisik, ternyata banyak warganet yang mampir hanya untuk memberi kritik di kolom komentar video-video yang diunggahnya. Seperti dalam video berjudul 'Make up santai aku akhirnya ini untuk remaja', salah satu warganet menganggap bahwa judul video tersebut tak sesuai dengan look riasan yang Kekeyi gunakan. Kemudian di video yang ia unggah bersama mantan kekasihnya, Rio Ramadhan, juga membuat warganet tidak tahan untuk mengomentarinya. Video yang berjudul 'Make up in Bebek, dan pakaiin hijab, jadi wanita muslimah banget', itu bahkan mencapai angka 3,5 ribu komentar. 

"Apa cuma gue yg nntn in pokus sama gigi kekey", tulis tulis akun dengan username @nb**ef.

Terlebih, pada tahun 2020 sempat tersiar kasus dimana sebuah video di jagat media sosial yang menampilkan 'aksi remas payudara' diduga dilakukan oleh Zaki Pohan kepada Zara, penyanyi sekaligus penari eks grupband JKT48. Video itu sempat diunggah oleh Zara melalui story Instagram pribadinyanya. Aksinya itu lantas membuat heboh dan menjadi perbincangan hangat warganet di sejumlah media sosial. Seperti yang terdapat di media sosial Twitter, kasus ini gencar dibicarakan oleh warganet hingga membawa nama Zara menjadi trending topic. Lalu, warganet mulai membandingkan antara kasus video yang menimpa Adhisty Zara dengan kasus Kekeyi memakan pentol. Salah satu pengguna Twitter @Endrione mengunggah sebuah tulisan singkat yang membandingkan antara kasus yang menimpa Zara dengan kasus Kekeyi tersebut. Saat itu, Kekeyi harus menerima penghakiman dari banyak pihak, meskipun niat Kekeyi adalah untuk menghibur. Sebaliknya, pada kasus tak wajar yang menimpa Zara, ia malah mendapat dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu pemilik akun @Endrione menilai, adanya kasus pembelaan terhadap Zara ini menandakan bahwa keadilan hanya didapatkan oleh seseorang dengan paras rupawan saja.

"Kekeyi menghibur makan pentol 3 biji dihujat mati-matian. Zara yang ngeshare videonya nggak sewajarnya dibilang keep strong. Ini menandakan keadilan sosial bagi good looking saja", ujarnya. Dengan alasan membela kesehatan mental, ia menjelaskan bahwa stereotip yang ada di Indonesia saat ini perlu dipertanyakan. Karena setiap orang termasuk Kekeyi pun memiliki kesehatan mental yang perlu dijaga pula. 

"Fix warga +62 stereotype, giliran kek gini malah pada bela kesehatan mental. Gue tanya deh selama ini Kekeyi yang kena bully nggak punya mental illness?" imbuhnya. Menanggapi unggahan itu, sejumlah warganet pun ikut berspekluasi dan mengomentari pandangan dari tulisan tersebut.

Stereotip bahwa selebriti haruslah berwajah rupawan memang nyata terjadi di Indonesia. Munculnya stereotip berawal dari adanya daya tarik interpersonal. Daya tarik interpersonal adalah suatu proses psikologis berfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan, hal itu dipengaruhi oleh adanya kesukaan, yang dilihat dari fisik, penampilan, perilaku, kompetensi, ketulusan sehingga dapat memunculkan hubungan yang akan terjalin antara kedua belah pihak. Baron dan Byrne (Sarlito dan Eko 2009: 67) menjelaskan bahwa daya tarik interpersonal adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, di mana penilaian ini dapat diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Daya tarik fisik dalam masyarakaat kita biasanya muncul setereotip daya tarik fisik, yang mengasumsikan bahwa 'apa yang cantik adalah baik'. Berdasar hanya pengamatan sepintas, orang akan membuat suatu kesimpulan tentang sejumlah asumsi kepribadian dan kompetensi, berdasar hanya semata-mata hanya pada penampilan. Penelitian Dion, Berscheid, dan Walster (dalam Dayakisni dan Hudaniyah 2009: 126) tentang penilaian orang pada wajah cantik, membuktikan bahwa mereka cenderung dinilai akan lebih berhasil dalam hidupnya, dan dianggap memiliki sifat-sifat baik. Beberapa penelitian lain mengungkapkan bahwa karangan orang yang di pandang cantik dinilai lebih baik daripada karangan serupa yang dibuat oleh orang yang di pandang jelek. Orang cantik atau tampan juga lebih efektif dalam mempengaruhi pendapat orang lain, dan biasanya diperlakukan lebih sopan.

Itulah mengapa, saat kasus buruk menimpa Zara yang dikenal masyarakat sebagai sosok selebriti yang secara fisik terlihat lebih rupawan daripada Kekeyi, warganet justru cenderung menganggap kasus tersebut hanyalah kekhilafan semata. Mereka seakan-akan memaklumi hal itu dikarenakan perbuatannya yang kurang pantas tersebut sudah dibiaskan oleh kerupawanannya. Berbanding terbalik dengan Kekeyi yang kerap menuai hinaan dan penghakiman dari warganet meskipun ia tidak melakukan kejahatan apapun. Setiap kali ia mengeluarkan konten, selalu ada hinaan yang mengikuti dikarenakan tampilan fisiknya yang tidak sesuai dengan stereotip masyarakat, terlepas dari inti dan tujuan kontennya yang bermaksud hanya untuk menghibur semata. Sebuah ironi bagi seorang mikroselebriti seperti Kekeyi yang harus tetap mempertahankan popularitasnya dengan menampilkan keotentikan karakter yang sudah ia bangun sejak awal karirnya, namun secara bersamaan juga harus menanggung konsekuensi hinaan dan penghakiman akibat stereotip yang ada hanya karena faktor tampilan fisiknya semata.

Akan tetapi, di balik semua hinaan dan penghakiman warganet terhadap Kekeyi, ada hal yang menlandasinya membuat video tutorial make up dengan balon yang sempat viral. Ia ingin membuktikan bahwa setiap wanita berhak merasa dirinya cantik. 

"Alasan aku bikin make up tutorial, karena dulu pernah dibully aja sih. Dibully jelek, kamu pendek, kamu gemuk. Terus bilang kenapa sih orang gemuk, pendek kayak aku gak bisa cantik? Kan harusnya juga bisa cantik, awalnya dari situ", ungkap Kekeyi saat mengobrol santai dengan Nagita Slavina dalam salah satu video yang diunggah Nagita di kanal YouTube miliknya. Hinaan tersebut justru membuat Kekeyi untuk belajar meningkatkan kemampuan riasnya. Ia ingin mematahkan pandangan tersebut dengan cara yang positif.

Kolase Foto Zara (Kiri) dan Kekeyi (Kanan), Foto: Instagram
Kolase Foto Zara (Kiri) dan Kekeyi (Kanan), Foto: Instagram

Referensi

Buku

Abidin, C. (2018). Internet celebrity: Understanding fame online. Emerald Group Publishing.

Jurnal

Dewi, A. D. A. K. (2013). Studi Komparasi Faktor-faktor Daya Tarik Interpersonal Pada Mahasiswa Unnes yang Berpacaran Ditinjau dari Jenis Kelamin. Journal of Social and Industrial Psychology, 2(1).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun