Semenjak mendapat predikat Desa Wisata, banyak orang berkunjung ke Sidowarno. Mereka yang berkunjung biasanya akan menuju Joglo Omah Wayang.Â
Mereka akan dipandu oleh guide yang tak lain para warga desa sendiri, menuju rumah-rumah warga tempat produksi kerajinan wayang. Pengunjung juga bisa mampir mencoba olahraga memanah dengan busur dan panah tradisional.
Kalau pengunjung haus, bisa minum jamu yang dibuat Bu Sutarni. Ibu berusia 52 tahun ini sehari-harinya berprofesi penjual jamu keliling. Kalau ada rombongan pengunjung atau acara di desa, dia pun menjual jamu. Suami seorang pemulas wayang. Demikian pasangan ini membiayai hidup dan pendidikan anak-anaknya.
Begitulah, aktivitas produksi wayang dan aneka pendukungnya telah menjadi nafas kehidupan masyarakat Desa Sidowarno. Ibaratnya tak ada wayang, tak ada kehidupan di sini.
Ketua Pokdarwis setempat, Pak Suraji, yang juga Ketua Pengelola Desa Wisata dan Ketua Joglo Omah Wayang, mengakui wayang identik dengan kehidupan di desanya. Dia pun bersyukur begitu banyak yang peduli dengan kehidupan yang unik di desa ini.
"Alhamdulillah berkat ketekunan warga desa dan atas bimbingan banyak pihak yang memperhatikan kami, akhirnya desa kami menerima banyak penghargaan. Akhirnya kami bisa membangun joglo yang kami namai Joglo Omah Wayang. Ada juga bantuan dari Kementerian Parekraf. Pak Sandiaga Uno membantu juga. Sangat berguna untuk mengembangkan kawasan ini sebagai Desa Wisata," pungkasnya dengan sorot mata berbinar.Â
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H