Dalam sebuah perjamuan yang diikuti tokoh-tokoh besar, semua menumpang atau mengendarai mobil pribadi yang bagus dan mewah. Buya Syafii menolak ketika ditawari menumpang salah satunya. Memilih naik Avanza yang dikendarai kerabatnya. Masih banyak kisah tentang kesahajaan Buya yang akan membuat hati siapapun hangat.
Buya Syafii, kalau bicara pelan namun runtut. Hingga di usianya yang lanjut, pernyataan-pernyataannya mengikuti nalar yang sehat. Buya tak pernah menghina, merandahkan, menuding yang lain begini atau begitu. Ucapan Buya begitu tertata. Tak pernah tendensius apalagi body shaming pada sosok dari sebuah kelompok demi untuk menyenangkan kelompok lainnya. Sama sekali tidak.
Ketika agama menjadi senjata politik, ketika MUI menjadi wahana menjatuhkan salah satu calon kepala daerah, ketika Indonesia mengalami karut marut dan pikiran masyarakat menjadi bingung dengan banyaknya hasutan politik mengatasnamakan agama, ketika semua terprovokasi, tidak demikian dengan Buya. Pikiran dan pandangan Buya tetap jernih. Buya bersikap adil sejak dari pikiran, kepada siapa saja.
Tergambar ketika menyikapi kasus Ahok yang begitu heboh menjelang Pilkada DKI. Â "Ahok Tidak Menistakan Agama. Ahok tidak menghina Alquran," demikian beliau berkata disertai argumennya. Buya Syafii menilai video ucapan Ahok yang tersebar di media sosial harus dicermati secara utuh. "Secara utuh pernyataan Ahok telah saya baca. Ahok tidak mengatakan Al Maidah itu bohong," tegasnya.
Pendapat  Buya sama sekali berbeda dengan ulama kebanyakan termasuk fatwa MUI yang kemudian diikuti demo berjilid-jilid itu. Kebanyakan orang saat itu telanjur terhasut postingan Buni Yani yang memotong pernyataan Ahok hingga hilang konteksnya. Tapi Buya tidak. Belakangan Buni Yani sendiri masuk penjara karena melanggar UU ITE akibat memotong video pidato Ahok.
Pandangan Buya membuatnya dibenci kelompok yang terhanyut dengan politisasi agama. Bahkan ada stigma yang menyebut Buya pembenci Islam, padahal Buya sehari-hari sangat lurus dalam ibadah dan sosok yang penuh kasih terhadap sesama.
Saat ribut revisi Undang Undang KPK, Buya berdiri di belakang mahasiswa. Buya berbeda pandangan dengan kelompok yang sebelumnya mengelukannya ketika membela Ahok. Akhirnya, Buya pun dibenci sejumlah orang dari pembela pemerintah. Padahal Buya sekian lama mencurahkan jiwa dan raganya membantu pemerintah, khususnya dalam program-program membumikan nilai-nilai Pancasila.
Begitulah Buya Syafii
Satu dari tokoh penting yang dimiliki Indonesia
Representasi Islam  rahmatan lil alamin
Sosok yang takkan terganti
Wilujeng tindak, Buya Syafii Maarif
Selamat jalan, Guru Bangsa...
Indonesia kehilangan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI