Hampir satu semester ini, saya benar-benar merasakan menjadi mahasiswa beneran. Pengalaman ini dimulai saat saya mulai mengikuti kuliah di program pascasarjana. Saya kira kuliah S2 bisa lebih santai seperti ketika S1 dulu. Ternyata tidak.Â
Banyak orang yang kuliah sambil kerja di program ini, termasuk saya yang sehari-hari menjalani hidup sebagai penulis. Melihat kenyataan itu, pihak kampus memberikan beban kuliah 15 SKS yang ditempuh dalam dua hari  tatap muka setiap akhir pekan. Sehingga diharapkan pada awal pekan, para mahasiswa bisa tetap menjalankan pekerjaannya. Sebagai konsekuensinya, seharian penuh pada hari Jumat dan Sabtu saya harus tekun menyimak dosen di kampus.  Berangkat pagi-pagi benar, saat menjelang Isya baru tiba di rumah.
Oleh karena kuliah hanya dua hari, lalu apakah Minggu hingga Kamis saya bisa santai? Lagi-lagi tidak. Setiap kuliah usai, hampir semua dosen memberi tugas review buku atau bentuk lain. Alhasil, walau tidak kuliah saya tetap disibukkan dengan berbagai tugas. Padahal selain kewajiban kuliah saya masih punya tugas mengajar sebagai dosen praktisi di perguruan tinggi, menyelesaikan pekerjaan dan menjadi pemateri atau peserta di acara-acara diskusi tentang penulisan, belum lagi urusan rumah dan anak-anak. Rasanya 24 jam sehari tidak cukup.
Mood yang buruk bahkan drop pun sering kali tak terhindarkan. Itu biasanya melanda ketika sudah mepet tenggat, semetara tugas-tugas belum selesai.  Atau bila beberapa kegiatan berbenturan. Pun ketika harus lembur menggarap tugas-tugas. Hingga kadang terpikir untuk menghindar dari semua.
Tapi motivasi yang tinggi membuat saya bangkit. Mau tahu yang saya lakukan di saat-saat seperti itu? Saya oleskan Kayu Putih Aromatherapy varian Rose ke pundak, leher dan pelipis sambil dipijit-pijit. Kehangatan mulai menjalar, sedangkan aromanya membantu memperbaiki mood saya yang rusak. Â
Belum tahu Kayu Putih Aromatherapy? Ini adalah inovasi baru dari Cap Lang , yang memadukan kehangatan dan aroma jadi satu. Kayu Putih Aromatherapy diluncurkan tahun 2011 untuk varian Ekaliptus. Kemudian tahun 2015 diluncurkan varian Rose, Lavender dan Green Tea.
Kalau Anda membutuhkan kehangatan alami, namun tidak suka bau minyak-minyakan, maka Kayu Putih Aromatherapy ini merupakan produk yang sangat tepat untuk Anda gunakan. Seperti juga saya. Dengan segala aktivitas saya yang padat, di mana saya sering berada dalam kerumunan orang, maka saya menghindari bau minyak-minyakan. Nggak pede dong kalau di tengah-tengah kuliah ada bau orang masuk angin?
Hari-hari penuh energi dan kesegaran adalah dambaan setiap manusia. Saya pun demikian. Akhirnya sebelum pergi ke kampus atau tempat mengajar, saya pilih Kayu Putih Aromatheraphy varian Green Tea. Tinggal oleskan sedikit kayu putih di leher dan di tangan, langsung terasa efek menyegarkan dan lebih bersemangat untuk menjalani aktivitas yang padat. Aromanya yang menenangkan membuat saya lebih fokus berkonsentrasi mendengarkan ceramah dosen di kelas.
Sedangkan varian Lavender saya gunakan sebelum tidur. Saya butuh tidur yang berkualitas setelah seharian menjalani aktivitas. Menggunakannya dengan cara diiringi  memijit ringan seluruh tubuh termasuk kaki, tangan, pundak dan pelipis. Maka badan akan terasa lebih relax setelah aktivitas seharian, dan saya bisa tidur lebih nyenyak. Saya memang butuh tidur nyenyak tanpa harus mimpi buruk tentang tugas-tugas kuliah.
Adapun varian  Ekaliptus adalah yang paling fleksibel. Khusus varian ini cocok digunakan kapanpun ketika merasakan sakit, bahkan yang lumayan berat. Saya mengoleskannya di bagian yang membutuhkan. Misalnya kalau saya batuk maka oleskan di leher. Saat terasa pusing, saya mengoleskannya di pelipis. Ketika masuk angin saya mengoleskan di pundak,  kalau mual di perut dan bila kedinginan di tangan. Varian ini juga bisa mengurangi rasa gatal, cukup dengan mengoleskannya di tempat yang gatal.