Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menyemai Salanova di Tengah Kota

4 September 2015   19:13 Diperbarui: 4 September 2015   19:48 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Bila Anda punya sepetak atau dua petak tanah kosong di rumah, mengapa tidak menghijaukannya dengan tanaman salanova saja? Selain indah dan sejuk dipandang mata, salanova yang bernilai gizi tinggi, juga bisa dikonsumsi langsung bersama mayonais atau sambal pecel, maupun dimakan sebagai isian dalam kebab ataupun pelengkap sajian makanan lainnya.

Salanova adalah tanaman dari famili selada/lettuce namun lebih istimewa. Iya, salanova memang bukan selada biasa. Dia adalah selada premium. Bila selada biasa daun dan batangnya memanjang secara vertikal sesuai pangkalnya, maka salanova daunnya menempel di pangkal yang bulat, bertumpuk-tumpuk membuat komposisi mirip bunga mawar. Daun salanova juga sedikit lebih tebal dibanding selada pada umumnya. 

Khususnya salanova jenis butterhead, terbagi sedikitnya dua macam dari penampakan daunnya. Salanova biasa dan salanova keriting. Dari warnanya, terdapat salanova hijau dan red butterhead. Salanova yang berasal dari Eropa, mulai meramaikan khazanah perseladaan di Tanah Air. Sayuran ini mulai bisa ditemukan di supermarket-suparket. Tanaman ini juga mulai dibudidayakan dengan metode bercocok tanam.

Saya sendiri cukup dibuat takjub melihat ada kebun salanova di dekat tempat saya tinggal di Solo yang bertemperatur panas dan kering, tepatnya di tengah-tengah perumahan Fajar Indah. Lebih takjub lagi karena pemilik kebun, Andi Wibowo, memilih metode bercocok tanam secara hidroponik. Dengan metode ini dan tentu saja ditambah ketelatenan merawatnya, salanova yang dihasilkan lebih bersih dan maksimal tumbuhnya.

 

Pemilihan media non tanah untuk salanova ini jadi bisa dilakukan bila orang tak punya lahan/tanah yang luas. Namun sedapat mungkin jangan langsung mempertemukan tanaman ini dengan matahari. Yang saya lihat, kebun salanova selain beratap kaca juga rapat tempatnya, untuk menghindari dar serangan hama. Dengan demikian, salanova ini menjadi sayuran yang aman dikonsumsi karena tak mengandung pestisida. 

Usia salanova dari penyemaian hingga siap panen tidaklah lama. Cukup 45 hari, salanova sudah besar dan siap dipanen. Setelah itu bisa menanam lagi dan panen lagi 45 hari kemudian. Besarnya hampir sama dengan kol bulat tanpa daun. Warnanya hijau segar karena pemiliknya selalu menjaga PH media tanamnya. Bila PH tidak dijaga, salah-salah salanova bisa agak kekuningan.

Setelah mengunjungi kebun salanova, saya jadi pengin bertanam sambil menghijaukan lingkungan rumah dengan tanaman produktif. Anda ingin juga? Yuk belajar bersama-sama cara bercocok tanam salanova.

 

Solo, 4 September 2015

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun