Belakangan Gibran mengembangkan usaha dengan membuat martabak terang bulan kaki lima menjadi naik kelas dengan menjualnya di lokasi yang lebih strategis dan bersetting kafe kelas menengah. Bekerja sama dengan pemilik usaha martabak terang bulan kaki lima “Markobar” yang berlokasi di Kota Barat, Solo, Gibran baru-baru ini membuka cabang ketiga Markobar di sebelah barat Solo Grand Mall. Tempat usaha barunya ini dikunjungi keluarganya saat mudik di Solo, awal arpil 2015, dan dipromosikan adiknya, Kaesang melalui Twitter dan Instagram.
Saya tak hendak menjadi pembela buta seorang Gibran. Saya sendiri berpendapat alangkah lebih baiknya bila Gibran bisa bersikap lebih ramah kepada siapapun, khususnya kepada media. Tebar senyum sebanyak-banyaknya, sehingga apapun angle foto yang diambil kawan-kawan pewarta, dia tampak sedang tersenyum. Bagaimanapun saat ini, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, Gibran adalah anak orang nomor satu di negeri ini. Dalam kriteria layak berita, apapun yang berhubungan dengan pemimpin sebuah negara memenuhi beberapa unsur, seperti “signifikan”, “prominence”, “famous” bahkan “proximity”. Thus, segala gerak-geriknya akan menjadi sorotan media. Sedang serius atau santai, formal atau informal, dia tetap layak diberitakan.
[caption id="attachment_412595" align="aligncenter" width="275" caption="Gibran di dapur Chilli Pari."]
Terlebih di era media sosial, ketika setiap orang bisa dengan gampangnya mempublish dan berbagi informasi. Dengan begitu mudahnya pula orang bisa mengomentari, menganalisis, menarik kesimpulan mengenai seseorang-- termasuk Gibran, berdasarkan informasi yang diaksesnya. Di media sosial, orang bisa memaki dan mengadili orang lain hanya berdasar sebuah foto atau artikel, bahkan ketika orang yang bersangkutan tidak mengenal baik sosok yang sedang dibahas. Lagipula, ekspresi apa sih yang harus ditunjukkaan seorang manusia biasa, ketika diri sendiri dan keluarga terus menerus dan bertubi-tubi dihujat, dimaki-maki, dihakimi dan dilecehkan di media sosial?
Walau demikian saya tak menyarankan Gibran untuk terlalu bersikap jaim. Gibran tak perlu bersikap palsu, tak menjadi diri sendiri. Bersikap demikian nantinya sama saja. PKSPiyungan juga akan tetap mem-bully dengan mengatakannya munafik. Jadi sama juga sami mawon.
Gibran adalah Gibran. Saran pungkasan dari saya: "Sepanjang tak ada pihak yang dirugikan, tetaplah menjadi seorang Gibran yang apa adanya."
Solo, 25 April 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H