[caption id="attachment_321587" align="aligncenter" width="581" caption="Deklarasi Rejo Semut Ireng mendukung Jokowi sebagai Capres RI 2014, di arena Car Free Day Solo, Minggu (9/2/2014). Foto by Eddy Asa."][/caption] Kali pertama saya menulis tentang Joko Widodo (Jokowi) pada Bulan Mei 2011, atau hampir 3 tahun lalu. Saat itu Jokowi masih menjabat Walikota Solo. Pada tulisan berjudul Jokowi Walikota yang Dicintai itu, saya menulis sekelumit sepak terjang Jokowi yang beda dibanding pejabat lainnya, dan betapa cintanya masyarakat Solo pada pemimpinnya, hingga mereka berbondong-bondong meminta Jokowi maju kembali menjadi walikota untuk periode kedua. Tulisan itu sejauh ini mendapat sebanyak 20 ribuan klik. Belakangan baru saya ketahui akhir-akhir ini, ada sejumlah kawan yang mengungkapkan, "berkenalan" dengan sosok Jokowi melalui tulisan itu.
Jokowi memang fenomenal. Saya ada empat atau lima kali menuliskan tentang sosok ini setelah tulisan pertama. Alhamdulillah tiga di antaranya terpilih untuk ada di dalam buku antologi tulisan Jokowi bersama 43 kompasianer, berjudul "Jokowi (Bukan) untuk Presiden", yang diterbitkan Elex Media Computindo. Jujur, saat menulis tulisan yang pertama saya tak pernah membayangkan bahwa Jokowi akhirnya akan menjadi tokoh yang banyak dibicarakan di tingkat nasional. Jangankan dicalonkan menjadi presiden. Dicalonkan menjadi gubernur pun tak pernah terlintas dalam pikiran saya.
Namun melihat perkembangan paling mutakhir, saya sungguh bersyukur sebagai orang yang kebetulan mengenal Jokowi secara pribadi. Saya menghormati pribadinya yang sederhana dan spontanitasnya yang ternyata tak berubah hingga kini. Saya sempat khawatir ketika orang banyak mendukung dia menjadi Gubernur DKI. Itu saya tuangkan dalam salah satu tulisan di Kompasiana. Namun siapalah saya ini. Dan toh jabatan Gubernur Ibukota Negara RI sekarang melekat padanya.
Dan kini banyak orang mendukungnya jadi presiden. Saya lebih khawatir lagi. Ini perkembangan yang jauh di luar bayangan saya saat menulis sosok Jokowi, tiga tahun lalu. Namun kenyataan yang terjadisaat ini sungguh membuat saya tertegun. Survei-survei tentang bakal calon presiden yang dilaksanakan sejumlah kalangan menempatkan Jokowi di urutan teratas.
Kenyataan di lapangan lebih mencengangkan lagi. Saya saksikan sendiri hal yang mirip terjadi menjelang Jokowi jadi Walikota pada periode kedua. Di Solo, kota asal Jokowi yang kebetulan domisili saya juga, ada riak-riak dari sejumlah kelompok yang mendukung Jokowi menjadi Presiden. Bila waktu itu, banyak sekali golongan yang berdemonstrasi di depan Kantor Balaikota Solo untuk meminta Jokowi mencalonkan diri sebagai Walikota pada periode kedua, sekarang warga masyarakat mengelompokkan diri dengan nama yang berbeda-beda, namun intinya satu: mendukung Jokowi sebagai Presiden.
Se[erti Minggu (9/2/2014) di Car Free Day Solo, terlihat ratusan orang berbaris rapi. Mereka yang menamakan diri Rejo Semut Ireng ini menyuarakan dukungan untuk Jokowi. Spanduk dukungan mereka bentangkan seperti foto di atas. Kelompok ini memohon kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri agar merestui Jokowi sebagai Capres RI 2014. Mereka berjalan dengan tertib di sepanjang Jl Slamet Riyadi.
Satu bulan sebelumnya di Solo terbentuk Posko Center Rakyat Jokowi For President 2014. Ini kelompok yang lain lagi. Poskonya ada di sebuah bangunan kuno di Jl Ir Sumpeno. Saya iseng mengunjungi tempat ini beberapa hari sebelumnya. Saat mengisi buku tamu, saya membalik-balik buku, untuk meneliti secara kecil-kecilan. Ternyata setiap hari datang puluhan orang yang menyatakan dukungan kepada Jokowi.
Di tempat ini saya bertemu Moch Sahid, Bendahara Posko Center Rakyat. Sahid mengatakan, Posko Center Rakyat adalah murni gerakan rakyat yang menginginkan Indonesia dipimpin Jokowi. Dia menambahkan, bangunan yang dipakai sebagai Posko, dulunya milik mantan Presiden RI, Soekarno. Namun kini bangunan tersebut sudah berpindah tangan menjadi milik orang Solo. Â "Setiap hari datang puluhan kadang ratusan orang kesini. Satu bulan dibentuk posko ini, tak terhitung lagi berapa yang sudah bergabung," ujar Sahid.
Ah, belum juga genap dua tahun menjabat Gubernur DKI. Masih begitu banyak cita-cita untuk menyelesaikan persoalan yang melingkupi warga Ibukota. Namun dorongan kepada Jokowi untuk menjadi Presiden sudah mengalir.
Saat menuju kursi DKI1, Jokowi menjalani "pertarungan politik" yang tidak ringan. Banyak kalangan menyangsikan dia berhasil meraih kursi itu. Banyak tangan tak kelihatan yang ikut mendukung ataupun menjegal. Namun toh rakyat DKI yang akhirnya menentukan, dan mereka menghendaki Jokowi jadi pemimpin mereka. Hal ini dibuktikan dengan kemenangannya pada Pilgub putaran kedua.
Bukan tidak mungkin, bila riak-riak dukungan kepada Jokowi berlanjut menjadi gelombang, kemudian gelombang yang sama mengalir dari berbagai daerah, bukan tidak mungkin Jokowi akan kembali bertarung menuju RI1. Tentu pertarungan ini akan lebih berat. Pertarungan yang lebih sengit dan kejam. Dan akan lebih banyak tangan tak kelihatan yang ikut ambil bagian untuk mempengaruhi. Jokowi harus melewati itu semua untuk meraih kursi RI1.
Bukan hanya pertarungan dengan sesama bakal calon yang nyata-nyata sejak lama sudah terlihat berambisi mengincar kursi presiden. Namun pertarungan di kandang banteng sendiri akan terjadi, melawan kehendak Ketua Umum yang naga-naganya tak rela tampuk pimpinan negara pindah ke lain dinasti. Skala paling kecil mungkin serangan pasukan maya Jokowi-haters, termasuk di Kompasiana ini. Ya biarlah, namanya dinamika. Malah bikin thread jadi seru.
Saya pun bertanya dalam hati: Siapkah Jokowi melewati itu semua? Siapkah dia menjadi Presiden?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H