Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Gentle Birth, Melahirkan Secara "Primitif" yang Kembali Ngetren

1 Mei 2012   02:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:54 2787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_185403" align="aligncenter" width="300" caption="Saya sehabis melahirkan Agustus 2007 lalu. Sekarang sedang menunggu kelahiran anak berikutnya."][/caption] Gentle birth, bisa diartikan "melahirkan dengan lembut", saat ini banyak diperbincangkan oleh para ibu, utamanya ibu hamil. Kenapa saya sebut "primitif"? Karena melahirkan dengan cara normal dan alami serta tanpa intervensi (obat, alat dll) adalah yang paling dianjurkan dalam konsep ini. Bahkan bila diketahui tak ada indikasi penyulit apapun selama pemeriksaan kehamilan, yang paling ideal adalah melahirkan di rumah, bukan di rumah sakit atau klinik bersalin. Meski demikian, gentle birth tetap bisa dilakukan di klinik bersalin maupun RS, bahkan pada persalinan caesar, dengan tetap mematuhi prinsip dan prosedur yang berlaku. Yang barangkali agak terdengar ekstrem, prosesnya bisa dilakukan tanpa atau dengan kehadiran nakes (bidan ataupun dokter spesialis obstetri dan ginekologi). Tanpa kehadiran nakes? Kenapa tidak, bila keluarga dan ibu hamil sendiri sudah diberdayakan untuk  mampu menangani persalinan. Lalu kelahiran bayi ditangani dengan penuh kelembutan, dan keluarga menyambut kelahiran dengan penuh suka cita dan kebahagiaan. Namun bukan berarti gentle birth antipati terhadap kehadiran nakes. Kehadiran nakes tetap diperlukan, khususnya mereka yang mempercayai dan menghormati kemampuan tubuh kita untuk melahirkan sealamiah mungkin. Kehadiran mereka untuk memberi masukan, memfasilitasi, dan memberikan penanganan bila diperlukan. Konsep gentle birth ini bukan hanya mencakup momentum persalinan. Lebih dari itu idealnya sudah dimulai sebelum persalinan, bahkan sejak masa kehamilan, ibu menjalaninya dengan sadar,  dan persalinan berlangsung dengan lembut, sealamiah mungkin, ramah jiwa serta minim trauma, dan anak diasuh secara gentle juga. Konsep ini didasari bahwa setiap perempuan telah dianugerahi kekuatan untuk mampu melahirkan secara alami. Dan setiap bayi juga mempunyai waktu tersendiri untuk lahir ke dunia. Jadi sedapat mungkin ditunggu hingga waktunya kekuatan alamiah seorang ibu berpadu dengan kemauan bayi untuk mengintip dunia. Melahirkan dengan waterbirth (melahirkan di air) juga disarankan, karena sangat diyakini bisa mengurangi rasa sakit. Bilapun memang ada intervensi medis hingga terpaksa sectio caesarea (SC/operasi caesar) pun sifatnya adalah "amat sangat terpaksa" dan darurat untuk dilakukan, bukannya didasari atas pemilihan tanggal lahir bayi, sekadar ketakutan akan rasa sakit saat melahirkan atau mungkin kepentingan bisnis di industri medis. Dan kalaupun itu terjadi, misalnya terpaksa sekali ibu melahirkan harus SC, juga dilakukan dengan penuh kelembutan. Untuk membantu mengupayakan ibu bisa melahirkan normal sesuai dengan dasar pemikiran gentle birth, ada sejumlah komunitas yang bertujuan memberdayakan ibu-ibu hamil agar mengetahui banyak hal tentang fakta pada ibu hamil dan melahirkan, yang akan membentuk keyakinan akan kemampuan dirinya untuk melahirkan secara alami. Komunitas ini, salah satunya membuat grup di jejaring sosial Facebook, dengan nama Gentle Birth untuk Semua. Admin dari komunitas ini di antaranya bidan asal Klaten berpendidikan pascasarjana, Yesie Aprilia dan seorang jurnalis, Diyah Pratitasari. Saya sendiri sejak awal kehamilan keempat ini, sudah nimbrung di grup tersebut, setelah direkomendasikan seorang teman. Grup ini sekarang beranggotakan 6.000 lebih, mayoritas para ibu hamil. Bu Bidan Yesie sendiri adalah pengasuh web bidankita.com. Saya sendiri sangat merasakan manfaat bergabung dengan komunitas gentle birth ini. Saya jadi mengerti bahwa hamil dan bersalin itu bukan penyakit. Barangkali ada kasus-kasus tertentu di mana ibu melahirkan memang butuh intervensi hingga operasi caesar. Namun saya melihat sendiri kenyataan banyak ibu hamil dibodohi demi kepentingan industri medis atau kepentingan pribadi nakes, seorang dokter SPOG. Mereka ditakut-takuti bahwa ada indikasi medis yang mengaharuskan adanya intervensi hingga begitu mudahnya vonis operasi caesar. Keputusan ini akan memberatkan bagi keluarga ibu hamil yang kondisi keuangannya pas-pasan, karena biaya persalinan dengan operasi tentu jauh lebih tinggi dibanding normal.   Komplikasi dan risiko lainnya yang mungkin terjadi juga jauh lebih besar bila melahirkan dengan operasi caesar. Sementara ibu yang melahirkan normal, beberapa jam setelah melahirkan sudah bisa langsung jalan-jalan. Parahnya, banyak  pula ibu hamil yang karena takut sakit dan sekadar memilih hari baik lantas mementingkan kemauan sendiri dan bukan kemauan bayi, bahkan meminta operasi caesar padahal tak ada indikasi penyulit apapun. Padahal rasa sakit bisa jauh berkurang dengan model melahirkan tetap normal namun dengan waterbirth yang kini sudah banyak dilakukan di rumah bersalin maupun di RS. NORMAL SETELAH CAESAR Normalnya yang terjadi saat ini, ibu yang pernah melahirkan secara caesar akan divonis harus caesar lagi bila kembali melahirkan. Dan biasanya ibu hamil langsung manut aja karena tidak mengerti. Padahal melahirkan normal setelah caesar (VBAC/vaginal birth after caesar) bisa dilakukan. Dan sudah banyak kok ibu yang berhasil melahirkan normal setelah sebelumnya caesar. Tentu ada prasyarat yang harus dipenuhi. Untuk mengetahui kondisi-kondisi dimana ibu hamil bisa melakukan VBAC ini, ibu hamil harus banyak belajar. Intinya, ibu hamil harus pintar dan memintarkan diri, harus memberdayakan diri, banyak menimba ilmu dan memutuskan sendiri akan melahirkan dengan jalan apa dan tindakan apa apa yang harus diambil bila perlu. Bila ibu hamil pintar, tidak akan mudah dibodohi dan ditakut-takuti sama SPOG yang mata duitan.

1335840300362068770
1335840300362068770

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun