[caption id="attachment_326893" align="aligncenter" width="585" caption="Salah satu orang yang ingin Jokowi terbunuh."][/caption]
Jokowi baru dinyatakan sebagai capres oleh partainya, PDIP. Belum juga Pilpres dimulai. Belum tentu juga jadi presiden. Tapi jagat nyata maupun maya sudah ribut minta ampun. Di samping banyak yang menyatakan dukungan dan mendoakan dia menang, ada yang menghujat, mencela, mencaci maki, meremehkan. Namun yang paling parah dari semua itu adalah yang secara terang-terangan menyatakan ingin Jokowi terbunuh.
Lihatlah foto di atas. Itu saya screenshoot langsung dari Facebook, setelah sebelumnya seorang kawan menayangkan foto yang hasilnya kurang jelas tentang postingan yang sama. Saya tidak berteman dengan orang ini, tapi bisa mengakses Facebooknya karena memang tidak diatur setting privasinya. Account ini asli, bila melihat kronologi di timeline-nya. Dari penampilannya, dia tentu orang yang paham agama. Seorang teman mengatakan dia malah seorang ustadz.
Dia mengulang status doa itu setiap hari. Dia juga rajin menjawab setiap komentar yang masuk. Dan dia heran karena akhir-akhir ini banyak yang meng-add pertemanan. Dia bersumpah, tidak akan berhenti berdoa hingga Allah mengabulkan doanya.
Sungguh, saya sedih membacanya. Islam yang saya yakini adalah agama yang indah, rahmatan lil alamiin, rahmat bagi seluruh alam. Pemeluknya harus bersikap penuh kasih pada siapapun, asal tidak memerangi Islam. Namun orang ini berdoa kepada Allah, dia ingin Jokowi yang notabene saudaranya sesama muslim terbunuh oleh petir. Bagaimana mau menjadi rahmat bagi seluruh alam kalau pemeluknya bersikap seperti ini?
Dalam Islam dikenal kewajiban tawashaw, saling mengingatkan demi kebaikan. Sayapun sempat mengingatkan di kolom komentar, tapi beberapa kali komen saya dihapus. Saya bilang padanya, Allah tidak akan mengabulkan doa yang buruk dari orang yang jahat. Saya juga ingatkan, mendoakan sesuatu hal kepada orang lain, pada hakikatnya berdoa hal yang sama menimpa diri sendiri. Tapi dia memang kekeuh pada pendiriannya. Dia malah balik komen, akan berpuasa khusus agar doanya dikabulkan. Ya sudahlah.
Belum juga hilang keheranan saya akan postingan di atas, ada lagi postingan teman berupa screenshoot kicauan yang seliweran di timeline Twitter.
Saya paham, mungkin mereka adalah orang-orang tidak mau dipimpin nonmuslim. Namun mereka lupa, kita ini hidup di negara Bhinneka Tunggal Ika, bukan negara yang menerapkan daulah islamiyah. Toleransi dan saling menghargai mutlak harus dilakukan, bila ingin stabilitas segala bidang di negara ini tercipta. Kalau memang ternyata lahir pemimpin-pemimpin nonmuslim di negeri ini, itu sudah memang kehendak rakyat karena pemimpin negeri ini dipilih oleh rakyat. Itu juga sudah merupakan takdir, bagi yang percaya takdir Tuhan.
Sebagai muslim, saya pribadi menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan toleransi, karena di dalam ajaran agama hal itu diperintahkan. Dalam kitab suci kami, Alquran, tersebut sebuah ayat yang sangat terkenal: “lakum diinukum waliyadiin”, artinya “bagimu agamamu, bagiku agamaku”. Saya memaknainya bahwa keyakinan sangatlah privat, urusan masing-masing.
Islam juga mengajarkan bersikap tasamuh, yaitu: “sabar dan menghargai pendapat orang yang berbeda keyakinan bahkan yang menyembah selain Allah sekalipun, tidak mencela atau bahkan menyerang hingga membuat perasaan mereka sakit”. Sikap tasamuh ini dituangkan dalam Surat Al An’am ayat 108 yang berbunyi: