Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat untuk Jokowi

15 Maret 2014   06:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:55 15156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_326575" align="aligncenter" width="598" caption="Haruskah judul buku direvisi, tanpa stempel (BUKAN)"][/caption]

Pak Jokowi, pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Bapak, yang Jumat (14/3/2014) resmi dinyatakan sebagai calon presiden (Capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Saya ucapkan selamat juga kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, yang menunjukkan sikap sebagai negarawan sejati. Dia berbesar hati, mampu menuruti nurani yang mungkin memanggil-manggil bahwa Indonesia butuh pemimpin yang lebih baik, alih-alih mengubur egonya. Barangkali juga setelah melihat kenyataan di hampir setiap survei, Bapak selalu ada di urutan teratas sebagai calon presiden pilihan rakyat. Atau sebagai strategi agar PDIP menang Pemilu legislatif? Wallhu a’lam. Namun jutaan rakyat Indonesia melihat di layar gelas, Ibu Mega merelakan predikat Capres PDIP bukan dirinya atau siapapun dari trah Soekarno, seperti dikhawatirkan banyak orang selama ini.

Pak Jokowi, cerita belum usai. Bapak masih Capres, dan belum menjadi Presiden RI. Jalan masih panjang. Perjuangan harus dilakukan. Sebab di samping berjuta dukungan, kenyataannya banyak juga pihak yang berusaha menghadang Bapak. Pihak yang jauh-jauh hari sudah bersiap-siap merebut kursi RI1, juga kelompok yang jagonya Bapak kalahkan dalam Pilgub DKI, dua tahun lalu.

Mereka punya segudang amunisi untuk memasang ranjau agar jalan Bapak menuju kursi RI1 tidak mulus. Beberapa pihak bahkan merupakan pemilik usaha di bidang media informasi, di mana tentunya mereka lebih leluasa untuk berkampanye dan tayang setiap saat, memang media itu milik sendiri. Satu lainnya yang saya kira sangat kuat, didukung dengan dana yang konon tanpa batas. Satu lagi yang tak boleh dilupakan adalah kelompok anti-Jokowi yang dikenal solid. Mereka ini selalu memutar ulang kaset rusak, berteriak dan copy-paste hal yang sama di mana-mana. Mereka biasanya menyatakan,Jokowi harusnya tetap jadi Gubernur DKI, karena belum selesai masa tugasnya, dengan dalih mengkhianati amanat pemilih DKI dan bagaimana dengan Jakarta bila ditinggal begitu saja. Mereka tidak mengerti, bahwa sebagai presiden, tentu nantinya Bapak akan lebih leluasa mengatur Ibukota Negara. Toh Solo juga tidak kenapa-napa ketika Bapak pindah ke Jakarta.

Mereka juga akan bilang, kinerja Jokowi belum menunjukkan hasil, masih banyak janji yang belum diwujudkan, terutama mengatasi banjir, dengan melihat Jakarta yang “masih aja banjir”. Kenyataannya, data World Bank menunjukkan bahwa kepemimpinan Bapak selama setahun di Jakarta, telah menyelesaikan banyak hal, dan terkait persoalan banjir telah melakukan kerja lebih banyak dari gubernur-gubernur sebelumnya yang menjabat lima tahun. Mereka juga akan bilang Jokowi hanya mengejar pencitraan/ popularitas, tanpa melihat pemimpin-pemimpin lain dan juga pemimpin mereka sendiri yang gemar narsis di berbagai kesempatan, bencana dan bahkan menyusup di ajang pencarian bakat di televisi.

Satu lagi amunisi berupa isu SARA,  yang masih efektif disumpalkan ke lubuk hati kelompok intoleran di negeri multikultural yang katanya bersemboyan Bhinneka Tunggal Ika ini. Begitu banyak amunisi mereka, Pak Jokowi. Apakah Bapak siap menghadapi semua itu?

Sementara, Pak Jokowi, Bapak punya apa? Saya tak yakin Bapak didukung cukong-cukong hitam dengan dana haram seperti selalu dilontarkan sebuah kelompok, karena kelompok itu selalu saja berteriak tanpa bukti. Setahu saya, Bapak sejak menjadi Walikota Solo, hanya didukung rakyat-rakyat kecil yang terus bertambah setiap hari. Rakyat kecil yang Bapak sambangi dalam setiap aksi blusukan, yang mencintai Bapak. Rakyat kecil yang Bapak mintai restu saat berkampanye sebagai Walikota Solo, rakyat kecil yang Bapak pamiti yang hanya bisa menangis antara sedih dan bahagia, yang berdoa untuk keselamatan dan kesehatan Bapak, ketika akan meninggalkan Solo menuju DKI. Dan tentu saja rakyat kecil para relawan Bapak, yang dengan suka hati menulis hal-hal kecil namun positif tentang kepemimpinan Bapak, lalu menyebarkan di media sosial. Hal-hal yang tak dilakukan pemimpin lainnya, namun penting dan diapresiasi positif oleh banyak orang, yang akhirnya tersebar, dan diakui dunia.

Pak Jokowi, terus terang saya sebenarnya khawatir. Namun saya juga percaya, dengan kuasa Tuhan, apa yang tak mungkin menjadi mungkin. Tentu Tuhan memberkati siapapun yang punya niat baik, termasuk Bapak, dan juga rakyat yang mendukung Bapak karena menginginkan pemimpin yang lebih baik untuk Indonesia. Makin tinggi pohon, makin kencang angin bertiup. Semoga Tuhan selalu bersama Bapak dan rakyat Indonesia.

Pak Jokowi, rasanya baru kemarin saya berkenalan dengan Bapak. Duduk semeja dengan Bapak, mendengar bibir Bapak yang bergetar saat menyatakan akan berusaha sebaik-baiknya menjadi Walikota Solo. Rasanya baru kemarin saya menulis tentang Bapak, berisi kesan saya terhadap sang Walikota Solo di Kompasiana. Rasanya baru kemarin saya melihat Bapak dan Pak Rudy wira-wiri berbaju batik motif daun pepaya. Rasanya baru kemarin saya melihat ribuan orang mengenakan baju kotak-kotak. Tahu-tahu sekarang Bapak dicalonkan sebagai Presiden RI. Tentu ini tak lepas dari kerja keras dan dedikasi Bapak selama menjabat. Hingga belum juga kelar masa jabatan yang satu, datang amanah yang lebih besar...

Pak Jokowi, dengan berbagai kendala yang menghadang, bila sejarah menakdirkan Bapak menjadi presiden RI, saya minta Bapak tetap sederhana, tetap rendah hati. Tetap menjadi Jokowi yangapa adanya, penuh spontanitas dan tidak jaim. Saya titip Indonesia. Indonesia yang bukan hanya Jawa, namun dari Sabang sampai Merauke. Bapak tak perlu membangun jalan-jalan tertentu yang akan Bapak lewati. Tapi bangunlah banyak jalan dan jembatan di seluruh negeri. Agar ekonomi berjalan lancar, masyarakat di pedalaman-pedalaman lebih mudah mengakses pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Sekian surat dari saya. Semoga kesehatan dan kebahagiaan selalu melimpah kepada Pak Jokowi, keluarga Bapak, semua pendukung Bapak, dan seluruh rakyat Indonesia. Amieen….

PS: Ingat ya, Pak Jokowi. Makan yang banyak, agar lebih gemuk. Sebab bila menjadi presiden, Bapak akan menghadiri jamuan makan malam dengan para pemimpin dunia, foto bareng mereka. Kami malu punya presiden kurus!
Oiya Pak. Bila Allah SWT menghendaki Bapak sebagai presiden, Bapak milik Indonesia, bukan semata milik partai. Bapak harus mengutamakan rakyat. Bener lho!

Solo, 14 Maret 2014

Niken Satyawati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun