Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kurikulum Merdeka dan Karya Sederhana

6 Desember 2023   14:44 Diperbarui: 19 Desember 2023   10:01 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerja Keras Mereka (Dokpri)

Kurikulum Merdeka memang terlihat begitu WOW. Jika kita MENGAMATI konten para guru kreatif, betapa menarik dan seru pelaksanaan kurikulum merdeka. 

Guru-guru yang lahir sebagai generasi milenial dan Gen Z, kurikulum merdeka merupakan sesuatu yang memberi tantangan lebih dan memotivasi mereka untuk berunjuk kepiawaian. 

Mereka sedang berada di dunia mereka. Bikin vlog, ngonten bareng siswa, menvideo setiap proses belajar mengajar. Kegiatan yang disukai dari generasi milenial dan Gen Z.

Bagaimana dengan para guru yang sudah memasuki masa persiapan pensiun, para guru generasi 80 an, 90 an. Mereka yang sudah mulai kabur matanya. 

Mereka yang dulu belajar komputer masih menggunakan disket. Mereka yang dulu menggunakan komputer dengan CPU dan layar segede gaban. Hanya ada program word dan exel. Itupun belum otomatis seperti sekarang. 

Mungkin sebagian besar orang beranggapan bahwa mereka memang harus mengikuti perubahan. Istilah kerennya mereka WAJIB DAN HARUS UPDATE.

Pernahkah kita mencoba berada di posisi mereka. Mereka harus menguatkan hati dan mengumpulkan energi untuk mengerti tahap demi tahap kemajuan IT yang kecepatannya seperti kecepatan cahaya. Sementara mereka harus  mempelajari hal-hal yang mungkin sama sekali baru. 

Burung Merak (Dokpri)
Burung Merak (Dokpri)

Itu masih urusan peningkatan ketramplan menggunakan laptop atau komputer. Belum masalah mengerjakan segala pelatihan pada PMM (Platform Merdeka Mengajar). Memang, jika kita ikuti betul semua pelatihan dan pengajaran yang ada dalam PMM sangatlah bagus. Apalagi jika diterapkan pada anak didik.

Entahlah, mungkin itu pemikiran saya pribadi yang masuk dalam generasi 80 dan 90 an. Sudah gaptek, mata mulai kabur. Alhasil harus pelan-pelan mengikuti pergerakan jaman yang melesat cepat. 

Karya Asli (Dokpri)
Karya Asli (Dokpri)

Karya Tangan Sendiri (Dokpri)
Karya Tangan Sendiri (Dokpri)

Maka yang bisa dilakukan sebagai guru "Tua" di masa Kurikulum Merdeka adalah memberikan ilmu yang membuat anak mudah memahami dan terutama memberi contoh agar tetap berkarakter uggul. Karakter ini sebenarnya menjadi hal penting yang diperjuangkan dalam kurikulum merdeka.

Menjadikan anak didik sumber inspirasi adalah hal penting yang selalu aku lakukan dalam pendampingan bagi mereka. Seperti hari ini. aku ingin mengajarkan kepada mereka bagaimana menjadi pribadi yang TANGGUH, PANTANG MENYERAH, DAN MENJALANI PROSES. 

Sederhana saja ide yang muncul. Anak-anak sudah memiliki gambar hasil mencetak lembar-lembar daun. Jadi wali murid yang tergabung dalam paguyuban kelas menyiapkan cat dari pewarna alami. 

Bersih  (Dokpri)
Bersih  (Dokpri)

Kami pun berproses. Kami memberi warna pada daun-daun yang sudah tersedia lantas menempelkannya pada kertas.  Saya selalu berusaha terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran mereka.

Sebenarnya ada beberapa karya yang sudah mereka buat. Burung Merak dan cetak daun. Burung merak sudah kami pajang dengan menggantungkannya di dinding. kini proses berikutnya. Mereka sudah membawa kardus dari rumah. 

Judul kegiatan kali ini adalah "MEMBUAT BINGKAI ATAU PIGURA DARI KARDUS BEKAS." Mereka menggunting kardus dengan susah payah. Membiasakan mereka memegang gunting itu hal yang membutuhkan kesabaran. Apalagi kini mereka harus memotong kardus yang beragam tebalnya. Hmmm, perjuangan yang sebenarnya bagi mereka.

"Sakit, Bu."

"Capek, Bu."

"Keras kardusnya, Bu."

Ungkapan dan keluhan itu muncul yang ku jawab dengan pendek dan singkat.

"Itu namanya proses."

"Tidak ada yng instan."

"Iya bu, tidak ada yang bim salabim jadi." 

bahkan ada yang menimpali begitu. Mereka saling memberi semangat untuk terus menyelesaikan tahapan tugas hari ini. Dan selama 2 jam proses itu mereka lalui. akhirnya semua selesai, termasuk juga karyaku.

Karakter pantang menyerah perlu ditanamkan secara benar. Tujuannya di masa depan mereka bisa menjadi sosok yang tegar dan tidak mudah putus asa.

Merekapun menyelesaikan semuanya. Lantas secara gotong royong membersihkan kelas. Selesai kegiatan, anak-anak istirahat dengan suasana gembira serta kelas kembali kinclong. terima kasih anak-anak Mboisku. Terima kasih paguyuban keren. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun